
Negara Inggris tercatat sebagai negara yang pertama kali mempelopori Revolusi Industri pada akhir tahun 1770-an yang menyebar hingga ke negara-negara Eropa lainnya, seperti Belgia, Perancis, dan Jerman. Penyebaran itu semakin luas sehingga menyebar ke negara Amerika Serikat pada tahun 1830-an dan 40-an.
Hasil dari sebuah revolusi industri tersebut membawa dampak pertumbuhan industri yang sangat pesat. Hal ini juga disadari bahwasanya termasuk bagian dari sebuah keniscayaan akan perkembangan zaman serta populasi manusia dan peningkatan dari taraf kehidupan. Sehingga hal tersebut memberikan sebuah konsekuensi pada peningkatan pengambilan sumber daya alam yang mengakibatkan menurunnya sumber daya lingkungan dan permasalahan lingkungan dari beberapa sektor. Tetapi tidak dapat dipungkiri dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan akan terus berlangsung secara perlahan tetapi pasti mengancam kehidupan manusia di masa depan.
Permasalahan lingkungan hari ini sungguh sudah tidak dapat ditoleransi lagi. Bukti-bukti nyata kerusakan alam kini telah dapat disaksikan secara nyata di depan mata. Ancaman serius atas kerusakan lingkungan bukan lagi sebuah ancaman isapan jempol. Ironisnya, sebagian masyarakat beranggapan bahwasanya kerusakan lingkungan di masa depan kelak bagaikan sebuah dongeng belaka. Baginya, cerita-cerita mengerikan yang kelak akan munculnya sebuah bencana alam yang sangat dahsyat dan telah diramalkan oleh para pakar mereka bungkus sebagai khayalan fiktif, dan sebuah halusinasi belaka.
Mengutip dari Greening the blue 2019, sebuah project lingkungan yang digagas oleh PBB, mencatat bahwasanya hari ini sekitar 92% penduduk dunia tidak dapat menghirup udara bersih. Greening the blue juga mencatat bahwasanya polusi udara telah memberikan sebuah kerugian ekonomi global sebesar $5 triliun pertahunnya. Setara dengan itu, polusi ozone pada level dasar juga akan diprediksi mengurangi panen sebanyak 26% pada tahun 2030.
Sejarah Peringatan Hari Bumi
Di setiap tanggal 22 April, kita senantiasa merayakan Hari Bumi untuk membentuk komitmen kita bagaimana merawat bumi yang saat ini kita tempati. Peringatan Hari Bumi sendiri pertama kali dipelopori oleh Senator Gaylord Nelson salah seorang santor muda dari Wisconsis, yang mana ia telah sangat lama merasa prihati dengan memburuknya lingkungan di Amerika Serikat.
Baca Juga: Khidmah Ma’had Aly untuk Gerakan Bumiku Hijau, Mahasantri Diskusi Ekologi
Pada tahun 1969, ia banyak menyasikan kerusakan akibat tumpahan minyak besar-besaran di Santa Barbara, California. Terinspirasi oleh gerakan antiperang mahasiswa, Senator Nelson ingin menanamkan energi protes antiperang mahasiswa dengan kesadaran publik yang sedang berkembang tentang polusi udara dan air. Senator Nelson mengumumkan gagasan untuk mengadakan acara pengajaran di kampus-kampus kepada media nasional, dan membujuk Pete McCloskey, seorang anggota Kongres dari Partai Republik yang berpikiran konservasi, untuk menjabat sebagai wakil ketuanya.
Senator Gaylord Nelson merekrut Denis Hayes, seorang aktivis muda, untuk mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar di kampus dan menyebarkan gagasan tersebut ke masyarakat yang lebih luas, dan mereka memilih tanggal 22 April, hari kerja yang jatuh antara Liburan Musim Semi dan Ujian Akhir, untuk memaksimalkan partisipasi mahasiswa yang paling besar.
Akhirnya pada tahun 1970, Peringatan Hari Bumi pertama menyebabkan dibentuknya Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat dan disahkannya undang-undang lingkungan pertama lainnya, termasuk Undang-Undang Pendidikan Lingkungan Nasional, Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Undang-Undang Udara Bersih. Dua tahun kemudian kongres meloloskan Undang-Undang Air Bersih.
Merawat Bumi, Merawat Masa Depan Generasi
Persoalan-persoalan lingkungan sudah menjadi sebuah ancaman nyata bagi seluruh mahluk yang berada di muka bumi. Tidak sedikit kerusakan lingkungan hidup disebabkan karena ulah dari manusia itu sendiri. Hal ini selaras dengan yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam surah Ar-Rum Ayat 41
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS: Ar-Rum 41)
Baca Juga: Menciptakan Penghijauan di Lahan yang Sempit
Faktor utama dari kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi hari ini disebabkan karena eksplorasi alam guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Meskipun energi alam menyimpan candangan bahan bakar yang sangat besar, tetapi seiring berjalannya waktu sumber alam tersebut akan habis. Selain itu, akibat dari eksplorasi alam yang tidak ada habisnya akan memimbulkan kerusakan lingkungan di masa depan.
Hal yang paling mudah dilakukan dalam merawat bumi adalah;
- Ruduce (kurangi), hal ini bisa ditempuh dengan menghindari tidak membeli barang yang tidak diperlukan atau dibutuhkan. Selain itu mengurangi penggunaan plastik dan sejenisnya adalah Langkah yang paling tepat untuk dapat merawat bumi.
- Reuse (gunakan kembali), masyarakat kita harus diberikan pengertian dalam penggunaan barang yang memunkingkan bisa dipakai kembali, seperti botol bekas yang bisa dijadikan tempat mintak goreng, tempat kecap atau wadah lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang sangat menumpuk
- Recyle (daur ulang). Salah satu untuk merawat bumi agar tidak mudah tercemar ialah dengan melalukan upaya daur ulang, seperti memisahkan sampah organik (bisa diurai) dan sampah non-organik (tidak bisa diurai) dan daur ulang sampah yang bisa didaur ulang
- Menghemat Energi. Langkah ini bisa dilakukan dengan mengurangi penggunaan Listrik. Dan juga bisa menggunakan beberapa energi yang terbarukan seperti, penggunaan energi surya atau energi angin bila memungkingkan.
- Penggunaan Produk Ramah Lingkungan. Gunakanlah produk-produk yang dapat mengurangi jejak karbon. Hal ini guna bisa memberikan dampak terhadap udara yang sehat dan tidak mudah tercemar.
Setidaknya itulah 5 langkah yang dapat diupayakan oleh kita saat ini, dalam menyelamatkan bumi yang kian hari, semakin rusak dan tidak dapat dihuni. Sejatinya langkah-langkah kecil ini tidak memerlukan gerakan skala besar, tetapi sangat bisa dimulai dari diri kita masing-masing, dengan harapan menyelamatkan bumi guna merawat keberlangsungan generasi.
Penulis: Dimas Setyawan, Magister UIN Sunan Ampel Surabaya.