Peraih nilai terbaik 1 Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, Himmayatul Husna. (foto: panitia/maha)

Tebuireng.online— Mendapatkan nilai Mumtaz atau yang dikenal dengan nilai dengan pujian tentu menjadi pencapaian yang sangat membahagiakan dan membanggakan. Apalagi, nilai pujian ini diraih di tengah kesibukan mendidik santri dan mengajar. Tidak hanya fokus pada studi di bangku kuliah, tetapi berbagai aktivitas sehari-hari yang dilakukan menunjukkan komitmen dan dedikasi yang luar biasa. Salah satu contoh inspiratif ini bisa kita lihat di diri peraih terbaik 1 Mahad Aly Tebuirneg, Ustadzah Himmayatul Husna.

Perempuan yang kini tengah menjadi pembina pondok itu, merupakan alumni Pondok Pesantren Genggong yang aktif berkuliah, berorganisasi dan berkarya di tengah kesibukannya membina dan mendidik para santri di Pesantren Sains Tebuireng Jombang.

Dengan berbagai aktivitas tersebut, ia menganggap bahwa nilai Mumtaz yang ia terima dari kampus adalah sebuah anugerah dan pencapaian luar biasa. Cerita proses perjuangan Himmayatul Husna bisa menjadi teladan bagi kita semua.

Ia menunjukkan bahwa kesibukan tidak menjadi penghalang untuk meraih nilai mumtaz. Dengan niat yang tulus dan kerja keras, Himmayatul membuktikan bahwa prestasi tinggi dapat dicapai meskipun harus membagi waktu. Dedikasinya menginspirasi generasi muda untuk terus berusaha mencapai impian mereka tanpa terhambat oleh kesibukan sehari-hari.

Baca Juga: Gelar Wisuda Marhalah Ula (M1) ke-10, Berikut Daftar Mahasantri Terbaik Mahad Aly

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Berikut wawancara yang dilakukan tim tebuireng.online kepada Himmayatul Husna:

Bagaimana perasaan Anda ketika dinobatkan sebagai mahasiswa peraih nilai cum laude?

Senang pastinya, tidak menyangka dan bahkan sempat pesimis di awal karena diumumin hanya lima orang yang Mumtaz.

Metode belajar seperti apa yang Anda terapkan?

Tidak ada metode khusus, mungkin lebih ke sering melatih critical thinking saja, misalnya dengan lebih berani mengutarakan pikiran-pikiran yang dapat memantik diskusi sehingga bisa lebih aktif di kelas atau forum-forum di luar kelas seperti halaqah, dll.

Di samping itu, saya juga mewajibkan diri saya untuk mengkhatamkan minimal satu buku dalam sebulan, membaca sangat membantu saya untuk memperkaya wawasan, baik dari pembedaharaan kata, keruntutan berpikir, problem solving, dan manfaat lainnya.

Apa motivasi Anda sehingga dapat meraih IPK tertinggi?

Lebih bersifat personal mungkin, tuntutan dari rasa tanggung jawab. Pertama, tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang tua yang mempersilahkan saya untuk mengambil sebuah pilihan kuliah di Ma’had Aly. Kedua, rasa tanggung jawab terhadap negara (kemenag) yang mendukung secara finansial lewat PBSB (program beasiswa santri berprestasi).

Awalnya, termotivasi untuk menjadi mahasantri yang pantas dengan DNA santri berprestasi, menjadi mahasantri yang lebih dari sekedar mahasantri kupu-kupu (kuliah-pulang kuliah-pulang). Tapi, seiring berjalannya masa studi, khususnya setelah mengikuti Muktamar pemikiran mahasantri yang dihadiri mahasantri dari berbagai ma’had aly, cita-cita saya menjadi lebih luas untuk mengisi keterbatasan praktisi ahli di bidang hadis, yang masih terbilang sedikit di Indonesia daripada rumpun ilmu keislaman yang lain.

Bagaimana kesan selama menempuh pendidikan di Ma’had Aly dan kenapa memilih melanjutkan M2 di Ma’had Aly?

Alhamdulillah, sangat bersyukur. Tidak hanya hadis dan ilmu hadis, mata kuliah dirancang terintegrasi dengan rumpun ilmu yang lain seperti ushul fiqh, akidah, dan tafsir. Memilih M2 berangkat dari cita-cita saya di atas, saya rasa belum matang jika sebatas lulusan M1.

Apa pesan Anda yang ingin disampaikan kepada seluruh mahassantri khususnya mahasantri Ma’had Aly yang masih berjuang di kampus?

Bagi mahasantri yang sedang mengalami krisis eksistensi, hingga meragukan diri sendiri. Jangan denial, fokus terhadap apa yang bisa diusahakan, berikan usaha terbaik.  Dan ketika dalam prosesnya, kita sedikit melenceng dari jalur dan plan yang kita buat, that’s okay, yang mesti kita lakukan adalah mencari jalan lain atau putar balik ke jalan awal, alih-alih memilih berhenti dan tergilas oleh rasa penyesalan dan keputusasaan.

Biodata

Nama : Himmayatul Husna
TTL: Bondowoso, 20 Mei 2002

Prestasi :

  1. Juara 2 lomba Essay Nasional Haddatsana Fest 2022 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

  2. Presenter The 1st Internasional Conference on Religion, Scripture, & Scholars (ICRSS) PKU-MI 2023

Organisasi:

  1. PMII Rayon Yusuf Hasyim

  2. CSSMoRA Ma’had Aly Hasyim Asy’ari



Pewarta: Qurratul Adawiyah