Ilustrasi santri saat hendak ke masjid. (sumber: Ist)

Kulit Gelap, Cahaya Terang
Mereka bilang kulitku gelap
tubuhku besar
dan senyumku pun biasa aja
tapi mereka sudah lupa

bahwa aku menyimpan cahaya yang tak bisa dilihat mata
aku tak perlu putih
untuk jadi suci
aku tak harus langsing
untuk bisa dicintai

yang terpenting adalah
aku harus terus belajar
membawa berkah lewat ilmu dan akhlak yang ku miliki
bukan lewat standar orang-orang yang tak paham makna taqwa
atas pemberian illahi

kulitku gelap
tapi cahayaku terang
karena aku berusaha memantulkan nur ilahi
dari hati yang terus belajar untuk selalu rendah hati


Santri dari Rumah yang Tak Hafal Doa
Kenalin, ini aku seorang santri dengan sedikit kisah nya
aku bukan dari keluarga yang rajin shalat berjamaah
yang hafal segala doa meskipun hanya doa makan sejak kecil
atau punya garis keturunan kiai

aku hanya seorang anak biasa
yang memutuskan untuk mondok
karena ingin memutus rantai kebodohan.
di sini, aku canggung

salah makhraj
sering salah niat
dan kadang masih suka bertanya:
“surah yasin di juz berapa, ya?”

tapi apa yang terjadi saat ini
iyaa aku masih tetap di sini
disaat teman teman ku bergantian meninggalkan pergi.
karena aku tahu
kekuranganku bukan alasan untuk menyerah

tapi jembatan
bagi aku sebagai yang pertama
untuk membuka pintu berkah bagi keluargaku.


Tubuh Besar, Jiwa Lebih Luas
Tubuhku besar
orang suka bisik-bisik
dan bahkan terkadang mentertawakan dari belakang
seolah aku tidak punya telinga untuk mendengar

tapi aku tak kecilkan diriku
hanya untuk muat di standar mereka
karena tubuh ini
meski tak seperti majalah remaja

adalah rumah bagi hati yang ingin dipakai allah
untuk membawa kebaikan
aku lebih memilih menjadi besar
di mata langit

daripada kecil
karena sibuk mengecilkan diri demi manusia.



Penulis: Wan Nurlaila Putri
Editor: Rara Zarary

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online