
Mengamati kehidupan orang-orang yang telah memasuki usia dewasa dan lanjut usia, seringkali kita melihat perubahan yang cukup mencolok seperti mereka lebih rajin beribadah, lebih mendalami dalam berbicara tentang makna hidup, dan lebih khusyuk dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Fenomena ini membuat sebagian pemuda dan pemudi bertanya-tanya, “Mengapa orang yang makin tua justru makin taqwa?”
Apakah karena mereka takut menghadapi kematian? Ataukah karena pengalaman hidup telah menuntun mereka pada pemahaman iman yang lebih matang? Mari kita telaah lebih dalam tentang bagaimana jiwa keagamaan berkembang seiring bertambahnya usia, dan apa yang bisa kita pelajari dari proses tersebut sebagai remaja Muslim.
Setiap manusia mengalami proses perkembangan jiwa yang panjang. Pada masa remaja, seseorang berada pada fase pencarian identitas, dipenuhi rasa ingin tahu, dan seringkali lebih fokus pada dunia luar. Namun, seiring waktu dan bertambahnya usia, fokus hidup mulai bergeser. Orang dewasa dan lansia mulai merenungi kehidupan, menimbang amal perbuatan, dan mencari makna dari perjalanan hidup yang telah dilalui.
Menurut psikologi perkembangan, salah satu fase penting di usia dewasa adalah pencarian makna hidup dan refleksi diri. Di sinilah agama memiliki peran besar. Keimanan menjadi sumber ketenangan dan pegangan dalam menghadapi realitas kehidupan yang tidak selalu mudah. Maka tak heran, banyak orang yang justru semakin religius ketika mereka memasuki usia senja.
Baca Juga: Menjaga Iman dan Takwa
Pada usia muda, dunia terlihat begitu menggoda: prestasi, popularitas, dan pencapaian duniawi menjadi impian. Namun, bagi mereka yang telah melewati banyak fase kehidupan, dunia tidak lagi menjadi tujuan utama. Mereka mulai menyadari bahwa semua yang bersifat duniawi akan sirna. Jabatan, kekayaan, bahkan kesehatan, semuanya bisa hilang dalam sekejap.
Kesadaran ini membuat banyak orang dewasa dan lansia kembali menguatkan hubungan mereka dengan Allah SWT. Mereka menemukan ketenangan dalam ibadah, keteguhan dalam doa, dan kebahagiaan dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Inilah bentuk ketakwaan yang tumbuh dari pengalaman dan penghayatan hidup yang mendalam.
Tanda Iman yang Semakin Kuat
Tidak semua orang yang menua secara fisik juga bertambah keimanannya. Namun, dalam banyak kasus, pengalaman hidup menjadikan seseorang lebih peka terhadap petunjuk Allah. Ia mulai merenungi ayat-ayat Al-Qur’an, lebih mudah tersentuh dengan nasihat kebaikan, dan merasakan kehadiran Allah dalam setiap detik kehidupannya.
Baca Juga: Meretas Sekat: Refleksi tentang Iman dan Inklusivitas
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْن
Artinya: “Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (asalnya). Maka apakah mereka tidak mengerti?” (QS. Yasin: 68)
Ayat ini menyadarkan kita bahwa umur panjang adalah karunia sekaligus ujian. Semakin tua usia seseorang, maka semakin besar pula tanggung jawab untuk memperbaiki amal dan memperkuat iman. Dan bagi kita yang masih muda, ini adalah momen penting untuk mempersiapkan diri sejak dini.
Sebagai remaja Muslim, kita tentu ingin memiliki kehidupan yang tenang, bermakna, dan diridhai Allah. Maka, tidak perlu menunggu tua untuk mulai menjadi pribadi yang taat. Justru Rasulullah SAW memuliakan para pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada-Nya.
Rasulullah bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bayangkan betapa mulianya jika sejak remaja kita sudah menanamkan nilai-nilai takwa dalam hidup. Saat dewasa nanti, hati kita akan lebih siap menghadapi ujian dan lebih kuat dalam menjaga keimanan.
Baca Juga: Pentingnya Istiqamah Bertakwa
Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa kita mulai untuk menumbuhkan ketakwaan sejak remaja:
- Menjaga shalat lima waktu sebagai prioritas utama dalam keseharian.
- Meluangkan waktu untuk membaca dan memahami Al-Qur’an, walau hanya satu ayat setiap hari.
- Memperbanyak dzikir dan syukur, mengingat Allah dalam setiap aktivitas.
- Bergabung dengan komunitas Islami yang mendukung pertumbuhan spiritual.
- Menghormati orang tua dan guru, sebagai bentuk ketaatan dan pembelajaran hidup.
Usia boleh bertambah, tubuh boleh menua, namun hati dan jiwa bisa tetap bertumbuh dalam kebaikan. Fenomena “makin tua, makin taqwa” adalah bentuk kasih sayang Allah, karena Dia membukakan pintu hidayah melalui pengalaman dan waktu. Namun, alangkah baiknya bila kita tidak menunggu tua untuk mendekat kepada-Nya.
Mulailah dari sekarang, dari yang kecil, dari yang mudah. Karena ketakwaan sejati bukan terletak pada usia, melainkan pada keikhlasan hati dalam mencari ridha-Nya. Semoga kita semua, baik yang muda maupun yang tua, senantiasa berada dalam bimbingan dan perlindungan Allah. Aamiin.
Penulis: Nasywa Mitsfalah A. H