
Sebagai manusia, kita telah diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Hal ini sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. At-tin ayat 4, yang berbunyi:
لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Artinya: “sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Lantas apa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kita, sebagai seorang hamba yang telah diciptakan Allah dengan bentuk yang paling sempurna? Pada dasarnya hakikat dari penciptaan kita ke muka bumi ini ialah untuk beribadah kepada Allah SWT. Sebuah pengabdian yang memang sudah seharusnya dilakukan oleh sang hamba kepada Sang Pencipta, sesuai dengan yang tertuang dalam Q.S. Adz-Zariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَالۡاِنۡسَ اِلَّا لِيَعۡبُدُوۡنِ
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Mengabdikan diri kepada Allah SWT tak terlepas dengan pengabdian yang kita lakukan kepada masyarakat. Sebaik-baik sebuah penghambaan ialah dapat bermanfaat bagi sesama, sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 2-3:
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ ۞ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ
Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa” “(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
Melalui ayat ini, Allah SWT akan memberi hidayah kepada mereka yang beriman kepada perkara-perkara gaib dan mendirikan shalat, serta berinfak. Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat bersabda:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الشَّافِعِيُّ قَالَ: نا الْقَاسِمُ بْنُ هَاشِمٍ السِّمْسَارُ قَالَ: ثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ قَيْسٍ الضَّبِّيُّ قَالَ: ثَنَا سُكَيْنُ بْنُ سِرَاجٍ قَالَ: نا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ وَأَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعَهُمْ لِلنَّاسِ
Dengan kata lain sebagai seorang hamba, kita dianjurkan juga untuk bisa bermanfaat bagi sesama, bahkan ada ulama yang berpendapat “orang tidak dapat mengabdi kepada Tuhan, tanpa mengabdi kepada sesama”. Maka dari sini sudah jelas tujuan yang paling fundamental dalam kehidupan ini ialah untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT, atau dengan kata lain kita dihidupkan oleh Allah SWT tidak lain dan tidak bukan untuk beribadah kepada Allah SWT.
Sudah seharusnya sebagai manusia yang beriman untuk selalu ingat tujuan awal penciptaan kita di muka bumi ini, sehingga apabila kita selalu ingat akan tujuan dasar penciptaan ini, kita tidak akan tersesat dari jalan yang telah diarahkan oleh Allah SWT, dan senantiasa bisa mengimplementasikan nilai nilai ketaqwaan kita di kehidupan yang fana ini bersama dengan manusia yang lain.
Sesungguhnya manusia yang terbaik ialah manusia yang bermanfaat bagi manusia lain, karena apabila kita bisa bermanfaat bagi orang lain, tentu akan membuat hati kita masing-masing menjadi tenang dan gembira, pastinya akan membawa sebuah kemanfaatan bagi diri kita sendiri. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam Q.S. al-Isrâ ayat 7:
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ
Artinya: “Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri…”
Maka sebagai manusia biasa yang sama-sama mempunyai kewajiban untuk mengabdi kepada Allah, harus diselaraskan dengan hubungan baik kita terhadap orang lain. Dan tidak lupa untuk selalu mengharapkan ridho Allah SWT, agar kita semua bisa berkumpul di surga nya Allah SWT
Baca Juga: Menolong Orang Lain Hakikatnya Menolong Diri Sendiri
Penulis: Muttaqin Hidayatullah, siswa Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.