sumber gambar: google.com

Oleh: Rara Zarary*

Adakah dari kita yang tak punya masalah di masa lalu? Apakah di antara kita ada yang luput dari masalah selama hidup? Baik itu mudah atau sukar, sedikit atau banyak, sebentar atau sangat lama. Pernahkah kita melalui masalah-masalah dengan jalan keluar yang baik atau pernah kah kita terjebak, frustasi dan memilih menyerah?

Kita banyak sekali mendapatkan informasi dari koran, televisi, radio, dan banyak platform media yang menyiarkan kasus bunuh diri dan salah satunya disebabkan oleh tak mampunya seseorang dalam menyikapi persoalan hidupnya.

Ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi masalah hidup tentu bukan karena tidak ada yang mau membantu atau bukan karena tidak ada jalan keluar. Bisa jadi adanya ketidakpercayaan seseorang kepada orang lain. Hal ini bisa dikarenakan banyak hal misalnya; pernah disakiti, dikhianati, dibohongi, atau bahkan dikecewakan. Ini bisa terjadi diwaktu yang dekat atau bahkan di masa lalu, namun bisa berefek jangka panjang.

Siapakah yang menyakiti atau hal lainnya? Bisa jadi dari orang terdekat, keluarga, sahabat, teman, rekan, pasangan, dan lainnya. Adapun trauma yang dialami, dalam hal ini adanya kesulitan percaya kepada orang lain disebut dengan istilah trust issue. Dikutip dari laman satupersen.com disebutkan beberapa kriteria orang yang mengalami trust issue; Susah percaya pada orang lain, lebih suka menjaga jarak, dan cenderung berpikir negatif atau pesimis.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Orang-orang yang memiliki persoalan ini harus menyadari bahwa sedang menghadapinya, inilah salah satu bentuk afirmasi agar ia paham bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja, butuh pemahaman untuk mengobatinya baik itu meminta bantuan pada dirinya sendiri atau bahkan kepada orang lain. Bagaimana jadinya meminta bantuan pada orang lain sedang ia dilanda ketidakpercayaan? Ada beberapa cara untuk mengatasi trust issue ini.

Pertama, menyadari bahwa dirinya memiliki pengalaman yang buruk dan mau berusaha memaafkan. Memaafkan di sibu tidak pantas melupakan, tetapi mencoba untuk memberikan ruang pada dirinya melihat dari sisi lain atas persoalan yang pernah menimpanya. Sebab menyimpan luka itu dan memiliki dendam juga tidak akan menyembuhkan malah akan membuatmu semakin terluka.

Kedua, menjadikan apa yang terjadi sebagai pengalaman atau pelajaran. Apa yang pernah terjadi pada kita tentu bisa menjadi pelajaran berharga untuk lebih berhati-hati, menyelamatkan diri, menyelamatkan orang lain agar tidak tertimpa hal yang sama, dan mampu menilai orang lain agar tidak terjadi hal serupa dikemudian hari. Tetapi ada catatan yang penting kita ingat, masa lalu boleh menjadi pelajaran, tetapi jangan sampai kita jadikan kutukan yang akan membuat kita tidak percaya bahwa manusia memiliki masa depan.

Ketiga, mencoba move on. Apa yang terjadi di masa lalu sudah terjadi. Kita tidak bisa mengubah atau mengulang waktu. Yang bisa kita lakukan adalah menjadikan pelajaran, memperbaiki, dan fokus pada apa yang harus dilakukan hari ini untuk masa depan. Hal ini tentu tidak mudah dilakukan semua orang, tetapi ini adalah salah satu pilihan tepat agar kita memiliki kesempatan untuk berkembang dan lebih baik di masa depan. Atau, kita memang lebih memilih untuk terus menerus hidup di masa lalu sedang waktu terus maju?

Keempat, tidak mengklaim semua orang sama. Artinya orang-orang yang saat ini hidup bersamanya atau di sekitarnya belum tentu sama dengan orang-orang yang pernah hidup di masa lalu. Barangkali dulu pernah disakiti oleh orang yang sangat dekat hingga akhirnya kecewa dan tak percaya. Hal itu boleh jadi pembelajaran, tetapi tidak untuk mengklaim semua orang yang saat ini bersama kita adalah orang yang demikian juga hingga akhirnya kita tak percaya dan merasa tak butuh orang lain.

Berbicara pengalaman yang terjadi di masa lalu, ada beberapa kemungkinan yang bisa kita lakukan, memaafkan dan melupakan. Memaafkan dan atau melupakan bukan untuk membiarkan orang lain atau hal lain buruk terus terjadi, tetapi untuk membiarkan diri kita bisa melalui masa saat ini, untuk memberi kesempatan pada diri agar merasakan nikmatnya kehidupan, dan melalui sisa kehidupan dengan sebaik-baiknya keadaan. Walau itu butuh waktu, meskipun butuh banyak hal.

Sebaliknya, apabila kita memilih mengingat terus menerus, ini juga tak akan bisa mengembalikan keadaan. Malah akan merenggut waktu dan hidup kita hanya untuk merawat luka masa lalu. Semoga beberapa pilihan di atas untuk mengobati trust issue, luka masa lalu bisa menambah referensi sikap kita untuk hidup kita. Semua pilihan ada pada diri kita sendiri, kitalah yang tahu sikap mana yang mampu dan mungkin untuk kita lakukan.

Tulisan ini hanya sebuah refleksi. Anda semua boleh memiliki pilihan atau kriteria lain untuk jalan menempuh menyembuhkan diri. Semoga yang sakit disembuhkan, semoga yang lemah dikuatkan, semoga yang sedang butuh bantuan Tuhan kirim bantuan dan kebaikan yang mampu kita terima dengan baik sebagai pertolongan Tuhan. Untuk kehidupan lebih baik dan bermanfaat.

*Pegiat Pesantren Perempuan.