Santri bersalaman dengan para ustadz

Tradisi ngalap (mengambil: Jawa) berkah sudah sangat familiar dan melekat di telinga rakyat Indonesia. Sebenarnya apa itu ngalap berkah? Ngalap berkah juga diidentikkan kepada santri yang notabene sering ngalap berkah kepada kiai.

Ngalap berkah atau mengambil berkah adalah budaya santri yang sejak dahulu memang sangat familiar dan berlanjut hingga sekarang. Ngalap juga sebagai ajang agar kita mendapatkan sesuatu, ngalap berkah pun demikian. Sedangkan berkah atau barokah bermakna tsubutul khoir ‘ala khoir atau ziyadatul khoir yang berarti tambahnya sesuatu kebaikan di atas kebaikan.

Dikutip dari dawuh Abah KH. Muhammad Azhari Pengasuh Pondok Pesantren Alhusna Payaman Magelang. Beliau berulang kali menerangkan bahwa berkah adalah tegapnya suatu kebaikan di atas kebaikan atau bertambahnya suatu kebaikan. Jadi ngalap berkah di zaman ini diidentikkan dengan meminta kebaikan kepada kiai, ulama, atau para habaib, karena mereka dinilai merupakan orang yang bisa memberikan petunjuk atau nasihat kebaikan. 

Siapa saja yang bisa mendapatkan berkah? Kita tidak pernah tahu di antara kita siapakah yang bisa mendapatkan berkah tersebut. Namun, sesungguhnya orang yang mendapatkan berkah dari sesuatu atau hal yang dia lakukan akan cenderung berubah perilakunya, entah sedikit atau banyak akan mengarah kepada kebaikan. Karena apa? Berkah menggiringnya untuk melakukan kebaikan meskipun sedikit demi sedikit.

Kita pun sudah tidak asing bahwa ada tradisi santri mencium tangan kiai dengan alasan ngalap berkah, bahkan sekedar membalikkan sandal kiai pun dengan dalih ngalap berkah. Bolehkah demikian? Tradisi ngalap berkah ini nyatanya hingga kini masih berkembang, baik dengan cara yang halus atau dengan cara yang agak ekstrim seperti mengantri sisa minum kiai ataupun sisa makanannya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hal ini terkadang menjadikan kesalahanpahaman antara kita dan orang yang kurang memahami tradisi tersebut. Kita sering melihat, pada acara shalawatan para habaib melempar buah, ketahuilah itu bukan karena sombong atau tidak sopan, tapi beliau beliau tahu mana manusia yang sedang membutuhkan petuah beliau tanpa perantara kata-kata.  

Dalam praktiknya, ngalap berkah sejauh ini banyak dilakukan oleh warga nahdhiyin (NU), tapi tidak sampai dengan cara yang terlalu ekstrim. Para ulama juga nampaknya tidak mempermasalahkan hal ini, meskipun tidak dipungkiri bahwa tradisi ngalap berkah ini sering dianggap tidak masuk akal bagi sebagian kalangan, khususnya para pemuda yang bukan santri.

Apakah hanya santri saja yang mengetahui tradisi ini? Jawabannya tidak. Sebagian pengurus Nahdlatul Ulama di mana pun berada juga sangat menjunjung tinggi tradisi ini. Terbukti bahwa pengurus anak ranting NU dan jajarannya juga sering mengadakan acara sowan dan ziarah ulama sebagai ajang ngalap berkah.

Memang dalam pelaksanaannya, ngalap berkah juga bisa dilakukan dengan cara membaca Al-Quran di makam ulama, memberi nama anak seperti nama ulama sebagai ajang tafa’ul atau juga ngalap berkah, dan menghadiri majlis ilmu dan shalawat yang dihadiri oleh para habaib sebagai ajang ngalap berkah.

Di sebagian daerah di Jawa Tengah, ngalap berkah bisa dilakukan dengan cara makan bersama ulama dalam sebuah acara atau tasyakuran dan lain sebagainya. Masyarakat meyakini bahwa barang siapa yang menempatkan ulama atau kiai di rumahnya sembari memberikan jamuan sebagai ajang tasyakuran, maka mereka meyakini bahwa berkah akan diberikan oleh Allah, karena mereka telah mencintai dan memetik hikmah dari ulama.

Ngalap berkah digolongkan menjadi dua jenis, yaitu ngalap berkah yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan. Adapun yang diperbolehkan adalah ngalap berkah dengan cara mendatangi kiai atau sowan untuk meminta doa atau tabaruk. Boleh di sini karena kita tidak menganggap kiai tersebut yang mengabulkan doa, tetapi hanya sebagai wasilah memohon doa.

Sedangkan ngalap berkah yang tidak diperbolehkan ialah seperti kita mendatangi makam atau kuburan dan berdoa dengan mempercayai bahwa seseorang yang berada di dalam makam itu yang mengabulkan keinginan kita.

Letak kesalahan yang sering kita jumpai adalah salah dalam meletakkan keyakinan kita, maka dari itu niat tabarruk menjadi salah dan menyimpang karena terlalu besarnya harapan yang kita letakkan, sehingga kita menjadi salah meniatkan sesuatu. Semoga kita dihindarkan dari hal-hal yang kurang tepat dan menjadikan niat kita melenceng, amiiin. Semoga bermanfaat.


Ditulis oleh Rokhimatus Sholekhah, santriwati Pondok Pesantren Alhusna Payaman Secang Magelang