ilustrasi obat penyakit hati menurut ibrahim al-khawwash

Penyakit fisik yang kita rasakan bersumber dari dalam diri. Karena di dalam jiwa atau rohani yang sehat maka di situlah jasmani yang bugar. Jiwa yang sehat tersebut bisa dikendalikan oleh akal manusia itu sendiri. Akal sebagai pusat pengendali pikiran. Namun, apa yang dipikirkan akal berasal dari naluriyah hati.

Karena itu, hati kita haruslah bersih dan terbebas dari segala jenis penyakit baik yang sifatnya lahiriyah maupun batiniyah. Hati menjadi pusat pengendali segala bentuk emosi yang kemudian terpusat di otak sehingga tubuh bisa merespon rangsangan darinya. Kecenderungan hati terhadap kebaikan maka menggerakkan tubuh terhadap hal-hal yang positif, dan begitu pula sebaliknya.

Sebab hal itulah, manusia menjadi makhluk Allah yang paling sempurna dikarenakan memiliki satu kelebihan yang makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan tidak memilikinya, yaitu akal. Seandainya manusia tidak memiliki akal, tentu ia tak ubahnya hewan yang berjalan dengan berdiri. Kita seharusnya memahami dengan akal kita mengenai hakikat penciptaan kita yang sebenarnya. Hal ini selaras dengan firman Allah:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ  ٥٦

Dasar hakikat penciptaan ialah لِيَعۡبُدُونِ  yaitu agar kita semua beribadah kepada-Nya. Selain akal, terdapat pula satu hal yang menjadi pusat kontrol akan semua yang terjadi pada tubuh. Baik tidaknya perangai seseorang adalah bagaimana hal itu bekerja.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hal yang dimaksud tersebut adalah hati, pusat kontrol sifat, sikap dan perangai kita. Apabila hati bermasalah atau kita pernah melakukan maksiat sehingga hati kita kotor dan berpenyakit, hal itu perlu untuk segera diatasi yaitu dengan beberapa hal yang kami sebut dengan obat hati. Ibrahim al-Khawwash pernah menuturkan bahwa obat hati itu ada dalam 5 perkara:

Membaca al-Quran dengan Tadabbur

Membaca al-Quran selain mendatangkan pahala juga bonusnya adalah ketenangan batin. Jiwa menjadi damai dengan lantunan kalam Allah. Hati pun merasa tenteram dan terhindar dari segala jenis emosi yang buruk.

Dan mengapa harus dengan tadabbur? Kemuliaan al-Quran serta keautentikannya tentu sudah banyak bahasannya dan tidak perlu lagi diuraikan panjang lebar di sini.

Tadabbur berarti memahami al-Quran baik itu secara implisit maupun eksplisit. Membaca al-Quran saja sudah membuat hati kita tenang dan tentram, apalagi ditambah tadabbur. Dengan memahami makna ayat dalam al-Quran yang biasanya dilukiskan secara tersirat akan membuat hati semakin mantap, menambah keimanan serta perasaan damai yang luar biasa.

Telah banyak kajian sains yang menyebutkan dan membuktikan kemukjizatan ayat-ayat Allah ini bahkan hanya dengan mendengarnya saja. Mentadabburi al-Quran sebagai upaya untuk merealisasikan pelajaran serta hikmah yang terdapat dalam al-Quran agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Mengosongkan Perut

Poin kedua ini juga tidak kalah penting, karena apabila perut telah penuh atau kenyang maka tubuh akan merasa malas untuk bergerak, mata pun ingin segera terlelap hingga senyap menyapa. Saat itu yang awalnya ingin belajar dan beribadah tertunda karena perut sudah penuh hingga bersendawa.

Sebaliknya, apabila perut kosong ditambah tempat yang sepi—jauh dari hiruk-pikuk keramaian—akan sangat mendukung untuk kita jadikan waktu yang berkualitas yang bisa diisi dengan belajar atau dengan ibadah sunnah lainnya.

Bangun di Waktu Malam

Bangun di waktu malam dan melakukan ibadah-ibadah yang khusus kepada Allah. Selain untuk kedamain hati, bangun di waktu malam memiliki keistimewaan yaitu mudahnya Allah mengijabah doa hamba-hamban-Nya di waktu ini. Ibaratkan doa kita dengan orang yang mengantre untuk membeli barang. Semakin awal kita datang untuk membeli, maka semakin cepat juga kita mendapatkan

barang tersebut dan tidak perlu berdesakan dengan orang lain yang datang kemudian. Namun ada etika atau adab yang perlu diperhatikan agar doa-doa kita Allah perkenankan dengan segera.

Mendekatkan Diri kepada Allah di Waktu Sahur

Yaitu dengan berusaha khusyuk dan bersungguh-sungguh dalam beribadah juga berdoa kepada Allah. Berusaha memurnikan hati dengan hanya mengharap ridlo-Nya.

Duduk bersama dengan Orang Saleh

Kenapa hanya disebutkan duduk? Karena dengan hal sederhana itu bisa menarik berbagai kebaikan lain. Misalkan kita sedang duduk dengan orang alim yang mana meskipun mereka tidak mengenal kita, mereka pasti menyapa dengan memanggil salam atau bahkan dengan senang hati menanyai kabar. Dari lisannya kita bisa memetik banyak kalam hikmah. Hati pun cenderung tenteram dan bersemangat untuk berbuat kebaikan, hingga niat kita untuk beramal baik kian mencuat.

Terlepas dari semua hal di atas, segala sesuatu yang terjadi harus kita gantungkan pada Allah semata. Karena tidak ada penyakit yang menimpa kita melainkan telah Allah perkenankan hal itu untuk kita. Wallahu a’lam.

Baca Juga: Sebuah Nasihat Penyembuh Penyakit Hati


Ditulis oleh Emilia Angraini