pak-juntebuireng.online— Drs. KH. Junaidi Hidayat berkesempatan menyampaikan materi kepada peserta Diklat Kader Pesantren Tebuireng, pagi tadi (24/09/2016) di Aula Gedung Diklat Jombok Ngoro Jombang. Jika angkatan pertama beliau mendapatkan amanat menyampaikan materi “Ke-Tebuireng-an”, pada angkatan kedua ini beliau menyampaikan materi tentang “Kepemimpinan Pesantren”.

Pengasuh Pesantren al Aqobah Kwaron Diwek Jombang tersebut menyampaikan prihal makna pemimpin. “Pemimpin adalah ar Ra’i, yang dipimpin adalah ar- Ra’yah, dan kepemimpinan adalah ar-Ra’iyyah,” tutur beliau menjelaskan hadis tentang kepemimpinan. “Semua orang adalah pemimpin, minimal bagi diri sendiri,” tambah mantan pengurus PKB Jombang ini.

Menurut Pak Jun, panggila akrab beliau, kepemimpinan adalah seni. Namun, kesenian dalam memimpin juga harus dilengkapi dengan enam syarat menjadi pemimpin. Pertama, memiliki kualitas keilmuan dan intelektual yang mumpuni, minimal sesuai dengan standar organisasi. Kedua, memiliki kualitas sosial yang baik, sehingga prodak yang dikeluarkan akan memberikan kepuasan kepada user (pengguna), konsumen, dan masyarakat. Ketiga, seorang pemimpin harus mempunyai kualitas menejerial yang handal.

Keempat mempunya kualitas spritual dan emosional yang baik. Kelima, pemimpin juga harus punya fisik dan finansial yang mapan, sehingga tidak memiliki beban untuk mensejahterahkan diri dan keluarga, da keenam, ia juga harus bervisi, berkomitmen, dan berkarakter yang baik. Untuk menujang pembetukan pemimpin yang berkualifikasi seperti di atas, harus melaui tahapan-tahapan penbentukan yang matang, sepeti pross pendidikan dan pelatihan, pembentukan karakter dan keteladanan.

Dengan syarat dan tahapan-tahapan tersebut, fungsi-fungsi kepemimpinan dapat dijalankan dengan baik. Pemimpin dapat membaut perencanaan yang matang, menetukan staf dan personel, menetapkan mekanisme, sistem, tahapan dan skala prioritas, melakukan koordinasi, sinkronisasi kerja, kontrol dan pengawasan pelaksanaan program, evaluasi, merumuskan masalah dan menentukan langkah-langkah penyelesaiannya. Jika telah terlaksana dengan baik, maka pemimpin dapat mewujudkan visi, misi, tujuan organisasi, dan mempertanggungjawabkan program kerja yang telah terlaksana.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Untuk memuluskan jalan menuju pencapaian itu, menurut ayah tiga anak tersebut, perlu beberapa pinsip dasar, di antaranya  adalah pemimpin harus menyatu dengan anggota, demokratis, aspiratif, paham fitrah kemanusiasn, inovatif, dinamis, membangun komunikasi dan transparan, serta selalu mengambil keputusan yang baik dengan resiko paling rendah.

“Itulah kenapa pemimpin di bumi, Khalifah fil Ard, itu manusia, bukan malaikat. Karena malaikat tidak punya kulaitas intelektual, mereka hanya punya kualitas ketaatan sesuai dengan tugas,” terang mantan Ketua Dewan Pendidikan tersebut. Namun, seorang pemimpin bagi beliau haruslah orang-orang yang memiliki jiwa besar dan tidak hanya asyik dengan dunia sendiri, sehingga memperlakukan yang dipimpin dengan standar kolektif.

Dalam konteks kepemimpinan pesantren, Pak Jun menganggap bahwa sebuah pesantren harus memiliki dua kaki, kaki dalam dan luar. Kaki dalam adalah seorang tokoh atau figur yang dapat mengembangkan potensi keilmuan pesantren, sedangkan kaki luar adalah yang mengepakkan sayap dan melebarkan potensi pesantren menjadi semakin besar.

Kemrosotan pesantren, lanjut beliau adalah sebagai bukti bahwa banyak pesantren yang kemungkinan tidak bisa mempertahankan kepercayaan, tidak bisa mengikuti dinamika yang ada, atau karena tidak bisa mempertahankan kualitas. Untuk itu, mantan Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Salafiyah Syaf’iyyah Tebuireng era 90-an tersebut, memandang perlunya pelatihan pengasuh pesantren, baik yang sudah memiliki pesantre, atau yang akan membangun pesantren. (Abror)