Seorang lelaki yang merenung di dalam sebuah kamar, sendirian menatap langit dari jendela. (sumber: Ist)

Detak Jarum Jam
Saat jarum jam masih berdenting
aku masih terdiam dan tak sanggup bergeming
entah untuk berdiri ataukah kembali terbaring
hidup ini bagaikan kayu yang telah kering

saat jarum jam masih berdenting
aku masih sama, tetap terdiam dan terbaring
meratapi nasib yang lamat lamat menggiring
menggiring pada pusat tubuh ini

hingga kepala pun pusing
kembali jarum jam berdenting
aku pun memberanikan diri untuk memberontak

aku tak mau terbaring lemah
menjalani hidup yang tak seberapa penting



Derita yang Hamba
Aku tak tahu akan sampai kapan
jalan yang ku tempuh
yang sampai sekarang belum berkesudahan
aku lelah, ya aku merasa lelah

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

dengan semua jalan yang ku tapaki
jalan ini rumit
kefokusan harus menemani
agar kemudi ini sampai pada tujuan yang asli

tapi apakah aku bisa
bisa kah kemudi itu berjalan berselaras
antara ujian dan pikiran
aku seorang hamba

yang banyak sambat ketimbang syukurnya
padahal hidup bagaikan roda dan bagaikan mengayuh sebuah sepeda
meski aku tau

tapi aku tetap sama seperti kebanyakan manusia
selalu lupa bersyukur atas ujian serta pahala yang di terima



Merenung
Laut itu biru
dan langit itu gelap
tetapi aku disini selalu menatapnya
menanti seorang yang datang untuk menolong

dan itu lah harapan yang selalu menjadi hal yang sangat berarti
dan aku selalu berfikir
berfikir dalam diamku
menyerukan semua keluh kesahku

pada malam dan sunyinya
sambil menghirup udara pahitnya kehidupan

meski aku tau
tiada hidup yang tak berarti
tapi tuhan sangat baik
atas setiap kisah untuk setiap hambanya.



Penulis: Wan Nurlaila Putri

Editor: Rara Zarary