Santri Tebuireng saat mengikuti apel HSN 2024 dan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 2024. (foto: irsyad)

Setiap bulan Oktober kita merayakan Bulan Bahasa di Indonesia, momen yang bukan sekadar penanda di kalender, tetapi juga sebagai ajang refleksi tentang kekuatan bahasa dalam membentuk identitas, budaya, dan komunitas. Dalam konteks Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober, perayaan ini memiliki makna yang sangat relevan dan mendalam. Bulan Bahasa memberikan kita kesempatan untuk merenungkan dan menghargai peran bahasa, sementara Hari Santri mengingatkan kita akan kontribusi santri dalam mempertahankan ajaran agama dan budaya.

Bahasa adalah cermin budaya dan identitas. Dalam konteks pesantren, santri menggunakan bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai medium untuk mengekspresikan nilai-nilai ajaran agama dan tradisi. Dalam proses belajar mengajar di pesantren, pengajaran kitab kuning dan berbagai tulisan memberikan santri kesempatan untuk mendalami makna dalam setiap kata. Oleh karena itu, Bulan Bahasa menjadi saat yang tepat untuk menggugah kesadaran akan pentingnya pelestarian bahasa, baik Bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.

Indonesia dikenal dengan keberagaman bahasa yang mencerminkan keragaman suku dan budaya. Dengan lebih dari 700 bahasa daerah, negara kita merupakan salah satu yang terkuat dalam hal keragaman linguistik. Santri yang berasal dari berbagai daerah berperan dalam melestarikan bahasa dan budaya lokal mereka. Namun, tantangan muncul ketika banyak bahasa daerah terancam punah akibat globalisasi. Data menunjukkan bahwa satu bahasa bisa hilang setiap dua minggu. Hal ini menjadi perhatian serius bagi kita semua.

Oktober sebagai Bulan Bahasa seharusnya menjadi momen bagi kita untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melestarikan bahasa daerah sebagai bagian dari identitas budaya. Hari Santri yang diperingati pada tanggal 22 Oktober dapat menjadi ajang untuk merayakan keragaman ini. Santri harus menyadari bahwa mereka bukan hanya pewaris nilai-nilai agama, tetapi juga sebagai penjaga bahasa dan budaya lokal. Dengan melestarikan bahasa daerah, mereka turut menjaga warisan budaya yang berharga dan membuatnya tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Pelestarian bahasa dapat dilakukan melalui pendidikan yang baik. Di pesantren, pengajaran bahasa daerah dan Bahasa Indonesia seharusnya menjadi bagian integral dari kurikulum. Ini tidak hanya membantu santri memahami akar budaya mereka tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas. Ketika santri memahami dan menggunakan bahasa daerah, mereka turut menjaga warisan budaya yang berharga. Lebih jauh lagi, ini dapat menginspirasi generasi muda untuk lebih mencintai dan menghargai bahasa yang mereka miliki.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Merayakan Bulan Bahasa dan Sastra Melalui Karya Seni

Bulan Bahasa juga memberikan dorongan bagi santri untuk lebih aktif dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sejak diresmikannya sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia telah menjadi simbol persatuan bangsa yang kaya akan keragaman suku, agama, dan budaya. Santri memiliki peran strategis dalam memperkuat penggunaan bahasa ini, baik dalam komunikasi sehari-hari maupun dalam lingkungan akademis. Penting bagi santri untuk mengembangkan keterampilan berbahasa agar mampu bersaing di tingkat global dan dapat mengartikulasikan pemikiran mereka dengan jelas dan lugas.

Pendidikan bahasa tidak hanya terbatas pada pengajaran formal, tetapi juga harus mencakup penggunaan bahasa dalam berbagai konteks. Di lingkungan pesantren, santri dapat dilatih untuk menulis karya-karya sastra, seperti puisi atau cerpen, yang menggambarkan pengalaman mereka. Dengan cara ini, mereka tidak hanya belajar bahasa tetapi juga berlatih untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka. Karya-karya ini bisa menjadi medium untuk menyampaikan nilai-nilai luhur yang diajarkan dalam agama dan budaya.

Media digital juga memiliki peran penting dalam mendukung pelestarian bahasa di kalangan santri. Dalam era teknologi saat ini, santri dapat memanfaatkan platform online untuk mempromosikan penggunaan bahasa daerah dalam bentuk puisi, cerita, atau lagu. Ini menjadi peluang untuk mengangkat bahasa daerah ke ranah yang lebih luas dan menjadikannya relevan di kalangan generasi muda. Melalui media sosial, mereka dapat berbagi karya-karya yang menggunakan bahasa daerah, sehingga meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan bahasa dan budaya lokal.

Hari Santri juga memberikan kesempatan untuk memperkuat peran bahasa dalam kehidupan santri. Hari Santri adalah momen untuk menghargai perjuangan santri dalam mempertahankan agama dan budaya. Di sinilah pentingnya mengintegrasikan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam komunikasi sehari-hari. Santri harus mampu mengembangkan keterampilan berbahasa agar dapat bersaing di tingkat global. Ini termasuk kemampuan berbicara di depan umum, menulis esai, dan berdiskusi tentang isu-isu penting dengan bahasa yang santun dan penuh makna.

Namun, tantangan masih ada. Di tengah perkembangan teknologi dan globalisasi, banyak santri yang lebih memilih menggunakan bahasa asing, seperti Inggris, dalam berkomunikasi. Meskipun kemampuan berbahasa asing sangat penting, kita tidak boleh melupakan bahasa ibu kita. Bulan Bahasa dan Hari Santri mengingatkan kita bahwa menjaga kualitas bahasa adalah tanggung jawab bersama. Santri, sebagai generasi penerus, harus berkomitmen untuk melestarikan dan mempromosikan bahasa mereka.

Sebagai penutup, mari kita renungkan sikap kita terhadap bahasa dan budaya di akhir bulan ini. Apakah kita sudah berkontribusi dalam pelestarian bahasa kita? Bulan Bahasa dan Hari Santri adalah saat yang tepat untuk merayakan keberagaman bahasa dan budaya di Indonesia. Mari kita ajak semua elemen masyarakat, termasuk dunia santri, untuk berpartisipasi dalam pelestarian bahasa, terutama di lingkungan yang kaya akan tradisi seperti pesantren.

Setiap Oktober, kita merayakan momen ini sebagai bentuk penghormatan terhadap bahasa kita. Kekuatan bahasa terletak pada penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dan dalam menjaga nilai-nilai budaya. Semoga bulan ini menjadi momen bagi kita semua untuk semakin mencintai dan merayakan bahasa, terutama dalam konteks perjuangan santri. Mari kita jaga dan lestarikan bahasa kita agar tetap hidup dan berakar kuat dalam setiap aspek kehidupan.

Bangunjiwo, Oktober 2024



Penulis: Shofwania Trihastuti

Santri Ponpes Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, kini mengabdi di Ponpes Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.