
Dalam perkuliahan, part paling mengerikan adalah menjadi mahasiswa semstera akhir yang sangat menguras segalanya. Bagaimana tidak, mahasiswa semester akhir dikenal dengan orang yang super sibuk. Setiap harinya dihadapkan dengan buku, leptop dan juga revision yang selalu dicorat dengan bentuk, bulat miring, bahkan sehalaman full. Belarian di kampus demi mendapatkan tanda tangan adalah sikap paling menjengkel kan tapi harus tetap dilakukan agar perjuangan ini menambahkan gelar nama dibelakang.
Pagi yang cerah, dengan sinar matahari yang luamyan mengigit, Maxwell dan Sandy berjalan berdampingan dengan pakaian rapi dan tas leptop serta kertas print khas yang menggambarkan mereka adalah semester akhir. Mereka adalahh 2 sahaabat yang terkenal dengan solidaritas dan kecerdasan mereka semenjak jadi maba di Univeristas Oxford itu.
Sebagai mahasiswa yang menjadi anak bimbingan Prof. Kevin Sanjaya, Maxwell dan Sandy menjadi mahasiswa yang sangat rajin bimbingan, dan sangat disiplin waktu. Sesampainya dikampus Maxwell dan Sandy bergegas menuju keruang dosen untuk menemui dosen pembimbing skripsi mereka. sebagai dosen pembimbing sekaligus rector kampus Prof. Kevin sanjaya memiliki karakter yang sangat ditakuti oleh mahasiswanya. Terkneal dengan killer dan teliti, membuat dua mahasiswa tersebut sangat.
“Ini kok masih salah lagi sih Maxwell, kan saya sudah bilang, jelaskan dengan detile isi rumusan masalah ini, kan saya suruh nambah, kok masih sama kayak gini, juga kamu tuh gimana sih kalau ngetik sampek typo-typo kayak gini, melek kalau ngetik jangan tidur, revisi. Saya gak jadi acc!” ucap Prof kepada Maxwell.
Mendengar ucapan tersebut sandy bergidik merinding, mendengar Maxwell di semprot, sandy jadi gugup untuk bimbingan. Setelah Maxwell keluar ruangan, dengan lambat sandy masuk dan duduk untuk bimbingan
“Mana yang saya suruh revisi?” Tanya Prof. Kevin kepada Sandy.
“Ini, Prof…” Sandy membukakan halaman yang disuruh revisi, meski dengan tangan yang gemetar tak karuan. Melihat file skripsi dirinya banyak dicoret, Sandy terdiam dan memikir kan jawaban jika profe kevin mulai membantai dengan berbagai pertanyaan.
“Sandy, kamu sama Maxwell sama aja, masih banyak salahnya, typo nih typo!” sambil menuding beberapa kalimat yang memang salah ketik.
“Melek kalau ngetik tuh melek, jangan tidur, ini juga wawancara tuh dijalaskan dengan kalimat kamu sendiri, ditambah, biar gak sedikit. Kualitatif kok medit kalimat keliatan kalau kamu miskin literasi.” Jleb ucapan Prof. Kevin berhasil membuat sandy tertunduk malu.
“Saya belum acc, revisi 3 hari bilang sama Maxwell juga tadi saya lupa. Hari Ahad saya tunggu di rumah.” Ucap Prof Kevin. Mendenagr ucapan itu sandy pun pamit dan meninggalkan ruang dosennya dengan jantung berdebar debar.
Setelah keluar ruangan, Maxwell terlihat sangat bahagia dan ketawa sangat kencang, dikarenakan tidak hanya dirinya yang belum acc tapi ternyata Sandy juga belum.
Tanpa berbasa-basi, mereka pun pergi meninggalkan ruang Prof. Kevin untuk menuju kekantin sambil sedikit misuh karena masih belum acc dan harus revisi kembali.
Sesampai di kantin keduanya memesan lalapan mbok yanti yang sudah sejak maba menjadi langganan mereka, karena sambal dan nasinya yang boleh refill menjadi andalan bagi mereka sebagai anak kos agar hemat uang.
Setelah itu mereka kembali ke kos dan menjalankan kehidupan masing masing seperti biasa, bolak balik ke kampus ngejar prof kevin, bolak balik revisi dan ngeprint, tidur gak tenang, makan pun tak kenyang. Setelah berkali kali akhirnya mereka pun acc dan diperbolehkan sidang.
Seminggu setelah sidang.
“ wel maxwel, pernah gak kamu kepikiran tentang kita ?” Tanya sandy penasaran
“maksud mu ? jangan bikin mikir, baru juga revision disuruh mikir” jawab Maxwell ketus
“ yaelah bocah, banyak gak sih dari kita kayak axel, si kadit, si hanif,mereka gak ikut sidang sempe sekarang dan gak ngerjain skripis? Ternyata partner di semester akhir itu bener bener berpengaruh banget buat kelancaran skripsi kita bro, bayangin kalau aku gak sekelompok sama kamu yang ambisius ini, mungkin aku gak serajin ini bimbingan, apalagi dospem nya kayak prof kevin, yakin hidup aku kayak axel dan yang lain lain”
Maxwell terdiam dan masih sibuk menikmati makanan dengan lahap tanpa menggubris perkataan Sandy.
“Aku baru sadar kenapa banyak banget mahasiswa pingin nyerah disemster akhir, karena ya emang ujiannya itu bukan cuman skripsi aja ada banyak hal yang bisa bikin down termasuk pertemanan.” tambah Sandy.
“Makanya kita harus saling menyemangati, meskipun kita capek ngejar prof kevin, sering revisi, bolak balik ngeprint, jarang bisa ketemu, lama acc, tapi aku bersykur dengan adanya beliau yang perfeksionis dan teliti aku ngerasa skripsi ku bagus banget, karena emang rapi dan sedetile itu kata penguji ku skripsi ku termasuk bagus soalnya hampir sempurna dan kamu juga gitu kan?” Tanya Maxwell.
“Iya sih Alhamdulillah…“ jawab Sandy.
“Ternyata punya tempat untuk pulang dan cerita di semester akhir adalah hal yang harus disyukuri…” Dan mereka berdua pun tersenyum dan saling berpelukan.
Penulis: Wan Nurlaila Putri
(Mahasiswa PAI Unhasy Jombang)