IMG_4314Tabuireng.org-Dalam rangka menyambut HUT RI ke-71, selasa (16/8/16) selepas salat Magrib, ribuan santri Tebuireng mengadakan doa dan tahlil bersama. Acara yang  bertempat di Masjid Tebuireng  ini dipimpin oleh ustadz Mustakim Askan. “Doa dan tahlil inikita khususkan untuk para syuhada’  yang telah merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, guna mengingat sejarah dan penghargaan terhadap beliau-beliau yang telah berjuang habis-habisan. ”, ucap  ustadz mustakim, sebelum memulai tahlil.

Usai tahlil dan doa bersama disambung dengan refleksi kemerdekaan Republik Indonesia, “mengutip perkataan KH. Wahid Hasyim bahwa membaca sejarah amatlah penting tetapi yang jauh lebih penting lagi adalah membuat sejarah itu sendiri. 71 tahun merupakan usia yang cukup panjang untuk kemerdekaan yang digenggam bangsa Indonesia ini”, ucap ustadz Iskandar mengisi sambutan pertama.

Acara inti refleksi kemerdekaan RI disampaikan oleh KH. Fahmi Amrullah Hadzik, pengasuh pondok pesantren Tebuireng Putri  “Sejarah kemerdekaan Republik Indonesia tidak bisa dipisahkan dari Tebuireng, dari Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Peran beliau sangat besar bagi bangsa ini”, ujar beliau di awal pembicaraan. Beliau juga menambahkan bahwa sosok KH. M. Hasyim Asya’ari adalah pemimpin yang tegas dalam menolak kemungkaran. Seperti saat diminta menghormat kepada matahari oleh pemerintah Jepang, beliau langsung menolak dan menfatwakan haram karena menyerupai gerakan salat.

Kaum santri juga memegang peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. KH. M. Hasyim Asy’ari adalah ulama yang menyerukan fatwa jihad pertama kali melawan penjajah yang dikenal dengan Resolusi Jihad, dan ini menjadi pemantik semangat para pejuang bangsa Indonesia untuk sekuat tenaga melawan penindasan Belanda. “Jadi medan jihad sangat jelas, melawan penjajah. Tidak seperti zaman sekarang, ada sejumlah kelompok radikalisme yang menamakan terorisme sebagai medan jihad”, tambah beliau.

“Jika kita tidak bisa meraih hal yang luar biasa seperti para pahlawan, maka jadilah orang biasa tetapi bermanfaat bagi orang lain. Menghargai para pahlawan tidak hanya dengan mendoakan saja, tetapi juga mempraktikkan nilai atau ajaran baik mereka. Jujur itu jihad namanya, tapi nggak jujur itu jenenge jahat.  Lima nilai Tebuireng minimal harus bisa diterapkan oleh para santri dalam keseharian santri  untuk bekal masa depan. Pemuda sekarang adalah pemimpin di masa depan, nasib bangsa ada di tangan kalian. Dan siapapun yang berjihad di jalan Allah, maka Allah akan menunjukkan jalan menuju kesuksesan”, ungkap beliau panjang lebar.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pagi harinya (17/08/16) diadakan upacara bendera serentak yang diikuti oleh seluruh santri, para pembina, pengurus, guru-guru di sekolah dan seluruh karyawan yang ada dibawah naungan Yayasan KH. Hasyim  Asya’ri. Upacara ini dilakasanakan di lapangan kampus Unhasy. (Sultan/Aldo)