Pesantren Peduli Lingkungan, Kenali Bank Sampah Tebuireng

Pihak Bank Sampah Tebuireng (BST) saat memberikan penyuluhan tentang pentingnya pengelolaan sampah untuk menjaga lingkungan. (foto/zul)

Oleh: Dimas Setyawan*

Bank Sampah Tebuireng (BST) merupakan salah satu unit baru yang berada di bawah unit Pemelihara lingkungan, Yayasan Hasyim Asy’ari. BST sebelumnya berada dalam naungan unit Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT). Unit yang berdiri pada tanggal 13 Oktober 2013. Setelah melintasi perjalanan panjang maka pada tahun 2022 ini, terdapat upaya agar bisa fokus dan mandiri maka menjadi unit tersendiri. 

Gus Bambang Harimurti selaku dewan pembina bersama Ustadz Ahmad Faozan, melakukan penataan ulang. Dari mulai penataan manajemen organisasi, konsolidasi antar lembaga, pemenuhan Sarana Prasarana dan lain sebagainya. 

Adapun Bank Sampah Tebuireng hadir untuk ikut turun andil dalam menjaga keberlangsungan pengelolaan sampah di Pesantren Tebuireng, yaitu:

  1. Memecahkan permasalahan sampah di wilayah Tebuireng dan sekitarnya yang sampai saat ini belum teratasi dengan baik

Meningkatkan kepedulian masyarakat pesantren khususnya akan pentingnya hidup bersih dengan pengelolaan sampah yang baik dan tuntas

Menyadarkan dan mengajak masyarakat pesantren untuk memanfaatkan barang bekas yang masih bisa dimanfaatkan baik secara ekonomi maupun hal lainnya, sehingga mengurangi jumlah timbunan sampah

Menjanjikan keuntungan kepada masyarakat yang menjadi nasabah BST

Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomi

Membuka lapangan pekerjaan baru

Menciptakan lingkungan yang bersih, Berkah, Berlimpah

Mengenai program dari Bank Sampah Tebuireng antara lain:

  1. Selama tiga bulan terakhir, pengelola BST juga melakukan pendataan ulang mengenai jumlah sampah yang datang, terpilah, dan terbuang. Serta pelatihan internal mengenai pemahaman jenis-jenis sampah yang mengandung nilai ekonomi. Setelah mampu memahaminya kemudian dipraktikkan secara langsung. Tiga bulan pertama hasil sampah pilahan masih dijual belum diproduksi dalam bentuk barang.
  2. Tentu saja, hal demikian masih menyisakan banyak hal yang ingin dicapai. Selanjutnya dewan Pembina dan Ketua mengajak orang yang dianggap cakap dari lintas sektor untuk mendiskusikan bab persampahan. Bahkan juga melibatkan sejumlah akademisi dari Universitas Hasyim Asy’ari. Kehadiran para pakar inilah, yang sedikit banyak ikut mewarnai. Setiap Rabu siang mereka para akademisi berkumpul mendiskusikan banyak hal termasuk rencana pembuatan produk seperti Kompos, Paving, Tas, dan kerajinan dari sampah.
  3. Jika tak ada aral melintang, pemilahan sampah di BST juga disiapkan menggunakan conveyor. Mesinnya sudah siap, menanti bangunan baru yang sedang dalam tahap pembangunan.Dalam hal ini, BTS masih fokus menangani masalah sampah kering yang dihasilkan dari Pesantren Tebuireng. Kedepan, sampah basah juga rencana akan dikelola dan dimanfaatkan.

Terdapat tiga jenis sampah organik yang diolah di Bank Sampah Tebuireng yakni; Sampah Organik, Sampah Anorganik dan Sampah B3.

  1. Sampah Organik 

Terdapat pembagian dua sampah organik yakni, basah dan kering. Adapun sampah organik basah contohnya adalah sisa sayur, kulit pisang, buah yang busuk, kulit bawang dan sejenisnya. Sampah organik kering adalah sampah organik yang sedikit mengandung air. Contoh sampah organik misalnya kayu, ranting pohon, kayu dan daun – daun kering.

Selain itu sampah organik juga bisa dibedakan menjadi lebih detail ke dalam lima jenis berdasarkan sumber atau jenis sampahnya. Kelima kategori itu adalah: 

1. Sampah sisa makanan

seperti namanya, mencakup segala jenis sampah yang dihasilkan dari proses mengelola makanan, mulai dari sisa-sisa bahan makanan seperti kulit telur, bonggol sayuran, kulit buah, tulang ikan dan ayam, serta material lain yang tidak dikonsumsi. 

  1. Sampah Kebun 
  • Sampah kebun mencakup segala jenis material yang umumnya berasal dari taman atau pekarangan seperti daun-daun kering, ranting, serta rumput dan daun yang dipangkas. 
  • Selain disebut sampah kebun, sampah jenis ini biasa dikenal juga dengan sampah cokelat atau sampah kering dan ideal untuk dimanfaatkan dalam pengomposan. 
  1. Sampah Agrikultur/Pertanian
  • Sampah pertanian berasal dari proses pemrosesan tanaman seperti batang jagung, sekam padi, dan dedaunan. Biasanya dikelola dengan beberapa cara, mulai dari dibakar sampai diproses secara lebih kompleks untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar. 
  1. Sampah Sisa Hewan Ternak
  • Sampah dari hewan ternak seperti kotoran sapi dan kambing juga dikategorikan sebagai sampah organik. Kotoran hewan ini biasanya digunakan sebagai pupuk atau diolah menjadi biogas untuk dipakai sebagai bahan bakar. 
  1. Sampah dari Bagian Tubuh
  • Bagian tubuh yang dimaksud antara lain rambut dan kuku manusia, serta bulu atau kulit dari hewan. Bahkan, rambut dan kuku kita bisa juga dimasukkan ke dalam komposter, lho. 
  1. Sampah Anorganik 

Adapun sampah anorganik adalah sampah yang terdiri atas bahan-bahan anorganik. Contoh bahan-bahan anorganik adalah bahan logam, plastik, kaca, karet, dan kaleng

  1. Sampah B3
  • Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus.
  • Pemakaian karbol untuk menguras bak mandi, parfum, hairspray, air freshener, obat nyamuk, pestisida untuk tanaman hias, merupakan barang-barang di rumah yang tergolong ke dalam limbah B3 rumah tangga. Peralatan elektronik di rumah seperti baterai bekas, lampu bekas, dan peralatan elektronik lain di rumah yang tidak terpakai lainnya juga tergolong ke dalam limbah B3.
  • Selama ini, masyarakat umum tidak memisahkan pembuangan sampah rumah tangga dengan sampah B3, terutama sampah B3 yang ukurannya kecil-kecil. Meskipun konsentrasi pencemarnya sedikit, namun apabila diakumulasikan dengan jumlah sampah B3 dari rumah-rumah lainnya, maka sampah B3 tersebut dapat bersifat toksik yang dapat merusak lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.

Exit mobile version