Suasana acara wisuda ke-30 Hafidh Quran di Madrasatul Quran Tebuireng, Selasa (18/12/18). (Foto: Farid)

Tebuireng.online- Semakin tahun, terhitung semakin banyak para penghafal Al Quran. Hal ini dibuktikan dengan jumlah wisuda hafidh Quran yang semakin banyak dicetak oleh Madrasatul Quran (MQ) Tebuireng.

Selasa (18/12/18) MQ melaksanakan wisuda Hafidh ke-30 dan wisuda Bin Nadlor ke-28. Kali ini wisudawan semakin banyak yaitu 447 wisudawan, terdiri dari 102 wisudawan Hafidh 30 Juz, salah satunya berhasil menyelesaikan Qira’ah Sab’ah dan 345 wisudawan Bin Nadlor lebih banyak dari tahun kemarin yaitu 423 wisudawan terdiri dari 347 wisudawan Bin Nadlor dan 76 wisudawan Hafidh.

Ada 3 santri yang menyelesaikan tahfidz Quran tidak lebih dari 6 bulan, tentu ini adalah sebuah prestasi yang sangat membanggakan. Namun dalam wisuda bukanlah sebuah akhir dari perjuangan, masih banyak hal yang harus didalami oleh mereka.

“Wisuda ini bukan akhir dari sebuah prestasi, justru awal untuk menggali yang tersimpan dalam Al Quran, mencetak Hamilul Quran lafdzan ma’nan wa amalan,” ungkap KH. Abdul Hadi Yusuf, dalam sambutannya.

Terakhir beliau berpesan kepada seluruh santri bahwa jangan patah semangat dalam menghafal Al Quran, “Jangan patah semangat, saya sangat percaya semua anak adalah yang terhebat,” imbuhnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pengasuh Pesantren Tebuireng yang diwakili oleh KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) pun turut hadir dalam acara wisuda kali ini. Beliau berpesan bahwa para wisudawan perlu memikirkan bagaimana untuk mengamalkan apa yang telah mereka hafal demi slogan Hamalatul Qur’an Lafdzan wa Ma’nan wa Amalan.

“Ilmu itu seperti pohon buah, perlu dipikirkan bagaimana mengamalkannya,” papar beliau.

Tidak lupa beliau mendoakan para wisudawan agar menjadi tokoh-tokoh masyarakat, menjadi pejabat-pejabat yang amanah dan juga menjadi anak yang shaleh berbakti kepada orang tua. “Selamat untuk para wisuda Hafidh dan Bin Nadlor MQ,” pungkasnya.

Acara dilanjutkan dengan orasi ilmiyah oleh Dr. H. M. Asrorun Ni’am Sholeh, yang bertema “Membumikan kalam langit di era milenial”. Dalam kesempatan itu, beliau berpesan untuk agar suatu saat kita mengajarkan anak kita dengan ilmu pengetahuan yang kompatibel pada zamannya, dengan mencontohkan produk Kodak, Fuji, hilang karena tidak mengikuti zaman.

“Jika kita ingin bertahan, kita harus mengikuti perkembangan zaman. Dan yang tidak lekang zaman adalah Al Quran,” ungkapnya.

Pewarta: Moh. Minahul Asna

Editor/Publisher: RZ