Salah satu bentuk pelatihan yang dilakukan Pesantren Tebuireng dalam mencegah terjadinya kekerasan di Pesantren adalah dengan pelatihan dan pendampingan Pesantren Ramah Anak yang diisi oleh ahli dibidangnya dari UIN Malang. (foto: Aulia)

Tebuireng.online– Sabtu 31 Agustus 2024 Tebuireng menggelar acara Pelatihan dan Pendampingan Pesantren Ramah Santri. Tepat jam 08.00 Wib acara digelar dengan penuh antusias. Acara berlangsung di Balai Diklat Tebuireng Sains, Jombok, Jombang, dengan dihadiri 32 peserta dari perwakilan Pesantren Tebuireng.

Peserta mencakup perwakilan Ustadz/ustadzah dan pimpinan Pondok dari Tebuireng Kesamben, Tebuireng Sains dan Tebuireng Pusat. Adanya acara ini dilatarbelakangi kesadaran pihak pesantren untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan seperti bullying, kekerasan atau hal lain yang tidak boleh terjadi di Pesantren Tebuireng.

Hal itu disampaikan oleh Mudir Bidang Pesantren, H. Lukman Hakim, BA. Menurutnya, “setiap sesuatu pasti ada latar belakangnya. Setiap pesantren tentu memiliki kekurangan, misal bullying. Baik kekerasan secara fisik maupun secara verbal. Ini tidak baik,” ungkapnya saat diwawancarai di sela waktu istirahat pelatihan.

Oleh karena itu, lanjutnya, sebelum terjadi hal yang mengerikan, maka kita harus menjawab. Saat ini kita jawab dengan mengadakan pelatihan. Saya yakin setiap lembaga pasti punya problem. Nah ini kita mempersiapkan untuk kedepan supaya kekurangan ini bisa dijawab.

Baca Juga: Pesantren Ramah Santri, Pembina Ikuti Kompetensi Dasar Konselor

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pak Haji Lukman mengaku bahwa pelatihan ini bukan hanya bermanfaat untuk santri saja, tapi juga untuk diri sendiri, “termasuk saya yang sudah sepuh dan memiliki anak. Maka, saya pesan kepada teman-teman, manfaatkanlah dengan baik kegiatan ini untuk diri kita, dan untuk orang-orang disekitar kita,” imbuhnya.

Atas terselenggaranya pelatihan ini, pihaknya berharap para pengurus dan Pembina mampu memanfaatkan kesempatan belajar ini. “untuk pelatihan karakter tujuannya untuk pesantren yang lebih baik. Bagaimana santri merasa nyaman, merasa lebih bahagia, senang di lingkungan pesantren,” sebutnya.

Hematnya, tentu tidak mudah diadakan pelatihan ini, dari para ustadz (pembina) harus dipahami. Mereka harus lebih bahagia, lebih sejahtera, maka dari situ akan menghasilkan binaan-binaan, santri-santri yang bagus. Kenapa? Karena di pesantren merasa tertekan sulit untuk ditangkap secara keilmuan.

“Tapi kalau pesantren ramah santri semua program yang ada itu dirasakan oleh semua, santri merasakan ‘oh ternyata enjoy, menyenangkan’. Nah itu yang kita harapkan. Kedepan kita menginginkan yang lulus pesantren tebuireng ini menjadi lulusan yang terbaik.” Pungkasnya.



Pewarta: Aulia