
Hujan merupakan peristiwa alam yang memiliki peran penting dalam menunjang kehidupan manusia dan menjaga kelestarian ekosistem di bumi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hujan adalah butiran air yang turun dari atmosfer ke permukaan bumi sebagai akibat dari proses pendinginan udara. Sementara itu, menurut ensiklopedia, hujan terjadi sebagai hasil dari proses pengendapan uap air yang berasal dari berbagai sumber di bumi, seperti laut, sungai, danau, maupun sumber air lainnya. (Afkarina, 2023).
Pemahaman terhadap hujan tidak terbatas pada aspek sains semata, tetapi juga mencakup nilai-nilai spiritual yang mendalam. Tulisan ini akan membahas hujan dari kedua perspektif tersebut untuk memberikan pemahaman yang lebih utuh tentang fenomena ini. (Hasan, 2017).
Mekanisme Terbentuknya Hujan dalam Kajian Ilmiah
Dalam kajian ilmiah, hujan merupakan hasil dari proses yang berlangsung dalam siklus hidrologi. Proses ini terdiri dari tiga tahap utama. Pertama, evaporasi, yaitu penguapan air dari permukaan laut, danau, sungai, atau tanah akibat pemanasan matahari, yang menyebabkan uap air naik ke atmosfer. Kedua, kondensasi, yaitu perubahan uap air menjadi partikel air kecil atau kristal es ketika suhu udara menurun, membentuk awan. Ketiga, presipitasi, yaitu jatuhnya air dari awan kembali ke permukaan bumi ketika butiran air dalam awan menjadi cukup berat.
Hujan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan di bumi. Salah satu peran pentingnya adalah sebagai sumber utama air tawar. Ketika hujan turun, air yang terbentuk merupakan air tawar karena proses penguapan hanya mengangkat uap air, sementara kandungan garam dari air laut tertinggal. Air tawar ini sangat penting bagi kelangsungan hidup di bumi. Selain digunakan untuk kebutuhan minum, air tawar juga berperan besar dalam sistem irigasi untuk tanaman yang menjadi sumber pangan bagi manusia dan hewan. Selain itu, air hujan juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi kinetik. Energi gerak yang dihasilkan oleh aliran air hujan berguna di berbagai bidang, seperti menggerakkan mesin, mendukung kehidupan di wilayah dataran rendah, serta menjadi sumber energi bagi pembangkit listrik (Abdillah, 2019)
Pandangan Wahyu tentang Fenomena Hujan
Dalam pandangan Islam, hujan tidak semata-mata dipahami sebagai peristiwa alamiah, melainkan juga sebagai manifestasi kasih sayang dan kekuasaan Allah. Al-Quran menggambarkan hujan sebagai bentuk rahmat Ilahi yang berfungsi menghidupkan bumi dan mencerminkan kehendak serta kendalinya atas alam semesta. Beberapa ayat al-Quran memberikan penegasan mengenai hal tersebut. Di dalam surah Al-A’raf (7): 57:
وَهُوَ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًا ۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَاَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاۤءَ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ كَذٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتٰى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ٥٧
Artinya: Dialah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan) sehingga apabila (angin itu) telah memikul awan yang berat, Kami halau ia ke suatu negeri yang mati (tandus), lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang mati agar kamu selalu ingat.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa hujan merupakan bukti nyata dari Allah yang Maha Bijaksana, serta menjadi salah satu bentuk kasih sayangNya kepada seluruh makhluk ciptaanNya (Hasan, 2017). Hujan disebutkan dalam berbagai ayat al-Quran sebagai bentuk kasih sayang dan tanda kekuasaan Allah SWT,salah satu contoh terdapat di Surah An-Nur: 43:
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُزْجِيْ سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهٗ ثُمَّ يَجْعَلُهٗ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ جِبَالٍ فِيْهَا مِنْۢ بَرَدٍ فَيُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَصْرِفُهٗ عَنْ مَّنْ يَّشَاۤءُۗ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهٖ يَذْهَبُ بِالْاَبْصَارِۗ ٤٣
Artinya: Tidakkah engkau melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagiannya), lalu menjadikannya bertumpuk-tumpuk? Lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya. Dan Dia menurunkan dari langit (awan seperti) gunung-gunung, yang di dalamnya terdapat butiran es. Maka, ditimpakan-Nya (butiran es itu) kepada siapa yang Dia kehendaki, dan dipalingkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
Ayat ini menggambarkan kekuasaan Allah dalam mengatur proses terbentuknya hujan, mulai dari menggiring awan, mengumpulkannya, hingga menurunkan hujan dan butiran es sesuai kehendaknya, sebagai tanda kebesaran dan rahmatnya bagi makhluknya.
Ilmu Pengetahuan dan Wahyu dalam Satu Kesatuan Pandangan
Walaupun memiliki pendekatan yang berbeda, ilmu pengetahuan dan wahyu sejatinya tidak berlawanan, melainkan saling melengkapi dalam menjelaskan peristiwa hujan. Sains memberikan penjelasan melalui fakta empiris dan proses ilmiah yang dapat diamati, sementara wahyu menawarkan dimensi spiritual dan nilai-nilai moral dari peristiwa tersebut. Dengan menggabungkan kedua perspektif ini secara proporsional, manusia diajak untuk tidak hanya memahami proses alam secara ilmiah, tetapi juga menyadari kebesaran dan hikmah Tuhan yang terkandung di baliknya ( Putri dkk., 2024).
Mempelajari dan memahami fenomena alam seperti hujan dari sudut pandang sains dan al-Quran secara seimbang merupakan hal yang penting. Melalui pendekatan ini, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih luas dan mendalam tentang ciptaan Allah SWT. Ilmu pengetahuan dan wahyu tidak harus diposisikan sebagai hal yang saling bertentangan, melainkan bisa saling melengkapi dalam mengungkap makna di balik suatu peristiwa alam. Kajian ini juga dapat membuka peluang untuk penelitian lanjutan mengenai berbagai fenomena alam lainnya dengan menggabungkan pendekatan ilmiah dan ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga dapat memperkaya pengetahuan sekaligus memperteguh keimanan terhadap kebesaran Allah SWT.
Baca Juga: Harmonisasi Sains dan Al-Quran dalam Fenomena Hujan
Referensi
Afkarina, A. (2023). Proses Terjadinya Hujan dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik dalam Channel Youtube Ustadz Ahmad Dusuki). UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jembe
Kemenag RI. (2023) Tafsir Al-Qur’an Kementrian Agama RI. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia
Hasan, M. (2017). Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Pustaka Al-Hikmah.
Abdillah, I. A. S., (2019). Fenomena Hujan Dalam Al-Qur’an (Studi Tafsir Ilmi). Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Putri Andini, Anindya Mutiara Azzahra, Rohayati (2024), Fenomena Hujan Dalam Perspektif Sains Dan Ayat Dalam Al-Qur’an. Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya, Vol. 3 No. 2.Hlm 773
Penulis: Kuni Haninah Nadia Salma
Editor: Muh Sutan