Identitas Buku

Judul Buku      : Khadijah Cinta Sejati Rasulullah

Penulis             : Abdul Mun’im Muhammad Umar

Penerjemah      : Ghozi M

Penerbit           : Republika

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tahun Terbit     : 2018

Halaman          : 322 hlm

ISBN               : 978-6020-822-46-4

Peresensi         : Lutfi Nur Fadhilah*

Khadijah hidup pada masa jahiliah dengan tradisi teramat keji. Masyarakat Arab memiliki adat menyembah berhala, berjudi, dan bermain perempuan. Walau demikian, Khadijah hidup di lingkungan keluarga yang terjaga dan mulia. Ia tak melakukan tradisi sebagaimana yang dilakukan masyarakat Arab pada masa itu.

Khadijah dinikahkan dengan lelaki yang terhormat lagi berakhlak baik. Namun, suaminya pun meninggal dan menjandalah Khadijah. Ia tinggal bersama tiga anaknya. Suatu hari terbitlah Matahari yang memancarkan sinarnya, Muhammad Saw. Khadijah pun jatuh dalam perasaan teramat dalam pada Muhammad. Maka, menikahlah dua insan yang mulia ini.

Teramat istimewanya Khadijah, hingga tak ada yang mampu menggantikan posisinya di sanding Rasulullah. Rasulullah pun tak memadunya semasa hidup Khadijah. Bahkan, saat Khadijah sudah wafat, Aisyah pun cemburu pada Khadijah walau ia belum pernah melihatnya. “Aku tak pernah merasa cemburu kepada seorang wanita sebesar cemburuku kepada Khadijah. Aku tak pernah melihatnya, tetapi Rasulullah sering menyebutnya. Ketika menyembelih seekor kambing, beliau selalu memotong sebagian dagingnya dan menghadiahkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Aku pernah bertanya kepada Rasulullah, ‘seperti tak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah.’ Rasulullah menjawab, ‘Khadijah itu begini dan begitu, dan dari Khadijah aku memperoleh anak”.

Tak hanya pengakuan dari Rasulullah, bahkan Allah Swt menitipkan salam pada Jibril untuk disampaikan kepada Khadijah. Khadijah adalah wanita cerdas, jawaban yang ia sampaikan atas salam dari Allah sungguh mencerminkan kedalaman perasaan dan akalnya. Ia mengagungkan Allah dan mendoakan Jibril karena sudah menyampaikan salam dari Allah.

Suatu hari, saat sakit parah, Khadijah tak lupa selalu menanyakan perihal keadaan Rasulullah dan umat Islam. Ia akan bahagia jika mendengar umat Islam semakin banyak. Ia membisikkan kepada Rasulullah, bahwa ia akan membersamainya di surga kelak. Perjuangan sang mulia Khadijah pun berakhir. Alangkah pilu hati Rasulullah saat ditinggal oleh Khadijah. Hingga ia menghembuskan nafas terakhir, Rasulullah selalu mendampinginya. Raut kesedihan tak dapat disembunyikan dari wajah Rasulullah.

Air mata bercucuran. Kesedihan terasa dimana-mana. Rasulullah kembali tenggelam dalam dukanya. Rasulullah kehilangan seorang istri yang dengan tulus beriman kepada beliau, yang meringankan beban beliau di saat-saat genting. Beliau kehilangan istri yang mewarnai kehidupan rumah tangganya dengan kasih sayang.

Khadijah, sosok wanita tangguh yang rela mengorbankan harta dan jiwanya untuk dakwah Rasulullah. Ia berperilaku mulia, cerdas, lagi tabah. Kisahnya tak akan lekang oleh zaman. Ia adalah pengobar semangat dakwah Rasulullah demi tegaknya agama Islam.


*Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo, Alumni Ponpes Attanwir Talun, Bojonegoro