Ilustrasi usaha menjaga bumi (sumber: RRI)

Sisa makanan seringkali terabaikan, dibuang ke tong sampah dianggap sudah menyelesaikan masalah. Namun, sadarkah kalian, sisa makanan yang kita hasilkan penyebab perubahan iklim dan pemanasan global? Dengan tidak menghabiskan makanan, sampah bisa merusak iklim dunia. Indonesia menghasilkan sampah sisa makanan mencapai 23-48 juta ton setiap tahunnya. Data dari Citarum Harum menyebutkan, sumber sampah sebagian besar berasal dari rumah tangga (35,26 persen). Penyumbang sampah terbesar kedua adalah pasar (27,79 persen). Ini menjadi pusat perhatian dunia, karena menjadi salah satu negara penyumbang pemanasan gas rumah kaca terbesar di dunia.

Minim Edukasi

Mengutip artikel bebas sampah id pada 22 Agustus 2024 mengatakan bahwa hasil data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2024, jumlah timbulan sampah di Indonesia mencapai 73,2 juta ton per tahun, dengan komposisi sampah organik mencapai sekitar 62% (KLHK, 2024). Meskipun angka ini sedikit meningkat dibandingkan tahun 2022, namun pengelolaan sampah organik di Indonesia masih belum optimal. Sebagian besar sampah organik di Indonesia masih dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) tanpa pengolahan lebih lanjut. Hanya sekitar 15% dari total sampah organik yang dimanfaatkan menjadi kompos atau biogas (Badan Pusat Statistik, 2024).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Lestarikan Bumi melalui Kaidah Fikih: Solusi Holistik untuk Krisis Lingkungan

Sedari kecil, jarang sekali ada pengajaran mengenai sampah. Mulai dari membuang sampah, pemilahan sampah dan cara mengolahnya. Sehingga banyak masyarakat Indonesia yang menyepelekan masalah sampah. Ketika sudah ratusan tahun hidup tanpa edukasi sampah, maka menjadi bom waktu. Sampah menggunung di banyak tempat, banyak warga yang membakar sampah sebagai bentuk menghilangkan sampah dengan cara paling mudah. Membuang sampah di sungai dianggap hal lumrah. Menumpuk sampah di pinggir jalan ataupun di tanah kosong dirasa hal yang benar. Maka tinggal menunggu waktu, bumi akan rusak dan manusia barulah menyesal.

Bahaya Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan, maupun manusia, yang mudah te  rurai secara alami. Seperti sisa makanan, kotoran hewan, bangkai hewan, ranting patah, daun berguguran dan lain sebagainya. Ketika sampah organik tidak dikelola dengan baik, maka akan merusak lingkungan. Dengan mencampur semua sampah, proses peguraian sampah organik akan terhambat.

Baca Juga: Fakta Mengerikan Sampah Plastik

Dampaknya, sampah akan menggunung. Bau tak sedap menyengat, hewan-hewan sumber penyakit berdatangan, dan pemandangan menjadi buruk. Dilansir dari Waste4change, sampah organik menghasilkan cairan leachate yang berbahaya. Cairan ini bisa mengurangi kualitas tanah dan air di sekitar sampah. Dilain sisi, sampah organik menghasilkan gas metana yang sewaktu-waktu akan meledak.

Tragedi Ledakan TPA Leuwigajah 2005

Mengutip dari waste4change 21 Februari 2005, warga sekitar TPA leuwigajah dikejutkan dengan ledakan gunung sampah pada pukul dua dini hari. Akibat ledakan, tumpukan sampah TPA longsor dan menimbun puluhan rumah yang berjarak kurang lebih 1 kilometer dari, tepatnya Kampung Cilimus dan Kampung Gunung Aki. Karena kejadian itu, 157 warga tertimbun longsoran sampah. 8,5 hektar lahan milik warga tertimbun longsoran ribuan ron kubik sampah. Ini menjadi catatan buruk dalam sejarah pengelolaan sampah di Indonesia. Untuk memeringati tragedi TPA Leuwigajah, pemerintah menetapkan 21 Februari menjadi Hari Peduli sampah Nasional.

Mengutip Indonesia.go.id peristiwa ledakan leuwigajah terdengar sampai radius 10 kilometer. Hanya dalam hitungan detik, gunungan sampah setinggi 60 meter dan panjang 200 meter runtuh diikuti suara gemuruh besar. Ribuan ton sampah bergulung-gulung seperti longsor terjun bebas menutupi Kampung Cilimus dan Kampung Pojok lenyap dari peta setelah disapu longsor sampah.

Solusi Sampah Organik

Edukasi mengenai bahaya sampah, pilah sampah dan pengolahan sampah, seharusnya sudah diajarkan sejak dini dan diajarkan daalm bangku sekolah. Sehingga kesadaran mengenai sampah akan meningkat dan meminimalisir timbunan sampah. Dengan menghabiskan makanan tanpa membuang sisa adalah hal paling mudah untuk mengurangi sampah organik.

Baca Juga: Dampak Sampah Terhadap Perubahan Iklim

Namun, jika sampah sisa tulang ikan, ayam, cangkang telur, kulit buah dan sisa bahan organik yang tidak dapat dimakan maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Seperti, membuat lubang biopori. Buatlah galian tanah sedalam satu meter dan buang sampah organik kedalam lubang biopori. Bisa juga dibuat pupuk kompos, eco enzyme, kasih sisa makanan yang masih layak makan ke orang-orang sekitar dan yang membutuhkan, dan terakhir bisa memberikan sisa makanan ke hewan ternak yang ada di rumah.



Penulis: Aulia Rachmatul Umma

Editor: Rara Zarary