
Dalam perjalanan hidup, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh setiap orang tua adalah mendidik anak dengan baik. Diera yang semakin kompleks ini, pendekatan yang tepat dalam pengasuhan menjadi sangat penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam karakter dan moral.
Salah satu sosok yang memberikan panduan berharga dalam pendidikan anak adalah Ali bin Abi Thalib. Dengan prinsipnya yang mendalam, ia menawarkan rumus 7×3 yang dapat dijadikan pedoman oleh orang tua dalam membesarkan anak sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
Rumus ini terbagi dalam tiga fase, masing-masing terdiri dari tujuh tahun dan menjelaskan bagaimana orang tua sebaiknya bersikap dan berinteraksi dengan anak-anak mereka. Fase-fase ini menunjukkan betapa pentingnya penyesuaian pendekatan pengasuhan seiring bertambahnya usia anak, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang seimbang dan bertanggung jawab.
Fase Pertama (Usia 0-7 Tahun) Memperlakukan Anak sebagai Raja
Pada tahap ini, Ali bin Abi Thalib menggarisbawahi pentingnya memperlakukan anak dengan kasih sayang dan perhatian, seolah-olah mereka adalah raja. Ini bukan berarti memberikan semua yang diinginkan anak, tetapi lebih kepada menciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan bagi mereka untuk bereksplorasi.
Anak-anak di usia ini sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya, dan mereka cenderung meniru perilaku orang dewasa. Oleh karena itu, memberikan teladan yang baik menjadi krusial. Dengan sikap yang lemah lembut dan penuh kasih, orang tua dapat membangun fondasi yang kuat untuk perkembangan emosi dan sosial anak.
Fase Kedua (Usia 7-14 Tahun) Memperlakukan Anak sebagai Tawanan
Setelah memasuki usia 7 hingga 14 tahun, pendekatan yang dianjurkan Ali berubah menjadi memperlakukan anak sebagai tawanan. Di sini, penting bagi orang tua untuk menetapkan peraturan yang jelas serta memberikan konsekuensi atas tindakan anak. Pada tahap ini, anak-anak mulai memahami arti tanggung jawab dan konsekuensi dari tindakan mereka. Dengan mengajarkan mereka tentang kewajiban, seperti sholat dan disiplin, orang tua dapat membantu anak menumbuhkan rasa tanggung jawab. Namun, pendekatan ini harus dilakukan dengan kasih sayang agar anak merasa didukung, bukan tertekan.
Fase Ketiga (Usia 14-21 Tahun) Memperlakukan Anak sebagai Sahabat
Memasuki usia remaja, di mana anak telah akil baligh, Ali menekankan pentingnya berperan sebagai sahabat. Di fase ini, komunikasi terbuka dan diskusi yang konstruktif menjadi sangat penting. Anak-anak mulai mencari identitas diri dan ingin didengar. Dengan menjalin hubungan yang akrab, orang tua dapat membantu anak memahami dunia dan memberikan bimbingan yang diperlukan. Kebebasan dalam batas yang wajar, serta penjelasan tentang sebab akibat dari perilaku mereka, akan membantu anak mengembangkan rasa tanggung jawab dan kemandirian yang dibutuhkan untuk menghadapi kehidupan di masa depan.
Pendekatan Ali bin Abi Thalib melalui rumus 7×3 memberikan wawasan yang sangat berharga bagi orang tua dalam mendidik anak. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, orang tua dapat berperan lebih efektif dalam membimbing anak sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
Pengasuhan yang penuh kasih, disiplin yang bijak, dan komunikasi yang terbuka akan membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak baik. Dalam dunia yang terus berubah, hikmah ini tetap relevan dan dapat dijadikan pedoman bagi setiap orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak-anak mereka. Dengan demikian, kita dapat berharap akan lahirnya generasi yang mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.
Penulis: Helfi