
Tebuireng.online- Dusun Nampu, desa Pojok Klitih, kecamatan Plandaan merupakan salah satu Desa yang berada di Kabupaten Jombang, Dusun Nampu merupakan dusun tertua yang ada di Desa Pojok Klitih. Pasalnya, Dusun Nampu dijadikan tempat gerilya Diponogero sampai ada seorang empu yang membabat daerah tersebut sehingga Dusun tersebut dinamakan Nampu. Awal mulai berkembangnya Nampu hanya ada empat rumah tapi sekarang ini sudah terdapat 44 KK. Sumber penghasilan yang ada di Nampu yakni dengan bertani menanam padi, jagung, dan berkebun cabe. Sedangkan para pemuda-pemuda Nampu kebanyakan merantau ke Kota.
Pedidikan dan tradisi di Nampu masih terbilang miris, sebelum adanya sekolah SD, anak-anak Nampu yang masih butuh pendidikan harus tiga kali menyeberang sungai untuk pergi sekolah ke dusun sebelah, tradisi di Nampu juga masih sangat kurang maju tidak ada kegiatan masyarakat yang menjadi rutinitas seperti pengajian mingguan. Sinyal internet yang berada di Nampu sangat lah sulit, bahkan listrik juga baru masuk desa satu tahun yang lalu.
Adapun hal yang menjadi titik keluh kesah masyarakat sekitar yang utama adalah tidak ada jembatan yang menjadi penghubung antar dusun sehingga aktivitas masyarakat Nampu menjadi sulit dan terhalang dan sampai saat ini pula tidak menadapat perhatian pemerintah setempat.
“Awet sien niku sampun kepingen sanget wonten jembatan seng hubungaken dusun Nampu, nangeng sangkeng duwuran niku mboten didamel-damel aken,” jelas Muhammad Soqeb, kepala Dusun Nampu dalam bahasa Jawa halus.
Atas keperihatinan ini, pada 22-25 Desember 2018, BEM FIP Unhasy adakan pegabdian masyarakat, pemilihan tempat untuk mengabdian memang sengaja di tempat yang terpencil dari kota, karena dari BEM FIP ingin benar-benar mengabdi sepenuh hati dan melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi yang ketiga, yaitu pengabdian masyarakat.
Pada dasarnya pengabdian masyarakat bertujuan membantu masyarakat agar mau dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan kata lain, pengabdian yang dilakukan mahasiswa melalui berbagai akivitasnya harus mampu menghasilkan output, misalnya menjadikan masyarakat yang lebih mandiri. Oleh karena itu BEM FIP membuat sebuah akivitas kegiatan pengabdian, diantaranya memberikan pengajaran pembelajaran kelompok untuk anak-anak , seperti kelompok belajar membuat hastakarya dan pengenalan teknologi informasi, mengajar TPQ setelah maghrib di masjid yang berada dekat dengan sekolah SD, mengadakan bersih desa, perlombaan untuk anak-anak, pembelajaran, praktik seni tari untuk anak-anak, nonton bareng film pendidikan untuk semua warga, dan diakhir kegiatan pengabdian ditutup dengan acara pengajian umum yang dimeriahkan oleh penampilan tari anak Dusun Nampu dan juga partisipasi anak UKM Mbureng Unhasy, yang menampilkan sebuah drama singkat.
Semua goresan tinta Pena Mas FIP (Pengabdian Masyarakat FIP) penuh dengan perjuangan dan keikhlasan, diawali dengan perjalaan menuju lokasi yang medannya cukup sulit dilewati hingga pengabdian yang murni bersosialisasi dengan warga dari bersilaturrahmi ke rumah-rumah warga hingga ikut ke kebun untuk membantu pekerjaan warga.
“Waktu empat hari memang begitu singkat, tapi banyak membawa bekal untuk kami para mahasiswa, khususnya untuk hidup bermasyarakat,” ungkap Vivin Khoirir Rosidah, salah satu panitia Pena Mas FIP.
Pewarta: Yasinta
Editor/Publisher: RZ