foto fenomena imam tarawih live streaming di tik tok. foto: tribun

Tak terasa, bulan suci Ramadhan telah tiba. Bulan di mana Allah SWT mengobral pahala ibadah bagi hambanya. Opsi amalan pun beragam, mulai dari yang bisa dilakukan sendiri hingga dilakukan bersama-sama. Di antara syiar yang hanya bisa dihidupkan di bulan Ramadhan ialah pelaksanaan shalat tarawih berjamaah. Tidak jarang, pelaksanaan shalat tarawih mengundang fenomena. Baru-baru ini viral seorang imam shalat tarawih melakukan shalat tarawih sambil live tik tok. Tiktok sendiri adalah aplikasi asal Tiongkok yang terkenal dengan aplikasi yang menyajikan berbagai macam konten. Mulai dari video viral, marketing, tantangan, cek khodam, berbagai macam tutorial, live streaming, semuanya ada. Namun apa jadinya jika objek live tiktok adalah sesuatu yang sakral, seperti shalat tarawih berjamaah?

Dalam video tersebut, terlihat seorang pria menjadi imam shalat. Ia mengenakan gamis biru dan peci putih. Suasana menjadi semakin syahdu ketika sang imam membacakan surah al-Fatihah dan surah panjang, dengan tartil yang begitu menghayati. Seakan memahami betul makna dari apa yang ia lantunkan.

Tentu saja, respon netizen dari konten tersebut muncul pro-kontra. Aksinya ditonton lebih dari enam ribu penonton. Yang menjadi sorotan lagi adalah ketika ia membaca surah panjang, ada salah satu penonton yang memberinya gift. Banyak netizen yang dibuat geram dengan tingkah sang imam. Namun tidak sedikit yang membela, dan mengapresiasi, “Syiar” kata seorang netizen!

Netizen pun mempertanyakan “demi apa?”, apakah demi saweran, popularitas, atau demi menghidupkan syiar agama. Netizen hanya sanggup menerka-nerka. Yang jelas, banyak sekali komentar miring terkait fenomena tersebut. Tidak sedikit juga yang mempertanyakan keabsahan shalatnya dan etikanya.

Terkait sah atau tidaknya shalat yang dilakukan, itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan shalat tersebut disirakan secara langsung (live) atau tidak. Sah tidaknya shalat, tergantung pada terpenuhinya syarat sah shalat atau tidak. Namun, melakukan live saat shalat, ada kecenderungan untuk tidak focus, dan membuyarkan kekhusyukan. Khusyuk itu menjadi poin penting dalam pelaksanaan shalat. Bahkan Imam Ghazali dalam ihya’ ulumiddin berpendapat bahwa khusyuk menjadi syarat sah dalam shalat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Beliau berpendapat bahwa keistimewaan yang ada pada shalat itu bukan hanya karena aktivitas-aktivitas zahir saja, melainkan karena unsur munajat kepada Allah SWT. Dengan itu, shalat menjadi unggul atas puasa, zakat, haji, dan ibadah-ibadah lain. Jika bukan karena esensi batin yang terkandung dalam shalat tersebut maka shalat hanya sebatas aktivitas zahir semata. Argumen inilah yang dijadikan Imam Ghazali sebagai dasar disyaratkannya khusyuk dalam shalat. Artinya, shalat bisa menjadi batal (tidak sah) tanpa keberadaan khusyuk.

وما أرى أن هذه العظمة كلها للصلاة من حيث أعمالها الظاهرة إلا أن يضاف إليها مقصود المناجاة فإن ذلك يتقدم على الصوم والزكاة والحج وغيره بل الضحايا والقرابين التي هي مجاهدة للنفس بتنقيص المال قال الله تعالى لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يناله التقوى منكم أي الصفة التي استولت على القلب حتى حملته على امتثال الأوامر هي المطلوبة فكيف الأمر في الصلاة ولا أرب في أفعالها فهذا ما يدل من حيث المعنى على اشتراط حضور القلب

Bahkan beliau memperingatkan orang yang shalat tanpa disertai khusyuk bisa jadi lebih buruk dari pada yang tidak shalat. Bagaimana tidak? Seseorang yang menyajikan layanan di hadapan Allah SWT dan berbicara tidak karuan serta meremehkan itu jauh lebih parah dari pada orang yang tidak memberi layanan.

وكيف لا والذي يحضر الخدمة ويتهاون بالحضرة ويتكلم بكلام الغافل المستحقر أشد حالًا من الذي يعرض عن الخدمة

Terkait dengan etika, yang banyak disingggung netizen. Dalam kitab Tafsir Abi Su’ud tentang penjelasan mengenai ayat,

ٱلَّذِینَ یُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَیۡبِ وَیُقِیمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ یُنفِقُون

Beliau menjelaskan bahwa yang dikehendaki dengan mendirikan shalat adalah memenuhi rukun-rukunnya, menjaganya dari penyimpangan atas fardhu-fardhunya, sunnah-sunnahnya, serta adab-adanya. Dari sini bisa  dipahami bahwa seseorang belum dikatakan benar-benar mendirikan shalat jika mengabaikan adab-adab shalat.

﴿وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ﴾: إقامَتُها عِبارَةٌ عَنْ تَعْدِيلِ أرْكانِها؛ وحِفْظِها مِن أنْ يَقَعَ في شَيْءٍ مِن فَرائِضِها وسُنَنِها وآدابِها زَيْغٌ

Apalagi atas dasar iming-iming saweran. Hati nurani kita pasti paham, bahwa ini bukan sesuatu yang terpuji.

Namun sekali lagi, sebagai mukmin yang baik kita tentunya harus memiliki prasangka yang baik (husnuzhon) dalam bersikap. Tidak terkecuali terhadap fenomena ini. Bisa jadi apa yang dilakukan orang tersebut adalah bentuk syiar seperti yang digaungkan sebagian netizen. Namun jika harus berkata jujur, saya kira terlalu naïf jika yang demikian dikatakan sebagai menghidupkan syiar. Wallahu a’lam.

Baca Juga: Check Out Kain Kafan, Bagaimana Pandangan Fikih?


 Sumber: Ihya’ ulumuddin, Imam al-Ghazali, Tafsir Abi Su’ud, Abu Su’ud


Penulis: Umu Salamah, Pengajar di Pesantren Raudhatul Ulum Pati.