ilustrasi: www.goggle.com

Oleh: Luluatul Mabruroh*

“Aduh, gimana nih. Agenda padet banget. Nggak bisa bagi waktu.”

Tidak satu dua orang yang mengeluhkan hal serupa di tengah kegiatan yang padat, tugas menumpuk dan pekerjaan yang banyak. Keluhan akan sempitnya waktu untuk berbagai kegiatan bukanlah hal yang relevan. Karena sejatinya Allah menciptakan 24 jam dalam sehari untuk diatur dengan baik agar mencukupi untuk melakukan pekerjaan dan kegiatan. Jika banyak kegiatan ataupun pekerjaan yang terbengkalai bukan soal sempitnya waktu yang Allah beri, akan tetapi lebih karena management waktu yang kurang tepat sehingga tidak efisien.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Menyikapi ayat ini, Imam Syafi’i R.a berkata: Seandainya manusia memahami ayat ini cukuplah agama ini baginya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Lebih lanjut, maksud dari ucapan Imam Syafi’i tersebut adalah bahwa surat Al-‘Ashr mengandung intisari mendalam dalam kehidupan. Sebab waktu merupakan unsur penting untuk manusia dapat berfikir dan beramal saleh. Solikhin Abu Izzuddin dalam bukunya “Zero to Hero” menyebutkan bahwa orang yang tak mampu menggunakan waktu dialah orang yang dijamin bakal rugi, persis orang yang sudah mati.

Sebagai muslim, tentunya tak ingin kehilangan momentum terbaik selama hidup untuk menghasilkan prestasi, ide-ide besar, dan karya. Hanya saja sedikit yang mau mewujudkannya karena terseret dalam anggapan tak memiliki waktu yang cukup.

Ada baiknya dalam membuat karya, seorang muslim harus memiliki karya untuk prestasi duniawi serta prestasi ukhrawi. Management waktu yang baik bisa dimulai dengan cara membuat timeline untuk kegiatan yang akan dikerjakan. Dimulai dengan kegiatan yang harus menjadi prioritas berupa tanggung jawab yang harus dikerjakan sesegera mungkin, kemudian kegiatan penting hingga kegiatan tambahan yang bisa digunakan untuk mengasah keterampilan atau hobi. Ada baiknya beberapa kegiatan yang tidak memiliki label “tanggung jawab” diblack list dari timeline agenda untuk lebih menghasilkan sesuatu yang optimal.

Imam Syafi’i sendiri membagi waktu malamnya menjadi tiga. Yakni sepertiga pertama untuk menulis ilmu, sepertiga kedua untuk salat malam dan sepertiga ketiga untuk tidur. Bisa dilihat bahwa ada keseimbangan antara aktivitas duniawi dan aktivitas ukhrawi dari jadwal dan kebiasaan Imam besar tersebut. Jadwal dan agenda beliau jelas sehingga tidak terbentur antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain.

*Alumni Pondok Pesantren An-Nuqayah, saat ini sedang nyantri di Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang.