
Di tengah arus perkembangan zaman yang semakin cepat, peran perempuan, khususnya muslimah, menjadi sorotan dalam berbagai bidang kehidupan. Tak hanya sebagai ibu rumah tangga atau pendidik dalam keluarga, muslimah juga dituntut untuk aktif dalam dunia pendidikan, sosial, hingga dakwah. Namun di balik gelar cerdas, pandai, dan berprestasi, ada satu hal yang jauh lebih penting dari sekadar menjadi pintar, yaitu menjadi bijak.
Ilmu yang sejatinya adalah cahaya, akan menyinari siapa pun yang memilikinya. Tapi cahaya itu hanya akan memberi manfaat jika dipadukan dengan akhlak dan kebijaksanaan. Sayangnya, tak sedikit yang terjebak pada pencapaian akademik semata, lupa bahwa ilmu tanpa adab bisa membawa kepada kesombongan. Inilah yang membedakan muslimah sejati dengan hanya sekadar wanita berilmu.
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, laki-laki maupun perempuan. Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR. Ibnu Majah). Dalam Islam, perempuan memiliki kedudukan tinggi dalam urusan ilmu. Bahkan, sejarah mencatat banyak ulama perempuan yang menjadi rujukan dalam ilmu hadits, fiqih, dan tafsir, seperti Aisyah r.a., Hafshah binti Sirin, hingga Rabi’ah al-Adawiyah.
Baca Juga: Keadilan Hakiki bagi Perempuan Perspektif Nyai Nur Rofiah
Namun, menjadi berilmu bukanlah tujuan akhir. Ilmu adalah sarana untuk mengenal Allah, memperbaiki diri, dan memberi manfaat kepada sesama. Muslimah yang benar-benar memahami hakikat ilmu akan menjadikannya alat untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, bukan sekadar alat pencitraan diri.
Antara Kepintaran dan Kebijaksanaan
Kepintaran bisa dicapai dengan belajar, membaca, dan menghafal. Tapi kebijaksanaan hanya akan datang melalui pengalaman, muhasabah, dan hati yang dekat dengan Allah. Muslimah yang bijak tahu kapan harus bicara dan kapan harus diam. Ia tidak memaksakan pendapatnya, tidak sombong dengan ilmunya, dan selalu bersikap rendah hati meski banyak yang ia tahu.
Sayangnya, fenomena yang sering muncul di kalangan remaja muslimah saat ini adalah semangat belajar yang tinggi, namun belum dibarengi dengan akhlak yang memadai. Mudah merendahkan orang lain, merasa paling benar, bahkan menyalahgunakan ilmu untuk mencari pengakuan. Di sinilah pentingnya adab sebelum ilmu.
Ilmu yang membawa berkah adalah ilmu yang diamalkan. Tak ada gunanya tahu banyak dalil jika tidak menjadikan kita lebih sabar, lebih taat, dan lebih lembut dalam bergaul. Muslimah yang bijak akan menjaga lisannya, menghormati gurunya, menghargai temannya, dan tidak pernah berhenti belajar dari siapa pun.
Bukan hanya itu, ia juga paham bahwa setiap ilmu adalah amanah. Jika ia tahu tentang kesehatan, ia gunakan untuk membantu orang lain. Jika ia paham tentang fiqih, ia ajarkan dengan kasih sayang, bukan dengan nada menggurui. Jika ia belajar sastra, maka tulisannya menenangkan hati, bukan menyulut emosi.
Dalam dunia pesantren, sering kita dengar pepatah, “Adab lebih tinggi dari ilmu.” Karena dengan adab, seseorang bisa sampai pada kemuliaan, meskipun ia belum banyak tahu. Sebaliknya, orang yang banyak ilmu namun minim adab, justru bisa menjadi sumber kerusakan.
Muslimah yang ingin sukses dunia akhirat harus menjadi penjaga adab. Ia tidak hanya menjaga tutur katanya, tapi juga pandangannya, pergaulannya, dan niatnya dalam belajar. Ia belajar bukan untuk dilihat orang, tapi untuk mendapat ridha Allah.
Ia juga sadar bahwa ilmunya bukan untuk dipamerkan, tapi untuk diamalkan. Ia tidak merasa paling tahu, tapi selalu siap menerima nasihat. Ia tidak suka membandingkan, apalagi meremehkan, karena ia tahu setiap orang punya jalan masing-masing dalam mencari ilmu dan hidayah.
Kini, kita hidup di zaman digital. Informasi mudah diakses, ilmu tersedia di mana-mana. Tapi justru di sinilah tantangan terbesar: bagaimana tetap rendah hati dan bijak di tengah limpahan pengetahuan?
Muslimah masa kini harus bisa menyesuaikan diri tanpa kehilangan prinsip. Ia boleh aktif di media sosial, tapi tetap menjaga marwahnya. Ia boleh menyampaikan ilmu, tapi tidak dengan menyindir atau merendahkan. Ia boleh berdakwah, tapi tetap mengedepankan kelembutan.
Baca Juga: Muslimah dan Pikiran Merdeka
Sebab, kemuliaan seorang muslimah bukan hanya terletak pada seberapa banyak yang ia tahu, tapi seberapa dalam ia memahami dan mengamalkan. Dan itu semua butuh hati yang lapang dan jiwa yang terus ditempa.
Muslimah Bijak, Pilar Peradaban
Muslimah yang pintar akan menjadi kebanggaan. Tapi muslimah yang bijak akan menjadi panutan. Dunia butuh lebih banyak perempuan yang cerdas, tapi dunia juga rindu pada perempuan yang lembut dan penuh hikmah.
Jangan berhenti belajar. Tapi jangan pula lupa memperbaiki diri. Sebab, ilmu akan meninggi bersama adab, tapi bisa menghancurkan jika disertai kesombongan.
Baca Juga: Menyoal Eksistensi Perempuan dalam Catatan Sejarah
Mari jadi muslimah yang tak hanya haus akan ilmu, tapi juga lapar akan adab. Karena dalam keheningan tirakat, dalam peluh belajar, dan dalam sabar menghadapi ujian di sanalah letak keindahan seorang perempuan yang benar-benar berilmu dan dicintai Allah. Yuk perbaiki dan percantik diri dengan ilmu bukan hanya tentang skincare yang merubah cantik wajahmu.
Penulis: Wan Nurlaila Putri