Surah Al-Fatihah. (sumber: oase-id)

Setiap hari umat Islam membaca surah Al-Fatihah dalam praktik pelaksanaan ibadah shalat wajib, membacanya 17 kali dan bilamana ditambah dengan shalat sunah lainnya bisa 27 kali, bahkan bisa sampai 52 kali bilamana dilengkapi dengan shalat sunnah tahajud, witir, dhuha, qabliyah dan ba’diyah, serta shalat tahiyatul masjidnya. Namun, tidak sedikit dalam praktik membaca surah Al-Fatihah tersebut, yang mencapai standar keshahihan bacaannya, hal ini disebabkan karena belum membudayanya pola atau model talaqqi dan musyafahah praktik membaca surah Al-Fatihah di hadapan guru Al-Qur’an yang mempunyai sanad bacaan Al-Qur’an yang bersambung sampai baginda Rasulullah SAW.

Atas dasar itu, sehingga tidak heran, salah satu upaya yang cukup menggeliat praktik talaqqi dan musyafahah membacakan surah Al-Fatihah dibudayakan di masjid Nabawi Madinah, pada setiap selesai melaksanakan shalat fardhu berjamaah. Tujuannya adalah agar bacaan surah Al-Fatihahnya mempunyai bacaan yang standar, sehingga pelaksanaan shalatnya mencapai kategori yang sah, dengan berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW bahwa tidak sah shalat tanpa membaca surah Al-Fatihah.

Lebih lanjut, bilamana ditinjau dari sisi pemahaman terhadap kandungan surah Al-Fatihah, sudah barang tentu banyak umat Islam yang tidak memahaminya. Hal ini disebabkan karena pada umumnya jarang sekali membahas surah Al-Fatihah secara komprehensif, baik di kalangan akademisi terlebih pada tataran masyarakat awam. Secara umum hanya terbatas pada bacaannya semata, padahal sangat penting untuk memahami secara baik dan benar terhadap isi kandungan surah Al-Fatihah.  

Fakta sosial sebagian besar, baik dalam ruang lingkup pengajian di masjid-masjid, mushalla, majelis taklim atau pun di sekolah-sekolah jarang yang membahas isi kandungan surah Al-Fatihah, kebanyakan yang dibahas pada umumnya membahas terkait fikih, hadits, atau pelajaran kitab kuning yang lainnya, yang kadang-kadang jauh dari pembahasan kitab suci Al-Qur’an.

Fakta literatur secara umum kitab tafsir membahas terkait isi kandungan surah Al-Fatihah, namun permasalahannya adalah kitab tafsir tersebut sangat terbatas, hanya dimiliki beberapa perpustakaan di perguruan tinggi Islam dan beberapa pondok pesantren, bahkan jarang ditemukan adanya kitab tafsir secara lengkap di kebanyakan masjid.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Fakta ini menunjukkan hanya sedikit sekali masjid sebagai pusat ibadah dan pondok pesantren pusat menimba ilmu pengetahuan agama Islam, masih banyak ditemukan tidak mempunyai perpustakaan. Dengan tidak adanya perpustakaan di masjid-masjid dan pondok pesantren, menunjukkan betapa prihatinnya kondisi umat Islam saat ini, yang semestinya di setiap pondok pesantren dan masjid-masjid mempunyai perpustakaan yang lengkap, khususnya terkait adanya kitab-kitab tafsir sebagai bahan acuan pemahaman terhadap isi kandungan Al-Qur’an, khususnya tafsir surah Al-Fatihah.

Sejarah Turunnya Surah Al-Fatihah

Ada beberapa pendapat terkait dengan turunnya surah Al-Fatihah, ada yang mengatakan bahwa surah Al-Fatihah diturunkan di Mekah sebelum Nabi hijrah. Dengan demikian surah ini dikategorikan sebagai surah Makkiyah. Surah yang menempati urutan pertama dari surah-surah Al-Qur’an dan diturunkan secara utuh. (Hanafi, 2016: 1). Ada riwayat yang mengatakan bahwa surah Al-Fatihah turun sesudah surah Al-Muddatstsir, tetapi ada juga riwayat yang menyatakan bahwa turunnya di Madinah, setelah Nabi Saw berhijrah  ke Madinah. Sebagian Ulama  – agaknya karena simpang siurnya riwayat – pada akhirnya berkesimpulan bahwa surah Al-Fatihah turun dua kali, sekali sebelum hijrah ketika Nabi Saw masih berada di Makkah dan yang kedua di Madinah setelah hijrah. (Shihab, 1997: 5).

Baca Juga: Jaminan Keutuhan Pemeliharaan Kitab Suci Al-Qur’an (3)

Demikian pula, ada sebuah informasi pendapat yang lebih kuat ialah yang menyatakan  bahwa surah Al-Fatihah diturunkan di Mekah. Al-Wahidi menulis di dalam kitabnya Asbabun -Nuzul dan Ats-Tsalabi di dalam tafsirnya riwayat dari Ali bin Abi Thalib, dia berkata bahwa Kitab ini diturunkan di Mekah, dari dalam suatu pembendaharaan di bawah ‘Arsy. (Hamka, 2017: 57). Informasi lainnya yang memperkuat pendapat bahwa surah Al-Fatihah itu diturunkan di Mekah adalah diketahui berdasarkan runut turunnya Al-Qur’an periode Mekah, yaitu: pertama  apa yang diturunkan Allah di Mekah “Iqra bismi rabbik, Al-Qalam, Yaa ayyuhal muzzammil, Yaa ayyuhal muddatstsir, Al-Fatihah, tabbat yadaa abi lahab, idzasya syamsu kuwirat …(As-Suyuthi, TT: 26).

Secara umum dapat dipahami bahwa surah Al-Fatihah pertama kali diturunkan di Mekah. Sementara pada saat awal diturunkannya kitab suci Al-Qur’an, belum menyinggung terkait ragam bacaan Al-Qur’an. Sehingga penulis berpendapat bahwa surah Al-Fatihah turun dua kali, pertama di Mekah dan kedua di Madinah, hanya saja tidak dapat diketahui secara pasti dikarenakan belum diketemukannya rujukan yang valid dalam hal ini.

Penulis mencoba menganalisa, kemungkinan besar yang diturunkan di Mekah adalah surah Al-Fatihah yang sudah masyhur dibaca pada shalat lima waktu adalah yang dikenal dengan bacaan Al-Qur’an berdasarkan riwayat Hafsh ‘an ‘Ashim, baik thariq Syathibiyyah maupun thariq Jazariyah, yang secara khusus dibaca di Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah, serta di belahan dunia lainnya khususnya di Indonesia mayoritas bacaan Al-Qur’an riwayat Hafsh ‘an ‘Ashim thariq Syathibiyyah.               

Isi kandungan Surah Al-Fatihah

Surah Al-Fatihah ini berisi makna-makna Al-Qur’an yang agung, mencakup pokok-pokok dan cabang-cabang agama, membahas akidah, ibadah, tasyri’, iman kepada hari kebangkitan, iman kepada asma’ul husna (nama-nama Allah yang agung); pengkhususan ibadah, permohonan pertolongan, dan doa hanya kepada Allah; perintah untuk memohon diberi hidayah ke agama yang benar dan jalan yang lurus dan dihindarkan dari jalan orang-orang yang menyimpang dari hidayah Allah Ta’ala. (Az-Zuhaili, 2005: 56).

Dalam referensi lain didapat informasi bahwa kandungan surah Al-Fatihah mengandung 4 cabang ilmu pengetahuan, yaitu: (1) ‘Ilmu Al-Ushul terdiri dari ke-Tuhanan pada “Alhamdulillahirabbil’aalamiin dan Ar-Rahmaanirrahiim; An-Nubuwah pada “Alladziina an’amta ‘alaihim dan Ad-Dar al-Akhirah pada “Maliki yaum an-Diin”. (2) ‘Ilmu Al-Furuu’ dan keagungannya dalam ibadah maliyah maupun badaniyah terkait dengan urusan kehidupan dalam bermu’amalah dan munakahat, yang tidak bisa terlepas dari ketetapan melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan Allah SWT. (3) ‘Ilmu tahshil al-Kamalat yaitu ‘Ilmu al-Akhlaq yang berupaya istiqamah menuju jalan ridha Allah SWT pada “Wa iyyaka nasta’iin dan kesempurnaan syari’at pada “Ash-Shirath al-Mustaqiim”. (4) ‘Ilmu al-Qashash dan  al-Akhbar dari umat terdahulu, yang mencapai kebahagiaan dari para Nabi, yang tidak mendapatkan kenikmatan dan mendapatkan kecelakaan adalah golongan orang-orang kafir yang mendapatkan kemurkaan dan kesesatan. (An-Nawawi, 2020: 3).

Nama-nama Surah Al-Fatihah

Surah Al-Fatihah mempunyai banyak nama, setiap nama memberi isyarat  tentang fungsi dan tujuan turunnya. Di antara nama-nama surah Al-Fatihah adalah: 1) As-Sab’ Al-Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang dalam shalat, atau diulang-ulang kandungannya dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang lainnya). 2) Al-Fatihah (pembuka yang sangat sempurna – pembuka ayat-ayat Al-Qur’an dan pembuka yang amat sempurna bagi segala macam kebajikan). 3) Asy-Syafiyah (penyembuh). 4) Ar-Ruqyah (mantra). 5) Al-Asas (asas dan dasar bagi segala perilaku terpuji di dunia dan di akhirat. 6) Al-Waqiyah (pemelihara), karena melalui bacaan dan pengalamannya seseorang akan memperoleh pemeliharaan Tuhan dari segala macam bencana. 7) Al-Kanz (bekal yang sangat berharga untuk masa depan). 8) Ad-Du’a (doa). 9) Asy-Syukr (syukur). 9) Al-Hamd (pujian). 10) Ash-Shalat (permohonan). 11) Al-Wafiyah (yang amat sempurna). (Shihab, 1997: 6).

Baca Juga: Peranan Wahyu Pertama dan Terakhir dalam Kehidupan Umat Islam

Pendapat lain, Hamka selain memberikan penjelasan nama surah Al-Fatihah dengan Sab’ul matsani (tujuh ayat diulang-ulang dalam shalat; Ummul Kitab, juga menukil  penulis Tafsir Al-Kasysyaf bahwa nama surah Al-Fatihah yaitu: “Al-Kanz (perbendaharaan), Al-Wafiyah (yang melengkapi), Al-Hamd (puji-pujian), dan surah Ash-Shalah ( shalat). Menurut Ats-Tsa’alabi dari Sufyan Uyainah, surah ini pun bernama Al-Waqiyah (pemelihara dari kesesatan). (Hamka, 2017: 59).

Keutamaan Surah Al-Fatihah

Berdasarkan firman Allah SWT pada surah Al-Hijr/15 ayat 87 memberikan informasi bahwa betapa agungnya surah Al-Fatihah, disebut sebagai as-Sab’ul Matsani yaitu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dalam melaksanakan ibadah shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah lainnya. 

وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَٰكَ سَبۡعٗا مِّنَ ٱلۡمَثَانِي وَٱلۡقُرۡءَانَ ٱلۡعَظِيمَ 

Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung. (Q. S. Al-Hijr/15: 87).

Sebuah harapan melalui tulisan ini, sedikit memberikan wawasan terkait dengan surah Al-Fatihah, yang insya Allah pada episode berikutnya akan dibahas setiap ayatnya, sehingga benar-benar dapat memahami kandungan surah Al-Fatihah secara komprehensif.



Penulis: Dr. H. Otong Surasman, MA., Dosen Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta.