Tebuireng.online—Ratusan santri baru Pondok Putri Pesantren Tebuireng Jombang, ikuti Masa Orientasi Santri Baru (Mosba) yang digelar selama tiga hari mulai Jumat (5/7/2024) malam. Mosba merupakan kegiatan yang harus diikuti santri dalam masa pengenalan pondok pesantren hingga santri mudah beradaptasi di lingkungan pondok.
Pada acara Mosba, santri tampak menampilkan kesan beragam salah satunya adalah kesan bahagia dan bangga karena telah diterima dan benar-benar resmi menjadi santri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
Seperti Intan Azkiya, santri baru asal Pekalongan ini mengaku senang dan tidak takut mondok. Ia mengaku keputusannya memilih Tebuireng salah satunya adalah mendapatkan info dan dukungan dari saudaranya.
“Aku mondok ini kemauan sendiri sih kak, soalnya emang di sini nyaman. Terus kesannya seru banget, bahagia jadi nggak takut mondok,” ungkapnya saat diwawancarai usai pembukaan Mosba, (5/7) di kantin Pondok Putri Tebuireng.
Tak hanya santri yang baru mengenal Tebuireng, Nasywah Aqila yang merupakan alumnus SMP A WH ini mengaku sudah mondok di Pondok Putri saat SMP dan mengikuti Mosba lagi karena akan menginjak MA SS. “Memang harus ikut lagi kalau sudah lulus dan melanjutkan sekolah di sini, vibesnya juga beda karna ini kedua kalinya ikut Mosba, kalau dulu masih belum kenal semuanya sekarang udah kenal jadi lebih seru,” ungkapnya.
Baca Juga: Selamat Datang Santriwati di Pesantren Tebuireng
Begitu pun dengan kesan Kirana Rizqi Aisyah, ia mengaku tujuan mondoknya untuk menjadikan ia memiliki sikap yang sopan dan teratur. “Keinginan sendiri kalau mondok, biar nanti saya lebih bisa mengatur sikap dan jadi lebih baik lebih pinter dan buat ustadzahnya semoga nanti bisa open sama kita,” ujarnya santri baru asal Bekasi itu.
Berbeda dengan Nadiah Eisha Aira dari Sidoarjo, awalnya ia mengaku merasa sedih pergi mondok, karna pisah dari orang tua dan keluarga. “Sedih sebenarnya pisah sama orang tua, tapi di sini juga senang bisa ketemu teman banyak, terus kita juga jadi lebih disiplin, dan bisa sholat jamaah bareng ustadzah di sini,” tuturnya.
Nufa Maula Anugra dari Denpasar Bali, berasal dari daerah yang hidup berdampingan dengan agama lain, menjadikan dia berkemauan untuk mondok agar bisa membahagiakan orang tua, “dan semoga aku bisa lebih paham agama, sama semoga ustadzahnya sabar menghadapi kita terus kitanya semoga bisa krasan di pondok,” sampainya.
Hal ini juga dirasakan Tsalsa Khalaisya dari Lamongan yang akan masuk SMP A WH. Kebetulan ia memiliki 2 kakak yang sudah lebih dulu mondok di Tebuireng. Hal itu menjadikan ia berkeinginan seperti kakaknya, selain kemauan sendiri karna ia mengaggap ilmunya kelak akan bermanfaat dan terus mengalir sebagai pahala disaat kelak orang tuanya sudah meninggal.
“Saya pengen pahala mencari ilmu saya kelak terus mengalir ke orang tua saya, terus nanti saat orang tua saya sudah tidak ada doa saya bisa terus mengalir kepada mereka, saya juga pengen jadi anak yang sukses dan sholehah,” terangnya pada wartawan tebuireng online.
Baca Juga: MOSBA Ingatkan Santri Pentingnya Kebersihan dan Kesehatan di Pondok
Pewarta: Albii