Kiai Ahmad Muwaffiq, Yogyakarta menyampaikan mauidoh hasanah dalam pengajian umum, memperingati maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus penutupan festival dai se-Jawa Bali di Tebuireng Jombang, Kamis (18/01/18). (Foto: Kopi Ireng)

Tebuireng.online- Tebuireng diakui sebagai pesantren yang telah menyelamatkan manusia dari kesesatan akhlak maupun kesesatan fikir. Dari sana juga lahir sebuah organisasi Islam yang besar bernama Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini disampaikan oleh Kiai Ahmad Muwaffiq, Yogyakarta, dalam pengajian umum memperingati maulid Nabi Muhammad SAW, sekaligus dilangsungkannya malam puncak festival dai se-Jawa Bali, Kamis (18/01/18) di Pesantren Tebuireng Jombang.

“Maulid di Indonesia yang paling istimewa yaitu di Tebuireng. Karena Tebuireng telah menyelamatkan manusia dari kesesatan akhlak maupun kesesatan fikir dan dari sinilah lahirnya Nahdhatul Ulama (NU). NU itu menjadi wasilah, menjadi sebab manusia selamat dalam akhlak, selamat dalam fikir. NU itu sadar pangkat, sadar kedudukan bahwa NU ini kelasnya hanyalah muridnya ulama. Ini yang paling fundamental dan ini menjadi hal paling mahal hari ini,” ungkap Kiai asal Yogyakarta itu.

Dalam mauidoh hasanah-nya, beliau menjelaskan secara gamblang terkait kedudukan atau pangkat yang diatur oleh Islam. Mulai dari kedudukan tertinggi yaitu Nabi Muhammad SAW, Sahabat, Tabiin, Tabiut-tabiin, hingga Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari.

“Ilmu ini dinamakan  Ahlussunnah wal Jamaah. Ahlusunnah itu sendiri adalah Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk terjemah terhadap wahyu. Wal Jamaah-nya adalah sahabat, dan kita semua ini adalah Wal Jamaah-nya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari,” terangnya.

Oleh sebab itu, lanjut Kiai Muwaffiq, gaya penyampaiannya berbeda. Wal Jamaah-nya berbeda dengan Rasul karena bedanya faktor tempat dan faktor waktu. Hadratussyaikh meletakkan sendi Wal Jamaah-nya diatur dalam ilmu yang bernama Nahdlatul Ulama, agar kita tidak lupa bahwa kedudukan kita adalah muridnya ulama.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Di luar  NU banyak yang lupa kedudukannya sebagai murid ulama, tetapi bergaya seperti muridnya Rasulullah SAW yang secara langsung menimba ilmu pada Rasulullah SAW. Sehingga menjadikan banyak yang konslet dengan mengkafirkan dan membid’ahkan sesama umat muslim,” tegasnya di hadapan para hadirim.

“Dan ini menjadi bukti kenapa NU tidak pernah konslet karena sampai kapanpun dan di manapun santri  pasti tahu kedudukannya sebagai muridnya ulama,” imbuhnya.

Sebelum menutup mauidoh hasanah-nya, Kiai Muwaffiq sempai menyampaikan pesan kepada santri Tebuireng. Menurutnya, santri Tebuireng harus bisa mengembangkan apa yang diajarkan Rasulullah SAW lewat wasilah Nahdlatul Ulama.

“Karena Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari tidak main-main dalam mendirikan NU. NU merupakan final dari wal jamaah-nya ulama terdahu seperti Wal Jamaah yang dibawakan Wali Songo, Syekh Jumadil Qubro dan para tabiut -tabiin sehingga sampai kepada Rasulullah SAW.  NU didirikan melalui riyadoh yang sangat luar biasa oleh Hadratussyaikh. Sehingga  NU menjadi besar dan masih eksis seperti sekarang ini,” pungkasnya.


Pewarta: Faisal Bagus Aji

Editor/Publisher: Rara Zarary