Prof. Rochmat Wahab jelaskan tujuan Komite Khittah 1926 NU. (Foto: Aros)

Tebuireng.online—Demi tewujudnya NU yang kembali kepada jalurnya, yaitu Khittah 1926 yang digariskan oleh pendirinya, Komite Khittah 1926 NU mengumpulkan para ulama, kiai, dan habaib di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Asembagus Situbondo pada Kamis (21/11/2019).

Dalam silaturahmi itu, ratusan ulama, kiai, dan habaib dari berbagai daerah di Indonesia hadir untuk merembukkan format perjuangan dalam mengembalikan NU kepada relnya.

Mewakili Ketua Komite Khittah 1926 NU, KH. Salahuddin Wahid yang berhalangan hadir karena sakit, Prof. Dr. H. Rohmat Wahab menjelaskan, pertemuan yang dimulai pada Oktober 2018 itu dimulai dari kondisi NU yang tidak menentu akibat dinamika politik yang turut menyeret NU ke politik praktis.

“Kita tidak perlu menyorot itu siapa-siapa, kita harus instropeksi diri, dan berbenah. Kenyataannya bahwa kita belum solid. Orang yang ada di sini ini adalah orang pilihan yang terpanggil oleh Allah untuk mewakili umatnya,” terang mantan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) itu.

Menurutnya, pertemuan kali ini, membuktikan bahwa Komite 1926 NU tidak berafiliasi kepada partai, atau faksi manapun.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Kita NU ya NU sesuai dengan yang digariskan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari,” tambahnya.

Selain itu, ia yang juga berkesempatan menjadi pemateri atau narasumber menjelaskan bahwa sekarang ini, NU telah dijadikan alat dalam suksesi politik oleh elit-elit da parpol. NU seakan diperalat untuk memainkan peran politik aktif dalam kontestatasi politik.

“Lah ini kan kasian NU, PCNU dan PWNU diperalat begini,” jelasnya.

NU adalah rumah besar pesantren, tempat yang paling tepat untuk melakukan koreksi terhadap berbagai permasalahan yang mengjangkit NU. Begitu juga dengan kiai dan masyayikh harus mengambil peran penting dalam proses ini agar NU tidak lagi diseret ke sana ke mari, tapi tetap pada jalurnya, yaitu Khittah NU.

Pewarta: Abror Rosyidin