
Oleh: KH. Fahmi Amrullah Hadzik
اَلْحَمْدُ لِلهِ . نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ . وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا . مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُهُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللهِ . اِتَّقُوْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah haqqa tuqatihi, dengan sebenar-benar takwa. Menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya, dan janganlah kita sekali-kali meninggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan beragama Islam dan khusnul khatimah.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Granada adalah kerajaan terkuat Islam terakhir di Eropa, sebelum akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan pasukan Nasrani. Ada pertanyaan, apa yang menyebabkan runtuhnya Granada. Jawaban pasti tentu karena serangan musuh. Tetapi, serangan musuh itu tidak serta-merta menyebabkan runtuhnya Granada.
Ada banyak faktor, salah satu diantarany adalah timing, pemilihan waktu yang tepat untuk menyerang. Untuk mengetahui kapan timing yang tepat, Raja Ferdinand dari Aragon sampai-sampai harus mengirim mata-mata untuk mengetahui kondisi Granada. Maka si mata-mata berangkat menuju Granada dan yang dia lakukan cukup sederhana. Yakni memantau ocehan warga Granada, apa yang mereka ocehkan.
Suatu saat, si mata-mata ini menemui seorang anak kecil yang sedang menangis. Maka si mata-mata ini menghampiri bocah tersebut dan bertanya, “wahai anak, kenapa engkau menagis?”. Anak kecil tersebut menjawab, “anak panahku tidak tepat sasaran alias meleset”.
Mendengar jawaban anak kecil tersebut, si mata-mata ini menghibur. “Nak, bukankah engkau bisa mencobanya lagi?” Tetapi si anak ini memberikan jawaban yang sangat mengejutkan si mata-mata itu. “Pak, seandainya anak panahku tidak tepat mengenai musuh, apakah mungkin musuh memberikan kesempatan kepadaku untuk memanahnya lagi.”
Mendengar jawaban anak kecil yang luar biasa tersebut, maka si mata-mata pulang dan melaporkan pada Raja Ferdinand agar tidak menyerang Granada sekarang. Kalau anak kecil disana saja punya semangat bertempur dan berperang seperti itu tadi, bagaimana dengan pemuda dan orang-orang tua mereka, tentu lebih hebat lagi.
Beberapa tahun kemudian, si mata-mata ini kembali datang ke Granada. Sama seperti yang pertama, yang dia lakukan adalah memantau ocehan. Suatu ketika, kalau yang pertama tadi mendapati seorang anak kecil, sekarang si mata-mata ini mendapati seorang pemuda yang sedang menangis. Maka si mata-mata itu menghampiri anak muda tersebut dan bertanya, “wahai anak muda, kenapa engkau menangis?”.
Pemuda itu menjawab, “kekasihku, wanita yang aku cintai pergi meninggalkanku”. Mendengar jawaban pemuda ini, mata-mata tersebut segera pulang. Si mata-mata merekomendasikan kepada Raja Ferdinand, “sekaranglah, saat yang tepat untuk menyerang Granada. Karena para pemuda disana sedang dimabuk asmara. Mereka tidak memikirkan agama”. Tidak butuh waktu lama, dalam waktu singkat akhirnya Granada pun jatuh di tangan pasukan Katolik dan Nasrani.
Puncak musibah yang dialami umat Islam di Granada adalah ketika inkuisisi undang-undang yang dibuat oleh gereja, mulai diberlakukan. Pilihan bagi umat Islam hanya dua; murtad dengan masuk agama Katolik dan Nasrani, atau memilih dibantai. Sejak saat itu, tamatlah riwayat kaum muslimin di Granada.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Ada satu pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa ini. “Jangan meremehkan ocehan.” Walaupun itu sekedar mengoceh di dunia maya. Ocehan-ocehan dengan semangat membela agama Islam, harus kita kobarkan. Agar musuh-musuh Islam, orang yang membenci Islam, dan orang yang tidak tahu Islam, tidak dengan mudah menghina, melecehkan, dan menista agama.
Akhir-akhir ini, banyak hinaan, dan celaan terhadap agama Islam. Sebagaimana biasa, di kalangan umat Islam sendiri terjadi pro dan kontra. Ada yang pro, membela mati-matian orang yang dianggap menghina. Ada yang kontra, mereka menentang mati-matian orang yang dianggap menghina Islam. Dengan berbagai macam argumen masing-masing.
Pihak yang membela orang yang dianggap menghina Islam, menganggap Allah tidak perlu dibela, agama tidak perlu ditolong.
Kalau seperti itu, mengapa Allah berfirman:
يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ تَنْصُرُوْا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتُ أَقْدَامَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, maka Allah pun akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
Maka, agama Islam akan sulit untuk menjadi agama yang jaya ketika ada orang yang menghina dan mencela Islam tapi kita diam saja. Atau bahkan membela si penghina. Walaupun, mungkin tidak harus pembelaan itu berakhir ke ranah hukum dan sebagainya, itu urusan belakangan. Yang terpenting adalah kita tunjukkan semangat kita untuk membela Islam. Karena Allah akan menolong orang yang menolong agama-Nya.
…وَلَيَنْصُرَنَّ اللهُ مَنْ يَنْصُرُهُ، إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيْزٌ.
“.. Dan sesungguhnya Allah akan menolong orang-orang yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
Mungkin, Allah sendiri tidak perlu kita bela. Tetapi ketika agama Allah dilecehkan dan Rasulullah dihinakan. Kemudian umat Islam diam, tentu patut dipertanyakan bagaimana keimanan kalian.
Yang sekarang sedang viral, ‘bagaimana syariat Islam’ lewat puisi yang dibacakan oleh Ibu Sukma yang konon tidak tahu syariat. Membandingkan syariat dengan budaya. Seyogyanya, kalau tidak tahu syariat maka janganlah berpuisi. Mengaji lah. Belajarlah mengaji, ikutilah majlis-majlis ta’lim, agar tahu syariat.
Orang ‘tidak tahu syariat’, membandingkan syariat dengan budaya. Maka tidak salah kalau umat Islam tersinggung.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Salah satu tanda orang yang kelak akan Bersama baginda Nabi.
مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا
“Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama baginda Nabi adalah mereka orang-orang yang tegas terhadap orang-orang kafir. Saling mengasihi diantara mereka (muslim). Engkau melihat mereka senantiasa dalam keadaan ruku’ dan sujud.”
Mungkin umat Islam dalam ruku’ dan sujudnya, sama. Saling mengasihinya, sama. Tetapi ketegasan terhadap musuh-musuh Islam, itu yang tidak sama. Ada yang keras dan tegas. Ada yang malah berasyik-asyikan. Kita tahu;
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَنْ النَّصَرَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهًمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani itu tidak akan senang dan ridha, sehingga kita mengikuti agama mereka.”
Naudzubillah, tsumma na’udzubillah.
Semoga kita betul-betul menjadi ashorul
lah, penolong-penolong agama Allah. Semoga bermanfaat, khususnya bagi diri saya sendiri, dan umumnya bagi jamaah semuanya.
إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللهِ الْمَلِكُ الْمَنَّانُ وَبِالْقَوْلِ يَهْتَدُ الْمُرْتَضُوْنَ . مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيْدِ . بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلأٓيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ