
Oleh: Rahdian Prawirayudha*
Aku adalah telinga riang
yang mendengar indahnya melodi negeriku
suara riang petani di pematang sawah
kehangatan senda gurau di pos ronda
kopi yang diseruput
bungkus rokok yang dibanting sulut
suara gelak tawa di angkringan kecil sederhana
suara berita korupsi, kenaikan pajak, dan krisis ekonomi
serta suara debat panas para ahli di televisi tentang demokrasi dan kesejahteraan negeri
Aku adalah mata yang memimpikan keindahan
tentang bulan purnama yang berdendang
tentang wajah polos bahagia berseri-seri di pelosok-pelosok seantero negeri
tentang suami-istri yang saling mengabdi
tentang gemah ripah loh jinawi tata titi tentrem karta raharja
Aku adalah hidung yang ingin menghirup wangi kemurnian cinta
di antara determinasi warna-warni yang berbeda
yang suci dari kandungan kalbunya
Aku adalah jantung yang merasakan degup perjuangan
tentang pendekar-pendekar atap gerbong kereta api
tentang fanatisme supporter bola yang disubtitusi
tentang berita kenekatan Amrozi dan bom bunuh diri
Aku adalah wajah yang menatap matahari berpendar-pendar
aku mencoba mengaransemen Indonesia yang penuh dengan nada-nada indah
kearifan dari keindahan yang tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar
keberkahan dan kedamaian yang Tuhan menyebut jannatu tajri min tahtihal anhar
*Mahasiswa semester 8, PBSI Unhasy.