KH. Abdullah Syarwani berpidato sebagai sahabat Gus Dur dalam Haul ke-7 Sang Guru Bangsa, Sabtu (07/01/2017) ci Pesantren Tebuireng Jombang. (Foto: Deka)

tebuireng.online — Dalam acara Haul ke-7 Gus Dur, turut hadir sahabat karib Gus Dur, KH. Abdullah Syarwani, Sabtu (07/01/17). Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa haul ini adalah renungan untuk mengenang Gus Dur sebagai ishlah, sumber belajar atas kepribadiannya.

Menurut Kiai Abdullah, Gus Dur banyak dipandang oleh masyarakat sebagai pribadi yang kontroversi. Terbukti dari pemikiran dan tindakan Gus Dur yang banyak membuat orang lain salah persepsi. Gus Dur juga dikenal memiliki konsistensi dan kepercayaan diri yang kuat. Beliau mengaku bahwa keluarga Wahid Hasyim semuanya memiliki pendirian yang kokoh dan sulit dibelokkan.

Nilai-nilai tanggung jawab terhadap diri sendiri benar-benar ditanamkan oleh Kiai Wahid terhadap anak-anaknya sejak kecil. Terbukti dari kisah yang disampaikan Mantan Dubes RI untuk Lebanon tersebut. Beliau menceritakan kisah menarik yang pernah Gus Dur ceritakan kepada beliau.

“Gus Dur pernah bercerita kepada saya, begini, ‘saya dulu pernah dimarahi ayah, karena saya mengotori kamar mandi sehingga menjadi najis, lalu dihukum menguras kamar mandi dengan menimba, padahal kamar mandi saya besar. Saya capek sekali’, begitu kata Gus Dur,” ungkap beliau.

“Simbolis dari sosok Gus Dur adalah tanggung jawab, dengan sikap ramahnya, Gus Dur tidak malu mengakui kesalahan dan (memiliki rasa) bertanggung jawab yang besar”. Imbuh KH. Abdullah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

KH. Abdullah membeberkan perihal ketidakpercayaan banyak orang terrhadap pendidikan Gus Dur. “Banyak orang yang heran dengan Gus Dur, mereka sulit percaya mengapa Gus Dur tidak pernah lulus sekolah di Indonesia, tapi bisa lulus di luar negeri? Itu bukan karna Gus Dur tidak cerdas. Gus Dur sangat cerdas dan beliau memilih untuk belajar bebas. Karena menurut Gus Dur pendidikan di Indonesia ini terlalu ditekan oleh sistem pendidikan, sehingga siswanya tidak dapat berpikir bebas. Atas dasar pemikiran-pemikiran Gus Dur yang spektakuler tersebut, menjadikannya lebih unggul dari pada anak-anak seusianya pada saat itu,” cerita Kiai Abdullah.

Kemudian Kiai Abdullah menjelaskan bahwa Gus Dur pernah menulis pengantar buku yang berbahasa latin, judul buku tersebut jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah, Pendidikan Untuk Mengentaskan Anak Didik yang Tertindas Sistem Pendidikan. Dalam buku tersebut diterangkan agar anak didik mempunyai karakter yang kuat dan membanggakan karakternya sendiri.

“Seharusnya anak-anak tidak usah terlalu ditekan, disuruh, harus ini harus itu lah, biarkan mereka berpikir bebas, tugas kita hanya mendidik karakter mereka,” tutur Kiai Abdullah Syarwani mengutip kata-kata Gus Dur dalam buku tersebut.  Bagi Kiai Abdullah, Ibrah yang dapat dipetik dari renungan mengenang Gus Dur ini adalah meneladani dimensi yang sejak kecil Gus Dur miliki, yakni tanggung jawab. Salah satu keistimewaan Gus Dur adalah pemikirannya yang memiliki perspektif ke depan.

“Jika saat ini sedang ramai diperbincangkan soal pendidikan karakter, Gus Dur sudah mempunyai pemikiran tersebut sejak 34 tahun yang lalu. Perlunya pendidikan karakter dan pembebasan cara berpikir dan sikap teguh berlandaskan kehakikian. Itu yang diajarkan Gus Dur,” tutur KH. Abdullah dengan penuh kenang.


Pewarta:   Aulia Rahmah

Editor:     Munawara

Publisher: M. Abror Rosyidin