tebuireng.online-Senin (8/8/16) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng mengadakan Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) bertema “Optimalisasi Multimedia untuk Media Berkarya dan Berdakwah”. Acara ini digelar di aula Ma’had Aly, acara diikuti oleh 40 mahasantri baru. Tampak hadir dalam acara pembukaan, mudir Ma’had Aly KH. Nur Hannan, Lc. M.HI. dan sejumlah dosen yang lain.
Hari pertama, agenda pembukaan pada pukul 08.00 pagi hari dimulai dengan arahan langsung dari Kyai Hannan mengenai seluk-beluk dan proses awal pendirian Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. Disambung mengenai peresmian 13 Ma’had Aly se-Indonesia, dalam hal ini beliau berpesan tanggung jawab yang diemban oleh mahasantri cukup berat. Dibutuhkan kepercayaan diri dan jiwa istiqomah dalam tafaqquh fiddin melalui ibadah mahdoh, sunnah dan lainnya. Terlebih di tahun ini Ma’had Aly Hasyim Asy’ari ditetapkan menjadi spesialisasi hadis, sebelumnya adalah fiqh dan ushul fiqh .
Siang hari, ada penyampaian materi dari wakil mudir bidang akademik KH. Ahmad Syakir Ridwan, Lc. M. Ei. dan wakil mudir bidang kemahasiswaan KH. M. Muthohharun Afif, Lc. M.HI. mengenai sejumlah peraturan dan poin yang harus dipatuhi oleh para mahasantri baru di Ma’had Aly.
Berganti hari (9/8) mahasantri baru diberi wawasan mengenai multimedia. Bapak Tendika Sukmaningtyas R., S.Si. bertindak sebagai narasumber, “Bisa saja sekarang kita berdakwah seperti apa yang dilakukan oleh para walisongo, akan tetapi zaman sudah berubah, dan sudah saatnya kita dakwah dengan memanfaatkan multimedia” ujar beliau yang juga menjadi pengajar di SMA Trensains Tebuireng.
Multimedia adalah istilah alat teknologi yang ada di zaman sekarang dan mempunyai beragam bentuk. Dakwah dengan sarana multimedia bisa mempermudah transfer keilmuan saat menghadapi pelbagai individu atau masyarakat luas. Beliau menekankan bahwa media bukan tujuan, tapi sekedar alat bantu.
Menjelang sore, ada diskusi tentang meneladani para salafus salih dibidang Ilmiah dan Amaliyah oleh Drs. KH. Junaedi Hidayat sebagai narasumber. Beliau tidak begitu mengelaborasi secara mendalam pembahasan ini. Hanya saja beliau memberi contoh konkrit dari tradisi keilmuan yang dibangun pada zaman Rasulullah saw., sahabat, dan generasi penerusnya. Seperti adanya dialog keilmuan yang dibangun dengan cinta tanpa memandang strata seseorang. Atmosfer ini yang hilang di zaman sekarang, tenaga pengajar lebih terlihat kontrak kerja dengan sertifikasi daripada mengabdi untuk mendidik murid.
Dihari terakhir materi (10/8), mahasantri baru akan diberi pengenalan tambahan tentang Pesantren Tebuireng oleh Drs. KH. Fahmi Amrullah Hadzik, BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Ma’had Aly oleh Muhammad Irham dan Vivicu (Video-video Lucu) oleh Hilmi Abedillah. serangakain kegaiatan Ospek ini akan ditutup dengan study banding pada hari Jumat ke Pesantren Sulaimaniyah di Surabaya (putra) dan Pasuruan (putri). (Sutan/Aldo)