Ilustrasi muslim

“Riiing, riiing, riing,” dering handphone seorang pemuda yang tengah duduk khusyuk mendengarkan ceramah di dalam masjid. Suara handphone tersebut memecahkan hikmatnya jamaah lainnya. Lantas ulama yang berkhotbah di mimbar tersebut berhenti, dan menegur dengan kalimat-kalimat yang kurang enak pada pemuda pemilik handphone itu. Jamaah lain yang terganggu kekhusyukannya juga turut menoleh ke pemuda dengan tatapan sinis sembari mengelengkan kepala, tanda tidak terima dengan tindakan pemuda tersebut, bahkan ada pula yang sampai ngomel-ngomel. Usut punya usut, pemuda itu hanya lupa men-setting handphonenya ke mode silent sebelum masuk ke masjid tersebut.

Sepulang dari masjid, pemuda itu mampir ke bar dan mencoba memesan segelas anggur. Saat melangkah ke meja tempat duduk, tanpa sengaja menyenggol gelas kaca pelanggang lain yang tengah bersantai. Gelas berisi minuman keras tersebut jatuh pecah berserakan, hingga memercik ke pelanggan lain. Sontak pemuda tersebut menundukkan kepala dan berlutut, siap menerima omelan-omelan yang masuk. Kemudian, pelanggan yang terkena percikan minuman tersebut mendekati dan merangkul pemuda tersebut, dan berkata, “Udah ga papa, ga usah dipikir. Siapa yang ga pernah salah bro?.

Pelayan bar yang melihat kejadian itu segera menghampiri pemuda tersebut sembari berucap, “Masnya gak papa?, ada yang luka ga?.” Lalu datang lagi manager yang punya bar tersebut, “Mohon maaf mas, itu tadi kesalahan kami. Kita ganti ya minumannya?.” Pemuda itu tersenyum dan hendak mengambil pecahan gelas yang berserakan. Belum sempat tangan pemuda tersebut menyentuh pecahan kaca, petugas kebersihan bar itu sudah tiba dengan peralatan lengkap, “Udah mas, ini tugas saya masnya duduk aja, biar saya yang membersihkan,” ujarnya.

Lewat dua kejadian yang membekas di hati pemuda tersebut, akhirnya pemuda itu lebih sering pergi ke bar, ketimbang ke masjid. Sederhana sekali, namun sangat berpengaruh.


Berdasarkan cerita di atas, apakah kemudian Islam adalah agama yang tidak mengajarkan etika? Tentu dengan keras akan dikatakan itu adalah kesimpulan yang bodoh, mustahil, bahkan mungkin akan dianggap sebagai ‘penista’ orang yang berkesimpulan demikian.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Namun, itulah yang akan terlintas di benak pemuda tersebut. Kesimpulan miring itu bukan disebabkan oleh Islam, tapi disebabkan oleh sikap seorang muslim.

Ada satu ungkapan yang terkenal dari Muhammad Abduh, seorang ulama pembaharu Islam dari Mesir. Suatu hari Abduh berkunjung ke negeri barat, Prancis, terucap satu quote terkenal;

ذهبت إلى بلاد الغرب رأيت الإسلام ولم أر المسلمين، وذهبت إلى بلاد العرب رأيت المسلمين ولم أر الإسلام

“Dzahabtu ilaa bilaad al-ghorbi, roaitu al-lslam wa lam ara-al-muslimiin. Wa dzahabtu ilaa bilaad al-‘arobi, roaitu al-muslimiin, wa lam aro al-lslam”.

Aku pergi ke negara barat, aku melihat Islam di sana, tapi tidak melihat orang Islam. Dan aku pergi ke negara Arab, aku melihat orang Islam, tapi tidak menemukan Islam.

Pada dasarnya, agama dan perilaku beragama ibarat dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Agama mengajarkan nilai-nilai baik, nilai sosial, attitude, atau akhlak. Tapi tidak akan ada fungsinya ketika prilaku dalam beragama tidak berubah.

Karena attitude muslim adalah dakwah. Jika kita membaca sirah Nabi Muhammad Saw, berapa banyak musuh-musuhnya yang takluk karena akhlak Rasul sendiri.

Wallahu’alam


Ditulis oleh Al Fahrizal, mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari