Silaturahmi Prabowo dan Sandiaga menyempatkan untuk ziarah ke makam masyayikh Pesantren Tebuireng, Senin (22/10/2018). (Foto: Nurul F)

Tebuireng.online- Pesantren Tebuireng, Senin (22/10/2018) kedatangan tamu rombongan Prabowo dan Sandi yang diterima langsung oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dan keluarga. Kunjungan dalam rangka silaturahmi ini disambut dengan baik di ndalem Kasepuhan Tebuireng.

Rombongan Prabowo dan Sandi sampai di Pesantren Tebuireng pukul 08.50 WIB yang disambut oleh ratusan santri dengan pebacaan shalawat. Kunjungan ini merupakan agenda “Pawai Napak Tilas Kebangsaan: Meneguhkan Resolusi Jihad, Kedaulatan Ekonomi” dalam memperingati Hari Santri Nasional 2018.

Sesampainya di Pesantren Tebuireng, rombongan dipersilakan masuk ke ndalem pengasuh yang dihadiri oleh dzurriyah Tebuireng, pimpinan pondok Tebuireng, dan staff-staffnya. Dalam perbincangan santai yang sesekali diiringi gelak tawa dari seluruh tamu yang membahas tentang perkembangan keluarga masing-masing.

Di tengah perbincangan, Prabowo dan Sandiaga mengganti pakaian mereka dari yang mengenakan kemeja dan celana, berganti mengenakan sarung hijau dan kemeja muslim putih mengingat juga pertemuan ini bertepatan dengan dirayakannya hari santri. Kebersamaan yang hangat terlihat ketika mereka semua mengambil foto bersama di ruang tamu ndalem kasepuhan. Setelah itu, rombongan Prabowo dan Sandi tersebut beranjak ziarah ke makam masyayikh Tebuireng.

“Kunjungan ini merupakan peringatan Hari Santri Nasional dimana mengenang perjuangan orang nahdliyyin sebuah resolusi jihad untuk peran kemerdekaan. Ini sebetulnya bagian dari pertempuran 10 November, 10 November itu tidak hanya satu hari. Berminggu-minggu menjelang dan sesudah. Jadi kalau menurut kami peristiwa Oktober 1945 ini merupakan bagian terpenting dalam sejarah kita,” ungkap Prabowo.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Karena 17 Agustus itu proklamasi, lanjutnya Prabowo tapi ujian kemerdekaan ya itu di Jawa Timur ini. Waktu Inggris mau memaksakan mengambil alih Surabaya dan melucuti pejuang-pejuang  kita. Jadi keluarnya resolusi jihad yang dilontarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober.

“Ya, 73 tahun yang lalu ya. Ini merupakan suatu pertama dorongan yang kuat untuk memenangkan perang kemerdekaan dan di sinilah diuji. Yang kedua bukti bahwa kaum agama terlibat langsung dalam memenangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Selama perjuangan  merebut kemerdekaan. Pemuka agama membela kemerdekaan bangsa rakyat dan ujian ini bukti bahwa para ulama adalah pejuang kebangsaan, pejuang kemerdekaan dan memerankan peranan penting,” ungkapnya saat diwawancarai usai ziarah ke makam masyayikh Tebuireng.

Setelah itu rombongan Prabowo Sandi pamit kepada keluarga besar Tebuireng. Pada kesempatan ini Sandiaga Uno memberikan sambutan di depan ndalem. Beliau menegaskan kunjungan ini hanya ingin memperingati Hari Santri Nasional dan acara pawai napak tilas kebangsaan.

KH. Salahuddin Wahid kembali memastikan bahwa kehadiran itu bukan merupakan ajang kampanye pilpres. Menurutnya, pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang tidak diperbolehkan untuk ajang kampanye.

“Jangan sampai saya melanggar aturan membawa pesantren dalam kegiatan kampanye siapapun itu. Sehingga, kami bersama majelis keluarga telah memutuskan untuk siap menerima silaturahmi Pak Prabowo namun bukan untuk kampanye,” ujar Gus Sholah.

Kunjungan dilanjutkan dengan Apel Deklarasi Resolusi Jihad di lapangan parkir Kawasan Makam Gus Dur. Dalam hal ini pengasuh di wakili oleh KH. Hasyim Karim dan KH. Irfan Yusuf, diikuti oleh sejumlah santri dari luar Pesantren Tebuireng.


Pewarta: Seto Galih

Editor/Publisher: RZ