KH. Adlan Aly (baju putih). Dok: Ist

Oleh: Mohamad Anang Firdaus*

Sudah masyhur di kalangan pesantren bahwa KH. Adlan Aly memiliki sifat penyabar dan penyayang kepada siapa saja. Kesabaran beliau tidak hanya diamalkan kepada guru dan muridnya, bahkan kepada hewan dan tumbuhan pun beliau berikan sisi lembut dan kasih sayangnya. Semua santri Kiai Adlan pasti tahu soal ini. Seakan Kiai Adlan sudah di-branding sebagai kiai sabar nan kalem. Dengan senyuman yang tak pernah lekang dari wajah teduh Kiai Adlan.

Saya kira ketika menulis buku “Kiai Sufi”, cerita Kiai Adlan sebagai pawang binatang ini sudah habis. Karena banyak narasumber yang bercerita seputar sapi yang mengamuk, lantas menjadi tunduk dan kalem setelah disentuh tangan lembut Kiai Adlan. Namun Selasa pagi (5/3) lalu, saat ngobrol ringan dengan Gus Abdul Ghofar dan Gus Riza Yusuf saya dapat cerita baru tentang bab ini. Sayang jika cerita ini tidak ditulis dan dibagikan.

Gus Ghofar bercerita, di saat Kiai Adlan dalam perjalanan pulang dari pengajian, sampailah beliau di daerah belantara hutan sekitar Madiun. Tiba-tiba saja mobil yang ditumpangi Kiai Adlan terhenti, ternyata didapati kemacetan di jalan utama itu hingga motor dan mobil mengular, mandeg jegreg.

Setelah beberapa lama menunggu, Kiai Adlan pun penasaran, apa gerangan yang menyebabkan kemacetan ini. Kiai Adlan pun keluar dari mobil, berjalan mencari biang kerok tertutupnya akses jalan yang dilalui. Tak disangka ternyata ada dua macan hutan yang sedang bertarung. Tentu tidak ada yang berani mengganggu, atau hanya sekedar menunda pertarungan hewan buas itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tanpa mengambil kuda-kuda, dengan langkah pastinya, Kiai Adlan berjalan mendekat, melerai dua macan tersebut. Banyak pasang mata seakan tak mercaya dengan apa yang baru saja dilihat. Kemacetan pun mulai terurai, semua kendaraan dapat berjalan kembali.

Ada yang menerka, keistimewaan menundukkan hewan buas diperoleh Kiai Adlan lantaran melanggengkan sujud tilawah. Layaknya KH. Idris Kamali, Kiai Adlan Aly selalu mengamalkan sujud tilawah ketika menjumpai ayat-ayat sajadah di tengah membaca Al-Quran. Agaknya keistimewaan ini muncul karena Kiai Adlan mampu sujud kepada Allah dengan sebenar-benarnya sujud.

Sujud yang hakiki, dalam pandangan al-Alusi dilakukan dengan merasa takluk dan ditundukkan Allah, merasa “tadzallul lillah“, meletakkan hati serendah-rendahnya di hadapan Allah. Bukan hanya terlihat sujud, namun hatinya tetap tinggi, menolak tunduk kepada Allah. Sehingga dalam kondisi tertentu, Allah pun menundukkan hewan buas bagi hamba-hambaNya yang mensujudkan hatinya di hadapan Tuhan Yang Maha Mencipta. Karena memang Allah membuat semesta ini tunduk untuk bersujud kepada-Nya.

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ

“Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah.” (Q.S. al-Hajj: 18)

Wallahu A’lam.

Baca Juga: Ijazah Doa KH. Adlan Aly untuk Para Penuntut Ilmu


*Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Penulis buku “Kiai Sufi Pecinta al-Qur’an & Nabi Yang Patut Diteladani”