Ilustrasi orang yang berdoa dan memohon pada Allah (sumber: tirtoID)

Ada 2 hal yang harus diketahui, antara terus merayu tuhan atau pasrah terhadap ketentuan-Nya. Jika merayu, maka keyakinanlah kuncinya. Namun jika pasrah dengan ketentuan-Nya maka ikhlas yang menjadi pondasi. Ini bukan tentang pilihan, Adalah tentang liku kehidupan yang sedang berada pilu. Pikiran yang selalu berisik. Apa yang seharusnya tidak dipikirkan, malah dipikirkan. Menganga tidak penting. Akhirnya, kita tetap hanya akan berdiri bahkan berlari ditempat. Bodohnya, disertai melamun.

Apa yang dihasilkan? Mendapatkan ilham? Atau mendapatkan wahyu? Atau kita malah melihat capaian akhir orang lain. Minder, insecure atau penyakit-penyakit lainnya yang membuat kita terjangkit. Betul memang, tidak ada yang percuma. Namun, jika berdoa merayu tuhan tanpa menyertai usaha, sama saja dengan bohong!

Merayu tuhan bukan karena kita tidak menerima ketetapan-Nya, namun kita sebagai hambanya berhak memilih jalan hidup mana yang kita ambil dengan tetap meminta petunjuk dari-Nya. 

Baca Juga: Doa Agar Mencintai Seseorang yang Mencintai Allah

Ketika sudah berusaha merayu, namun tetap tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, maka percayalah, ada sesuatu yang lebih baik yang telah disiapkan oleh-Nya. Yakin. Allah sebaik-baik Pemberi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Allah sangat menyayangi hamba-Nya maka tidak mungkin jika kita terjatuh ke lubang yang paling dalam dan terjerembab dalam kemaksiatan allah tidak menolong kita. Pasti Allah memberikan pertolongan.

Mengapa kita tetap mempertahankan sesuatu yang bukan milik kita? mengapa kita selalu yakin dan percaya bahwa sesuatu itu adalah yang terbaik? padahal yang mengetahui baik buruk semua sesuatu itu adalah Allah. Seperti seolah-olah kita tau segalanya. 

Tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mengikhlaskan terhadap sesuatu yang kita ingini namun tidak diberikan kepada allah. 

Allah bukan tidak memberikan. Ada 3 tahapan Allah dalam memberikan sesuatu kepada hamba-Nya. Yang pertama, Allah langsung mengabulkan permintaan seorang hamba. Yang kedua, Allah akan mengabulkan tapi disertai dengan ujian dan rintangan terlebih dahulu. Yang ketiga, Allah tidak mengabulkan permintaan seorang hamba melainkan dengan menggantinya dengan yang lebih baik daripada apa yang telah dipinta.

Allah Maha Baik. Jangan karena perkara permintaan kita tidak dikabulkan oleh Allah membuat kita berprasangka buruk kepada-Nya. 

Mudah memang menuliskan semua teori. Namun, ketika mempraktekkan di dalam kehidupan sehari-hari sangatlah susah. Kita tidak tahu sampai kapan kita bisa berdamai dengan sesuatu yang kita pinta namun tidak dikabulkan. Setiap kita pasti telah berusaha, namun tetap mengeluh susah itu adalah hal yang lumrah. 

Baca Juga: Amal Berstandar Tuhan

Maka ketika telah merayu namun tidak diberikan, tahap selanjutnya adalah pasrah. Ketika kita pasrah, maka ikhlaslah yang menjadi pemain penting dalam tahapan ini. Ikhlas bukan perkara melepas yang sudah saja akan tetapi ikhlas adalah tentang menerima ketetapan dan ketentuan yang telah Allah berikan kepada kita. 

Bagaimana tolak ukur seseorang bisa mengikhlaskan sesuatu? Jawabannya adalah ketika seseorang mampu menerima ketetapan dan ketentuan dari Allah. Bukan keluhan yang diutarakan akan tetapi adanya pemikiran untuk berubah supaya diri mampu menerima segala ketetapan-Nya. 

Pasti bertanya tentang; Mengapa ketetapan dan ketentuan-Nya selalu tidak sesuai dengan keinginan dan kemauan kita? Garis besarnya adalah Karena kita tidak tahu bagaimana  masa depan kita. Kita memang berhak memiliki rencana dalam kehidupan. Tapi kita harus selalu ingat bahwa Allah sebaik-baik Perencana. Jangan pernah mematok pemberian Allah. 

Apabila Allah berfirman “Kun” Jadilah! Maka semua hal yang kita pikir tidak mungkin terjadi kepada kita, maka itu akan menjadi mungkin. Dan sebaliknya, ketika pikir sesuatu itu adalah yang terbaik bagi kita, yang mungkin bagi kita, seketika itupun allah mengaturnya menjadi ketidakmungkinan. Yang berakhir pada harapan semu. Maka jangan pernah menggantungkan harapan-harapan kita kepada manusia. Karena manusia adalah sumber kekecewaan yang hakiki. 

Baca Juga: Cinta kepada Allah Tidak Bersyarat

“Aku sudah merasakan semua kepahitan hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.” Ali Bin Abi Thalib

Jika kita memiliki keinginan maka berharaplah kepada Allah. Jika keinginan tidak diberi, maka yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah akan memberikan yang lebih baik dari apa yang kita pinta. Semua yang Allah berikan sudah menjadi takdir bagi kita hamba-Nya, Namun Allah tidak sembarang memberikan takdir itu kepada kita. Pasti ada makna dari setiap takdir yang telah Allah berikan.



Penulis: Nabila Rahayu