Prof. Fendy dan para peserta usai lomba
Prof. Fendy dan para peserta usai lomba

tebuireng.online—Guru Besar Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Fendy Suhariadi, MT., menyampaikan materi “Kepemimpinan yang Melayani” kepada para Peserta Diklat Kader Pesantren Tebuireng angkatan kedua, Sabtu-Ahad (15-16/10/2016). Mantan Ketua Senat Akademik Unair 2013-2014 tersebut menerangkan tentang paradigma kepemimpinan.

Pada hari pertama, Prof. Fendy menjelaskan perbedaan antara header, leader, dan manager. Menurut mantan Direktur Sumber Daya Unair, header adalah jabatan struktural yang legal atau sah, sedangkan leader beliau definisikan sebagai “to bring someone until objectif” membawa seseorang sampai pada tujuan. Adapun manager adalah pemimpin yang memiliki sifat lebih komplek. Seorang manager harus menguasai teori management.

Header belum pasti memiliki sifat-sifat leader, sedangkan leader juga belum tentu mendapatkan kesempatan menjadi header yang sah dan legal. Untuk itu, menurut Prof. Fendy sebaiknya untuk menguatkan kepemimpinannya, seseorang harus sah dan legal, tetapi juga mempunya sifat-sifat leadership yang kuat sehingga berdampak pada kesejahteraan anggotanya.

Seorang manager, lanjut pria yang mengaku hobi main bola sebagai penjaga gawang ini, harus melakukan prosedur-prosedur management yang berlaku, yaitu planning (merencanakan), organizing (mengorgaisir), actuating (aksi nyata) dan controling (mengontrol). Seorang pemimpin yang baik adalah dia yang mempu memadukan antara menjadi header, leader, dan manager. Dengan begitu, ia memenuhi syarat-syarat memimpin, mempunyai kemampuan menejerial yang kaut, dilengkapi dengan lagalitas struktural yang sah.

Prof. Fendy juga menerangkan tentang dua paradigma kepemimpinan, yaitu paradigma prahu kayu dan paradigma arum jeram. Pemimpin yang menggunakan paradigma prahu kayu cenderung keras, kaku, fokus satu arah, tapi dalam keadaan yang tenang dapat membawa anggota menuju tujuan yang dikehendaki organisasi. Namun, kelemahan paradigma ini, menurut Prof. Fendy adalah dapat membuat anggota bermental buruh, monoton, dengan tingkat kecerdasan yang rendah, karena tidak memiliki kemungkinan dapat muncul menjadi lebih pintar daripada pemimpinnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain itu, pemimpin berparadigma prahu kayu juga tidak tahu menahu keadaan anggotanya. Dia menghadap kedepan, tetapi tidak pernah menoleh ke belakang, apakah terjadi masalah besar ataukah tidak. Berbeda dengan pemimpin yang berparadigma arum jeram yang bersifat lebih fleksibel, egaliter, demokratis, namun terkadang tegas. Sesuai dengan namanya, arum jeram menggunakan prahu karet yang elastis dan lentur, karena menyesuaikan dengan medannya yang terjal dan penuh bebatuan. Maka, dengan elastisitas kepemimpinan itu, dapat menjaga keseimbangan organisasi dan cepat menyesuaikan dengan keadaan.

Dalam organisasi dengan sistem ini, jikalau satu orang tidak bekerja maka tidak akan berpengaruh secara besar kepada keberlangsungan organisasi, sedangkan paradigma prayu kayu, satu tak bekerja, maka dapat membuat stabilitas oleng. Pemimpin arum jelam, bagi profesor yang menjadi guru besar termuda Unair ini, sama dengan tiga konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberikan teladan), Ing Madya Mbangun Karso (di tengah-tengah dapat membangkitkan semangat) , dan Tut Wuri Handayani (memberikan dorongan semangat kerja dari belakang).

Pada sesi kedua setelah Shalat Dhuhur dan makan siang, Prof. Fendy mengajak peserta belajar dengan bermain. Peserta yang berjumlah 28 orang dibagi menjadi 3 kelompok yang merupakan analogi 3 pondok dan seorang didapuk menjadi asisten dosen atau analisator. Setiap pondok menunjuk seorang ketua sebagai direktur. Mereka diberikan tantangan untuk membuat origami burung dari kertas sesuai dengan contoh yang diberikan pemateri. Dalam waktu 30 menit mereka harus dapat menyelesaikan pembuatan burung tersebut, tidak kurang dan tidak lebih. Dari permainan ini, Prof. Fendy ingin melatih kepemimpinan dan kemampuan berorganisasi para peserta. Bakda Ashar, analisator menerangkan hasil analisanya secara detail kemudian dikomentari dan didiskusikan bersama pemateri dan peserta lainnya. (Abror)