Oleh : Fitrianti Mariam Hakim*

Setelah sekian lama berpisah, kini Ramadhan kembali akan hadir di tengah-tengah kita. Bagi seorang muslim tentu kedatangan bulan Ramadhan adalah sebuah nikmat yang harus disyukuri. Karena Ramadhan adalah bulan maghfirah, penuh rahmat, dan tempat menuai pahala sebanyak-banyaknya. Selain itu, Ramadhan memiliki banyak sekali keistimewaan. Salah satunya adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 185, yang berbunyi :

شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدي للناس و بينات من الهدى و الفرقان.

Artinya: “Bulan Ramadhan adalah bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang bathil)”.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita melakukan persiapan diri untuk menyambut Ramadhan. Agar Ramadhan kali ini benar-benar memiliki nilai yang tinggi dan dapat mengantarkan kita menjadi orang yang bertakwa serta meningkatkan kualitas keimanannya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Adapun persiapan diri yang dimaksud, tentu saja bukan persiapan memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di mall, supermarket, atau sembako di pasar untuk persediaan sahur dan balas dendam ketika berbuka puasa. Juga bukan mengantongi daftar film-film drama atau series yang membuat kita lalai dalam mengingat Allah Swt. Bukan pula mengikuti program televisi yang merusak nilai-nilai atau tidak mengandung norma-norma yang baik.

Lalu bagaimana sebenarnya cara kita menyambut bulan Ramadhan? Dan apa saja yang perlu kita persiapkan menjelang kedatangannya?. Dalam tulisan ini, penulis akan berusaha menjawab pertanyaan tersebut.

Pertama, berdo’a kepada Allah Swt. sebagaimana yang dicontohkan oleh para Ulama salafussalih. Mereka berdo’a  kepada Allas Swt. untuk dipertemukan dengan bulan Ramadhan dan selama Ramadhan berlangsung mereka berdo’a agar puasanya diterima oleh Allah Swt. Sungguh nikmat yang besar. Berjumpa dengan bulan Ramadhan adalah nikmat yang besar bagi orang-orang yang mendapatkan taufik oleh Allah Swt. Tidak hanya itu, kita juga berdo’a agar mendapatkan berkah di bulan Sya’ban, yaitu ulan yang paling mendekati dengan bulan Ramadhan. Sebagaimana do’a yang sering kita dengar di masyarakat adalah

اللهم بارك لنا في رجب و شعبان و بلغنا رمضان

“Ya Allah, berkatilah kami di bulan Ramadhan dan Sya’ban serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan”.

Kedua, menuntaskan puasa tahun lalu. Sudah seharusnya kita membayar hutang puasa dengan mengqadha puasa sesegera mungkin sebelum datang bulan Ramadhan. Namun, bisa terdapat kesibukan atau halangan seperti seorang Ibu yang menyusui anaknya, maka hendaknya ia menuntaskan hutangnya di bulan Sya’ban.

Tetapi, jika menunda qadha puasa tanpa ada udzur syar’i hingga bertemu Ramadhan berikutnya adalah dosa, maka kewajibannya adalah tetap mengqadha puasa dan ditambah kewajiban membayar fidyah, sebagaimana menurut sebagian ulama.

Ketiga, persiapan keilmuan (‘ilmiyah) yaitu dengan memahami fikih puasa. Karena suatu amal tana dilandasi ilmu, maka kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya. Maka dalam hal ini, hanya dengan ilmu kita dapat mengetahui cara berpuasa yang benar sesuai tutunan dan disyariatkan agama Islam sesuai petunjuk dari Rasulullah Saw. Begitu juga dengan ibadah yang lainnya. Maka, menjelang Ramadhan kali ini, sudah sepatutnya kita membaca buku-buku fiqh bab shaum (puasa), atau ibadah lain yang berkaitan dengan Ramadhan seperti tarawih, i’tikaf, dan membaca Al-Qur’an. Atau bisa melalui banyak cara. Bisa dengan mengikuti pengajian atau majelis, membaca buku tentang Ramadhan, dan bertanya kepada ahlinya.

Ini sebagaimana yang dikatakan oleh Mu’adz bin Jabal r.a., “Hendaknya kalian memperhatikan ilmu, karena mencari ilmu karena Allah adalah ibadah.” Maka orang yang berilmu mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah perusak-perusak amal, dan hal-hal yang menyempurnakannya dan apa yang menguranginya.

Keempat, persiapan jiwa dan spiritual (ruhaniyah). Persiapan jiwa dan spiritual untuk menyambut Ramadhan merupakan persiapan yang sudah seharusnya disiapkan. Karena perlu diperhatikan juga upaya untuk mendapatkan atau memetik manfaat sepenuhnya dari ibadah puasa bulan Ramadhan. Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan cara tazkiyatun nafs atau membersihkan hati dari penyakit-penyakit dalam jiwanya. Penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dengan berbagai implementasi amal ibadah dapat melahirkan keikhlasan, kesabaran, ketaqwaan dan amal-amal ibadah lainnya yang dapat menuntun seseorang kapada jenjang ibadah yang berkualitas. Salah satunya adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt dan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban.

Kelima, persiapan dana (maliyah). Pada bulan ini setiap muslim dianjurkan memperbanyak amal saleh seperti infaq, shadaqah, dan ifthar (memberi bukaan puasa). Oleh karena itu, sebaiknya disediakan wadah dan agenda untuk infaq, shadaqah, dan memberi ifthar. Karena momen bulan Ramadhan ini, adalah momen yang tepat dan utama untuk menyalurkan ibadah maliya kita dan menjadi orang yang bermanfaat.

Dan yang terakhir, adalah bertaubat. Nabi Muhammad Saw telah mengingatkan kita pada sabdanya, H.R. Sunan At-Tirmidzi no. 2499

كل ابن آدم خطآء و خير الخطائين التوابون

“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”

Ramadhan adalah bulan maghfirah, dimana pintu neraka ditutup oleh Allah dan a. oleh dibukanya pintu surga selebar-lebarnya. Oleh karena itu, muslim yang memperhatikan hal ini akan selalu berusaha untuk memohon ampun kepada Allah Swt agar suci dari dosa. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Swt, Q.S. An-Nur ayat 3

وأتو بوا الى الله جميعا أيها المؤمنون لعلكم تفلحون

“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

Bertubat janganlah dilakukan hanya pada bulan Ramadhan, sementara di luar Ramadhan kemaksiatan kembali digalakkan. Kita bertaubah, artinya lidah kita mengucapkan “Saya memohon ampun kepada Allah.” Yang diikuti dengan niat memohon ampun dan meminta ridho Allah. Namun, jika kenyataannya hanya lidah saja yang memohon ampun kepada Allah, maka yang dibutuhkan bukan hanya taubat yang sering dikerjakan, tetapi totalitas dan kejujuran taubat.

Semoga benih-benih kebajikan terus membawa di hari kita, sehingga Ramadhan datang disambut dengan semangat dan dilaksanakan dengan penuh keimanan.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari