
Oleh: Faisal Bagus Aji Apriliawan*
Darah panas pemuda Indonesia harus terus mengalir di dalam arteri kawula muda bangsa Indonesia. Semangat pemuda Indonesia yang telah terkristalisasi pada ikrar 28 Oktober 1928 sudah seharusnya menjadi tonggak utama semagat bagi para pemuda dalam menjaga tumpah darah Indonesia.
Namun ironisnya, ideologi para pemuda pun ikut sirna seiring bertambahnya usia. Apakah semangat itu telah padam? Atau para pemuda yang telah menua itu lupa dengan ikrar yang telah diucapkan, para pemuda yang kini menyongsong generasi tua hanya mementingkan syahwat kekuasaan sehingga mereka menggunakan berbagai jurus dalam merebut simpati dari masyarakat, salah satu dari jurus tersebut adalah ‘demagog’.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerjemahkan ‘demagog’ sebagai penggerak (pemimpin) rakyat yang pandai menghasut dan membangkitkan semangat rakyat untuk memperoleh kekuasaan. Demagog adalah istilah politik yang berasal dari bahasa yunani “demos” yang bermakna rakyat dan “agogos” yang bermakna pimpinan dalam arti negatif. Yaitu pemimpin yang menyesatkan demi kepentingan pribadinya.
Dari pengertian lain, juga dikumpulkan oleh pendapat ahli lainnya. Haryatmoko, seorang pengajar program Pascasarjana Filsafat Universitas Indonesia dalam tulisannya di Kompas berjudul “Demagogi dan Komunikasi Politik” menyatakan sebagai berikut: “Politikus cenderung demagog. Ia bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang paling membingungkan dengan menampilkan wajah sebanyak kategori sosial rakyatnya. Ia bisa menunjukkan berbagai peran sehingga membuat tindakannya efektif di dalam situasi yang beragam.”
Menurutnya, seorang demagog akan meyakinkan kepada pendengarnya bahwa ia berpikir dan merasakan seperti mereka. Ia tidak akan menegaskan pendapat pribadinya, tetapi pernyataannya mengalir bersama dengan pendapat pendengarnya. Maka, demagogi mengandalkan kelenturan wacana. Kelenturan ini dibangun melalui khazanah politik yang ambigu, supaya kata yang sama bisa ditafsirkan sesuai dengan harapan pendengarnya.
Tak hanya itu, Mahfud MD juga pernah menuliskan pengertian demagog di majalah Gatra tahun 2007 silam dan diposting kembali melalui laman pribadinya berjudul dominasi kaum demagog. Ia menulis: “demagog adalah agitator-penipu yang seakan-akan memperjuangkan rakyat padahal semua itu dilakukan demi kekuasaan untuk dirinya. Demagog biasa menipu rakyat dengan janji-janji manis agar dipilih tapi kalau sudah terpilih tak peduli lagi pada rakyat; bahkan dengan kedudukan politiknya sering mengatas namakan rakyat untuk mengeruk keuntungan.
Dengan syahwat kekuasaan tinggi, syahwat yang dimiliki pemuda yang telah berevolusi menjadi generasi tua itu. Sudah selayaknya pula Indonesia memiliki tunas muda baru yang mewarisi semangat para founding father bangsa untuk memutus segelintir pemimpin yang mengacau. Pemuda yang akan terlahir dengan idealisme yang tinggi serta integritas yang kuat sehingga terputuslah bibit-bibit generasi yang membabi buta dalam memperebutkan tahta.
Virus pecah belah demagog kini mulai bangit kembali di bumi Indonesia. Dimana pemimpin melakukan penghasutan terhadap masyarakat sipil baik awam ataupun masyarakat yang memiliki intelektualitas yang tinggi, para pemimpin yang haus dengan kekuasaan itu selalu memberikan rasa takut dan sikap pesimistis kepada masyarakat Indonesia dengan kata-kata dusta yang membangkitkan presepsi buruk atau sikap emosi negatif masyarakat.
Mayoritas masyarakat Indonesia yang sering kali acuh terhadap pengetahuan dan fakta semasa hidupnya, mereka pun menjadi korban untuk dijadikan serdadu para pemimpin penebar virus pecah belah demagog, karena mereka hanya melihat isu yang diberikan tanpa mengklarifikasi dan mencari tahu akan substansi dari sebuah informasi. Sehingga, presepsi masyarakat pun sangat mudah tereksploitasi kemudian timbul lah prasangka buruk dan saling benci antar masyarakat, dengan demikian pemimpin demagoger tersebut meraup dukungan dari masyarakat.
Virus demagog menciderai pola pikir masyarakat Indonesia. Perlahan masyarakat Indonesia sudah kehilangan rasa saling percaya antar masyarakat. Sehingga, kemudian dari hilangnya rasa kepercayaan tersebut masyarakat akan merasa paling benar dan tidak mau saling menerima pendapat antara satu sama lain, agitasi yang dilakukan secara gencar oleh generasi tua sungguh sangat mengerikan untuk keberlangsungan suatu negara. Oleh karenanya, kita sebagai generasi muda sudah semestinya menghalau virus demagog yang di sebarkan oleh para penguasa sebelum menjalar luas ke pangkuan ibu pertiwi. Karena perbuatan agitasi ini tidak sejalan dengan nilai- nilai pancasila yang menjadi landasan kita dalam berpijak.
*Mahasiswa Unhasy Tebuireng Jombang.
Referensi: https://polkam.go.id/demagog-provokator-dan-motivator/