Oleh: Seto Galih P*
Pemuda zaman kemerdekaan bisa dibilang sakti atau ajaib, berbeda dengan pemuda saat ini yang terlihat lebih manja atau lebay. Dahulu Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda adalah peristiwa menarik karena sekalipun belum ada negaranya, belum ada pemerintahannya, para pemuda Nusantara sudah membuat konsep negara kesatuan Indonesia, jauh sebelum merdeka.
Tetapi ada yang lebih menarik, yaitu usia mereka. Usia pemuda pejuang saat itu rata-rata 20 tahunan atau tidak lebih dari 30 tahun. Dibanding dengan generasi muda saat ini bisa dikatakan pemuda Indonesia dimasa pergerakan tingkatan kedewasaan dan ketergantungan 20 tahun lebih cepat.
Lihat saja organisasi masyarakat (ormas) pemuda saat ini rata-rata diketuai oleh orang berusia 40 tahunan atau bahkan 50 tahunan. Bandingkan usia tokoh pemuda di masa pergerakan ketika kongres pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda diadakan, Sugondo Djojopuspito yang memimpin kongres berusia 24 tahun. Moh. Yamin yang menjadi pelopor dan salah satu tokoh sentral dalam kongres pemuda II berusia 25.
Kemudian Johanna Tumbuan dari Jong Sulawesi, ketika mengikuti kongres pemuda ia berusia 18 tahun. J. Leimana dari jong Ambon, lahir pada tahun 1905 berarti ketika mengikuti kongres pemuda II ia berusia 23 tahun. Mohammad Roem dari Jong Islamieten Bond, lahir pada tanggal 16 Mei 1908, berarti ketika mengikuti kongres itu usianya baru 20 tahun. Pada usia semuda itu mereka sudah mempunyai tekad kuat untuk bersatu. Sudah memiliki tekad kuat untuk meruntuhkan ego masing-masing untuk menetapkan bahasa persatuan dibawah bahasa daerah mereka. Suatu negara lain bisa mengakibatkan perang bahasa, seperti di Belgia atau pejuangan kemerdekaan di Quebel.
Fakta yang menarik adalah yang dipublikasikan oleh Ahmad Mansur Surganegara tentang peranan pendidikan. Selama ini tokoh-tokoh seperti Saifuddin Anshari, Harry J. Benda, John Inglesuh, dan Clifford Geertz, atau kerjanya menggunakan tokoh agama yang karena menyandang gerlar Ki atau Kiai menyangka bahwa mereka sudah tua, padahal mereka adalah pemuda. Misalnya H.O.S Tjokroaminoto pada waktu itu memimpin Sarekat Islam (SI) usianya masih muda. Pada tahun 1912 ia baru berusia 30 tahun.
Kiai Haji Mas Mansur pada usia 12 tahun sudah menunaikan ibadah haji, sudah masuk dalam gerakan Nahdlatul Wathan yang berarti kebangkitan negeri atau negara. Pada tahun 1910 saat usianya baru 20 tahun. Ia lalu pindah ke Muhammadiyah dan aktif di sana pada usia 26 tahun.
KH. Wahab Hasbullah tahun 1916 mendirikan Nahdlatul Wathan (kebangkitan tanah air). Ia lahir pada tahun 1888 berarti saat itu ia berusia 28 tahun. Bung Karno sudah aktif di organisasi Jong Java cabang Surabaya pada tahun 1915. Hamka masuk menjadi anggota Sarekat Islam pada usia 15 tahun. Mohammad Natsir masuk Jong Islamieten Bond pada usia 13 tahun.
Pemuda lain yang aktif dalam pergerakan nasional misalnya Semaoen, ia berusia 18 tahun ketika menjadi ketua Serikat Islam Semarang. Jendral Soedirman berusia 30 tahun ketika diangkat menjadi panglima besar. Ir. Soekarno pada 6 Juli 1901 dan mendirikan PNI tahun 1927. Berarti saat itu ia berusia 26 tahun dan jauh sebelumnya Ir. Soekarno sudah aktif dalam pergerakan nasional melalui Algemeene Studie Club, Bandung.
Mohammad Hatta lahir tahun 1902 dan menjadi ketua Indische Vereeniging tahun 1926, berarti ketika usianya baru 24 tahun. Tan Malaka lahir tahun 1897 dan aktif di Sarekat Islam Semarang tahun 1921 berarti usianya 24 tahun. Di indoneisa saja peran berdiri Tentara Pelajar yang juga menjadi andalan dalam perang kemerdekaan melawan Belanda usia mereka ada yang 13 tahunan.
*Siswa Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyyah Tebuireng Jombang.