Pembina Pondok Putri Pesantren Tebuireng foto bersama usai mengikuti pelatihan dan pendampingan Pesantren Ramah Santri. (foto: tebuireng)

Tebuireng.online— Sebagai salah satu upaya menciptakan Pesantren Ramah Santri, Mudir Bidang Pembinaan Pondok Pesantren Tebuireng adakan pelatihan dan Pendampingan; Pesantren Ramah Santri Pesantren Tebuireng, selama dua hari Sabtu- Ahad (21-22/9/2024), yang diikuti oleh semua pembina di unit pondok masing-masing.

Pondok Putra : Aula lantai 3 dan Aula lantai 1 / Perpustakaan

Pondok Putri : Rumah Mudir Pondok

Tebuireng Jombok : Balai Diklat dan SMP Sains

TBI Kesamben: Gedung Madrasah

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kegiatan pelatihan dan pendampingan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang konkret dalam mengatasi masalah bullying di pesantren dan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik.

“Dengan terwujudnya pesantren yang ramah santri, diharapkan generasi muda yang dihasilkan dari lembaga ini akan menjadi  pribadi-pribadi yang berakhlak mulia, berpengetahuan luas, dan siap berkontribusi  positif bagi masyarakat dan bangsa,” tulis panitia dalam sebuah sebaran undangan.

Pada pelatihan tersebut, pondok putri didampingi oleh Dr. Mualifah, M.A.  praktisi psikologi dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan lima fasilitator, fasilitator pertama yaitu Rizky Amalia yang menyampaikan materi Pesantren Well being. 

Rizky Amalia menjelaskan bahwa cara kita bisa mewujudkan well being terdapat lima hal, yaitu: pertama: Positif E-motion, menumbuhkan perasaan yang positif, menyenangkan, kegembiraan tentram serta kasih Saya. Kedua: Engagement, keterlibatan, salah satunya berpatisipasi dalam kegiatan yang disukai. Ketiga: Relationship (Hubungan) , berdiskusi dengan santri. Keempat: Meaning (makna) berikan tantangan untuk menemukan makna hidup yang juga berhubungan dengan makna hidup. Dan kelima: Accomplishment (rasa pencapaian). Memberikan reward kepada santri atas keberhasilannya. 

Baca Juga: Upaya Tebuireng Ciptakan Pendampingan Pesantren yang Ramah Santri

Fasilitator kedua membahas mengenai komunikasi yang baik  yang di fasilitatori oleh Nanda Dwi Putri Herawati, S.Ag. Alumni Ma’had Aly tersebut menjelaskan bahwa komunikasi yang ideal adalah kemampuan mendengarkan secara aktif, yang memungkinkan kita mendapatkan umpan balik positif dan memperkuat hubungan yang saling menguntungkan. 

Dilanjutkan dengan pemateri yang ketiga oleh fasilitator Azizah Irodah Ali, S.Sos. Mengenai Dinamika Kelompok. Poin pembahasan materi ketiga ini mencakup bagaimana individu berkomunikasi dengan baik atau sharing  antar sesama individu. Demi tercapainya tujuan bersama dalam kelompok tersebut, yang mana hal ini juga berkaitan dengan materi komunikasi untuk terciptanya kesalingan, seperti halnya santri, mereka juga butuh didengar tidak hanya mereka mendengarkan pembinanya. 

Materi keempat, fasilitator: Dian Arrij, M.H mengenai materi : Self Care (merawat kesejahteraan psikologis pembina). Diantara Gejala stres yang ia sampaikan, adalah: Fisik, masalah tidur, kelelahan dll. Emosi : mood swing : mudah jengkel emosi tumpul dsb. Mental: cepat lupa, mimpi buruk dll. Perilaku: meningkatnya perilaku beresiko, selera makan terganggu, Waspada yang berlebihan dan suka menyendiri. Spritual: merasa hampa, kehilangan makna hidup, penuh keraguan dan marah pada tuhan. Sosial: menghindar, membatasi diri, hilangnya minat melakukan aktivitas sosial. 

Dilanjutkan dengan pemateri keempat yaitu Pendampingan santri berbasis konseling oleh fasilitator Fitria Maulidia, S.Ag., M.Pd. Pada pembahasan materi konseling ini ia menyampaikan bahwa pendampingan berbasis konseling bukan selalu menuntut santri mengikuti kita. Akan tetapi sebagai pembina lebih kepada  untuk memahami, menerima santri sehingga bersama-sama mencapai tujuan bersama.

Baca Juga: Pembina dan Pengasuh Pondok Evaluasi Pelatihan Pesantren Ramah Santri

Dilanjutkan pada materi  Solution Focused Brief Conselling (SFBC), salah satu metode konseling, teknik ini yang direkomendasikan supaya permasalahannya cepat selesai. Prinsip umum SFBC yaitu:

  1. Bila tak rusak jangan dibenahi
  2. Bila sesuatu berhasil, maka lakukan itu lebih banyak lagi
  3. Bila tak berhasil maka jangan lakukan lagi, lakukan sesuatu yang lain

Dilanjutkan dengan pemateri terakhir oleh pemateri Rafiqatul Anisa, S.Ag. M,Pd., yaitu mengenai Psychologi First Aid (PFA). Ia menyampaikan bahwa tujuan PFA ini terdapat beberapa hal diantaranya yaitu : 

  1. Membuat Santri merasa aman, terhubung dengan orang lain, merasa tenang, dan memiliki harapan.
  2. Menghubungkan Santri dengan dukungan sosial, fisik dan emosional
  3. Membuat Santri mendapatkan kembali kontrol untuk membantu diri sendiri
  4. Mencegah dampak psikologis yang lebih serius

Pelatihan ini ditutup dengan closing statement dan foto bersama Dr. Mualifah, M.A. “Percayalah melalui semangat kita serta role model, kita bisa mencetak santri yang berguna bagi agama dan negara.” Tutupnya.



Pewarta: Qurratul Adawiyah