
Disadari atau tidak, zaman yang beranjak sangat masif membawa perubahan sangat dahsyat dalam kehidupan. Salah satunya adalah tentang cara berdakwah yang kini menemukan banyak wajah barunya. Banyak kalangan, termasuk muslimah yang pandai memanfaatkan dunia digital untuk berbagi kebaikan, seperti menyebarkan ilmu, dan menginspirasi sesama lewat media sosial. Sejujurnya, ini perkembangan yang sangat luar biasa. Betapa indahnya ketika melihat para perempuan berhijab yang bisa tampil dan percaya diri, menyampaikan ayat-ayat Allah, atau berbagi kisah hijrah mereka kepada sesama. Namun, di balik semangat itu, ada ruang perenungan yang perlu kita pahami bersama:tentang bagaimana menjaga hati agar dengan berdakwah di dunia gital tetap bersandar pada niat yang lurus kepada Allah?
Akhir akhir ini ketika bermain sosial media, entah instagram,facebook,tweeter yang sekarang sudah ganti nama menjadi X, threeds instagram dan tik tok, saya pun mencoba memperhatikan beberapa akun dakwah para muslimah di media sosial yang sudah saya sebutkan. Mayoritas dari mereka memang menyampaikan pesan-pesan kebaikan dengan cara yang menarik: seperti, visual yang rapi, audio yang menyentuh, hingga gaya personal yang khas. Tapi di sela-sela itu, muncul pertanyaan kecil dalam hati: “Sudahkah semua ini benar-benar karena Allah?” Pertanyaan itu bukan ditujukan pada orang lain, tapi untuk diri saya sendiri, dan barangkali juga bisa kita renungkan bersama agar bisa menjadi muslimah yang sesuai dengan apa yang sudah di syariatkan.
- Dunia Maya yang Tak Pernah Sepi
Media sosial merupakan sebuah ruang yang sangat sibuk. Didalamnya akan ada jutaan konten baru setiap harinya, dan semuanya berlomba-lomba untuk dilihat karena tertarik dengan semua yang ada di konten tersebut. Tak jarang, kita termasuk saya sendiri khususnya merasakan dorongan untuk ikut tampil, membagikan sesuatu, dan berharap itu disukai banyak orang. Rasanya emang menyenangkan ketika unggahan kita mendapat banyak likes, komentar positif, dan dibagikan oleh banyak akun karena viral
Namun, seharusnya sebagai muslimah, kita harus selalu ingat bahwa setiap hal yang kita lakukan akan kembali kepada niat kita yang awal. Rasulullah ﷺ bersabda:”Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya mendapatkan apa yang ia niatkan…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Menjadi Muslimah Tak Cukup Sekadar Pintar
Hadis ini memang sangat sederhana, tapi makna yang sangat mendalam. Termasuk dalam hal berdakwah secara digital, niat adalah kunci utama. Sebab niat adalah hal yang hanya Allah lah yang tahu. Kita mungkin pandai menata feed, menyesuaikan tone warna, bahkan menghafal kata-kata indah sebagai caption tapi tak ada satu pun dari kita yang benar-benar berarti jika tidak berangkat dari hati yang tulus.
- Self-Branding Itu Boleh, Tapi…
Self-branding adalah hal yang sangat wajar, bahkan bisa menjadi jalan utama untuk berdakwah yang efektif. Kita hidup di zaman di mana citra diri dan konsistensi personal sangat berpengaruh. Membangun citra muslimah yang positif bisa menjadi cara untuk menarik perhatian orang lain agar tertarik dan mengenal Islam lebih dekat. Tapi kita juga terkadang perlu jujur: ada kalanya, kita mulai lebih fokus pada tampilan daripada pesan yang disampaikan. Lebih peduli pada estetika feed daripada makna kontennya.
Hal ini memang sangat manusiawi. Sebab kita semua pasti ingin terlihat baik. Tapi di sinilah pentingnya kita untuk tetap menjaga hati agar citra yang kita bangun tidak menjadi beban, apalagi jebakan. Sebenarnya allah tidak meminta kita untuk sempurna di mata manusia. Allah hanya ingin kita jujur dan ikhlas dalam beramal dan berdakwah kepada sesamanya.
- Refleksi dari Kita, Untuk Kita
Dalam sebuah kajian daring yang saya ikuti, disitu saya pernah mendengar seorang ustazah berkata, “Setiap kali kamu ingin unggah sesuatu di media sosial, tanya dulu: kalau tidak ada yang lihat, masihkah kamu akan mempostingnya?” Kalimat itu sangat menjadi sebuah tamparan lembut. Sebab, jujur saja, ada kalanya kita memposting bukan karena ingin berbagi, tapi karena ingin dilihat oleh mata dunia.
Sebenarnya tidak salah jika ingin terlihat baik. Tapi mari kita seimbangkan dengan kejujuran niat. Sebab keikhlasan adalah hal yang tidak bisa dipoles dengan filter. Ia tumbuh dari dalam yang paling dalam, dari rasa ingin dekat kepada Allah, bukan dari keinginan untuk viral atau dikenal banyak orang.
Seorang teman saya pernah berkata tentang keresahan hatinya “Kadang aku takut berdakwah di media sosial. Takut niatku bercampur. Tapi aku juga takut tidak berdakwah. Maka yang aku lakukan adalah terus belajar, terus istighfar, dan terus mencoba.” Nah dari situ saya mulai memahami bahwa seperti itulah semangat yang bisa kita pegang bersama. Bahwa dalam menjalani sebuah rute menuju ikhlas bukan jalan yang sekali jadi, tapi perlu proses yang harus selalu kita rawat.
- Penutup: Bersama Menjaga Niat
Dunia digital memang memberi peluang yang sangat besar untuk muslimah berdakwah. Kita bisa menjangkau beberapa orang dan bahkan ribuan orang hanya dengan satu klik. Tapi bersamaan dengan itu,perlu kita ketahui bahwa tantangan menjaga hati pun makin besar tenaganya. Maka dengan itu marilah kita saling mengingatkan dengan lembut: bahwa dakwah bukan tentang seberapa banyak yang melihat, tapi tentang seberapa tulus kita menyampaikan.
Baca Juga: Cara Mudah Jalan Menuju Surga bagi Muslimah
Jika hari ini kita belum sepenuhnya yakin dengan niat kita sendiri, itu bukan suatu alasan untuk berhenti. Tapi justru sebuah panggilan untuk lebih dekat pada Allah. Mari terus belajar, terus bertumbuh, dan terus memperbaiki. Karena sesungguhnya, Allah tidak melihat hasil akhir kita, tapi melihat usaha dan kejujuran niat kita dalam setiap perjuangannya.
Semoga setiap unggahan kita bukan sekadar konten, tapi jadi sebuah amal. Semoga setiap kata kita bukan hanya menginspirasi orang lain, tapi juga menyelamatkan diri kita sendiri. Dan semoga, saat semua layar padam, dan semua akun tak lagi aktif—kita masih punya cahaya di hati yang menuntun kita pulang kepada-Nya.
Penulis: Wan Nurlaila Putri