
Silaturahmi merupakan sebuah konsep yang berakar kuat pada kekayaan budaya di masyarakat. Silaturahmi memiliki makna mendalam yang melampaui sekadar etiket sosial atau formalitas. Pada intinya, silahturahmi mewujudkan hubungan yang mendalam antar individu, menumbuhkan rasa persatuan, empati, dan saling pengertian. Dalam perspektif Sunda, silahturahmi bukan sekadar tindakan fisik mengunjungi atau berhubungan dengan orang lain, namun merupakan wujud dari keinginan esensial manusia untuk menjalin ikatan yang bermakna dan menumbuhkan rasa kebersamaan.
Konsep “silih”, atau tindakan kebaikan yang berbalas, merupakan inti dari silahturahmi, di mana individu berusaha untuk saling mengangkat dan mendukung, menciptakan lingkungan yang harmonis dan membina. tentang “silih asah, silih asih, silih asuh” saling mengasah, mencintai, dan mengasuh -menggarisbawahi nilai-nilai dasar budaya Sunda, di mana setiap individu diharapkan saling bertukar perhatian, bimbingan, dan kasih sayang, dukungan.
Jaringan hubungan timbal balik yang rumit ini memperkuat struktur sosial komunitas, karena tindakan masing-masing individu berkontribusi terhadap kesejahteraan dan keharmonisan kolektif. Di era globalisasi, di mana laju kehidupan dan tuntutan masyarakat modern sering kali menyebabkan terputusnya hubungan dengan akar dan nilai-nilai yang menyatukan kita. Menurut saya esensi kemanusiaan terletak pada kemampuan membina hubungan yang bermakna dan menumbuhkan rasa kebersamaan.
Dalam tradisi budaya Sunda, etos ini terangkum dalam konsep “silih asah, silih asih, silih asuh” yang menekankan pentingnya saling tumbuh, menyayangi, dan peduli. Inti dari filosofi ini adalah pengakuan bahwa manusia pada dasarnya saling bergantung dan bahwa kesejahteraan kita terkait erat dengan kesejahteraan orang-orang di sekitar kita. Pemahaman ini sangat penting dalam konteks resolusi konflik, dimana kemampuan untuk mengatasi perbedaan individu dan merangkul rasa kemanusiaan bersama dapat menjadi kunci menuju perdamaian dan keharmonisan yang abadi.
Baca Juga: Pentingnya Menjaga Hubungan Silaturahmi
Pendekatan masyarakat Sunda terhadap pendidikan, yang didasarkan pada kerangka berbasis silas, juga mencerminkan penekanan pada pengembangan lingkungan yang harmonis dan inklusif. Dengan mendorong siswa untuk melihat diri mereka sebagai bagian dari konteks sosio-kultural yang lebih besar, pendekatan ini menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama, yang dapat berperan penting dalam mencegah dan menyelesaikan konflik.
Rasullullah telah bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT menciptakan makhluk, hingga apabila Dia selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: ini adalah kedudukan orang yang berlindung denganMu dari memutuskan. Dia berfirman: “Benar, apakah engkau ridha jika Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau?” Ia menjawab: iya.
Dia berfirman: “Itulah untukmu.”. Dan manfaatnya silaturrami ini bisa menjauhkan kita dari api neraka sebagaimana di tuliskan di dalam hadist yang ber-arti “Engkau menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Silaturrahmi mengandung banyak manfaat selain untuk alat untuk saling bertemu dan menukar informasi silaturrahmi juga memiliki manfaat tersembunyi yaitu menambah keakraban antar individu juga terselip komunikasi hati yang hanya hati yang bisa memahami seperti timbul rasa empati atau respect terhadap individu yang menyambung silaturrahmi dengan individu lainnya dari topik pembicaraan yang sedang di bahas.
Baca Juga: Silaturahmi, Wasilah Mencapai Derajat Birrul Walidain
Untuk itu silaturrahmi dalam artian luas tidak hanya sekadar berkunjung dan bertegur sapa tetapi dalam silaturrahmi terdapat hikmah yang mendalam dan silaturrahmi ini harus di lestarikan di era globalisasi yang semua sudah tergantikan dengan teknologi tetapi jangan sampai itu semua menjadi batas untuk terus bersilaturrahmi karena semuan itu bisa berjalan beriringan. Dengan kecanggihan teknologi dewasa ini justru memudahkan kita dalam bersilaturrahmi karena kecanggihannya bisa menembus jarak dan waktu.
Penulis: Said Reza Pahlevi
Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Hasyim Asy’ari.