Oleh: Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari

Termasuk sikap memuliakan dan berbuat baik kepada Nabi SAW adalah memuliakan sahabat-sahabat Nabi SAW, berbuat baik kepada mereka, mengetahui hak mereka, mencontoh mereka, memuji mereka dengan baik, memintakan ampun untuk mereka, tidak mau membicarakan perselisihan di antara mereka, memusuhi orang yang memusuhi mereka, tidak mau menerima berita-berita dari sejarawan yang mencoreng nama baik mereka dan orang-orang bodoh yang menceritakan mereka, seperti kaum rawafidl (kelompok syiah yang meninggalkan Sayyidina Ali ra).

Orang-orang syi’ah yang sesat, para pembuat bid’ah yang mencela salah seorang dari sahabat Nabi SAW, hendaklah mencari riwayat-riwayat yang dinukil dari mereka tentang perselisihan yang terjadi diantara mereka dan menafsirkannya dengan penafsiran-penafsiran yang paling baik, karena mereka itu adalah ahli kebaikan. Jangan sampai ada satu orang sahabatpun yang disebut dengan suatu kejelekan, dan jangan sampai ada satu hal yang mencela mereka.

Bahkan sebutkanlah kebaikan-kebaikan dan keutamaan-keutamaan mereka serta kebaikan perilaku mereka, dan diamkanlah hal-hal yang sebaliknya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra. ketika ditanya tentang perang Jamal dan Shiffin, “Itu adalah darah-darah yang Allah mencegah tanganku dari darah-darah itu, dan saya tidak suka mulutku membicarakan masalah itu”.

Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi SAW:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

إِذَا ذُكِرَ أَصْحَابِي فَأَمْسِكُوا

Jika sahabat-sahabatku disebut, maka tahanlah dirimu”. Maksudnya, tahanlah dirimu dari mencela mereka dan dari menuturkan hal-hal yang kurang pantas pada hak mereka”.[1]

Allah Ta’ala berfirman:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.[2]

Allah Ta’ala berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”.[3]

Nabi SAW bersabda:

اِقْتَدُوا بِاَلَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْر وَعُمَر. رواه الطبراني

Ikutilah jejak orang-orang sesudahku, yaitu Abubakar dan Umar”. (Hadis riwayat Imam Thabrani)[4]

Nabi SAW bersabda:

لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى ، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَه

Janganlah kamu sekali-kali mencela sahabat-sahabatku, karena seandainya salah seorang diantara kalian mensedekahkan emas sebesar gunung Uhud, tidak akan bisa mencapai satu mud ( secakup) pun dari mereka atau bahkan setengah mud (cakup) pun”. [5]

Nabi SAW bersabda:

مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ , وَالنَّاسِ أَجْمَعِين لاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ صَرْفًا وَلاَ عَدْلاً

Barangsiapa mencela sahabat-sahabatku, maka dia diancam dengan laknat Allah, para malaikat, dan manusia semuanya, dan Allah tidak menerima ibadah wajibnya dan juga ibadah sunnahnya”. [6]

Dalam hadis riwayatJabir ra:

إِنَّ اللهَ اخْتَارَ أَصْحَابِى عَلَى جَمِيْعِ اْلعَالَمِيْنَ سِوَى النَّبِيِّيْنَ وَاْلمُرْسَلِيْنَ وَاخْتَارَ لِىْ مِنْ أَصْحَابِى أَرْبَعَةً أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيًّا فَجَعَلَهُمْ خَيْرَ أَصْحَاِبى وَفِى أصْحَابِى كُلُّهُمْ خَيْرٌ

Sesungguhnya Allah memilih sahabat-sahabatku di atas semua alam selain para Nabi dan para Rasul, dan Allah memilih di antara mereka untukku empat  orang : Abubakar, Umar, Usman, dan Ali, lalu Allah menjadikan mereka sebaik-baik sahabatku, dan tiap-tiap sahabatku semuanya memiliki kebaikan”.[7]

Nabi SAW bersabda:

مَنْ أَحَبَّ عُمَرَ فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَبْغَضَ عُمَرَ فَقَدْ أَبْغَضَنِي

Barangsiapa mencintai Umar, maka dia sungguh telah mencintai saya. Dan barangsiapa membenci Umar, maka sungguh dia telah membenci saya[8].

Ayub as Sikhtiyani ra. berkata:

“Barangsiapa mencintai Abubakar ra., maka sungguh dia telah menegakkan agama, barangsiapa mencintai Umar ra., maka sungguh dia telah menjelaskan jalan Nabi SAW, barangsiapa mencintai Usman, maka dia sungguh telah cukup dengan cahaya Allah, dan barangsiapa mencintai Ali ra., maka dia sungguh telah memegang tali agama yang kuat. Barangsiapa memuji para sahabat Muhammad SAW dengan baik, maka sungguh dia telah terbebas dari kemunafikan, dan barangsiapa berkurang rasa simpatinya pada salah seorang di antara sahabatku, maka dia itu adalah pembuat bid’ah, bertentangan dengan sunnah, tidak sesuai dengan salafus shalih, dan saya khawatir jika amal dia tidak terangkat ke langit sampai dia bisa mencintai mereka semua, dan hatinya benar-benar bersih”.

Ketika Nabi SAW datang ke Madinah dari menunaikan haji wada’, beliau naik mimbar, lalu memuji Allah, kemudian bersabda :

“Wahai manusia, sesungguhnya saya rela dengan Abubakar, maka ketahuilah hal itu. Wahai manusia, sesungguhnya saya rela dengan Umar, Ali, Usman, Thalhah, Az Zubeir, Sa’ad, Sa’id, Abdurrahman bin Auf, dan Abu Ubaidah, maka ketahuilah hal itu untuk mereka. Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah mengampuni ahlu Badar dan ahlu Hudaibiyah, maka jagalah sahabat-sahabatku, mertuaku, dan menantuku untukku, jangan sampai ada salah seorang dari sahabatku yang menuntut kalian karena satu kezhaliman, karena kezhaliman ini tidak akan bisa ditebus di hari kiamat kelak”.

Nabi SAW bersabda tentang hak sahabat Anshar ra:

اُعْفُوْا عَنْ مُسِيْئِهِمْ وَاقْبَلُوا مِنْ مُحْسِنِهِمْ

Maafkanlah mereka yang telah berbuat kesalahan, dan terimalah mereka yang telah berbuat baik”.[9]

Nabi SAW bersabda:

اِحْفَظُـوْنِي فِي أَصْـحَابِي وَ أَصْـهَارِيْ فَإِنَّـهُ مَنْ حَفِظَـِنِي فِـْيِهْم حَفِظَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَ اْلآخِرَةِ وَ مَنْ لِمْ يَحْفَظنِي فِيْهِمْ تَخَلَّى اللهُ عَنْهُ وَ مَنَ تَخَلَّى اللهُ عَنْهُ يُوْشِكُ أنْ يَأخُذَهُ

Jagalah para sahabatku dan para kerabat iparku untukku, karena sesungguhnya orang yang menjaga mereka untukku, maka Allah akan menjaga dia di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang tidak mau menjaga mereka untukku, maka Allah terlepas darinya, dan barangsiapa yang Allah terlepas darinya, maka Allah akan menyiksanya”.[10]

Dari Nabi SAW bersabda:

مَنْ حَفِظَنِي فِي أَصْحَابِي كُنْتُ لَهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ حَافِظًا

Barangsiapa menjaga sahabat-sahabatku untukku, maka saya akan menjaga dia kelak di hari kiamat”.[11]

Sahal bin Abdullah At Tustari  ra berkata:

لَمْ يُؤْمِنْ بِالرَّسُوْلِ مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ أَصْحَابَهُ وَلَمْ يُعَزِّزْ أَوَامِرَهُ

Tidaklah beriman kepada Rasulullah SAW orang yang tidak memuliakan para sahabatnya dan tidak mengindahkan perintah-perintahnya”.[12]


*Diterjemahkan oleh Ustadz Zainur Ridlo, M.Pd.I. dari kitab Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidi al-Mursalin karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari 


[1] Hadis riwayat Imam Thabrani dalam kitabnya “Al Mu’jam Al Kabir”.

[2] Al Fath ayat 29.

[3] At Taubah ayat 100.

[4] Hadis riwayat Imam Thabrani, dalam “Al Mu’jam Al Ausath”, jilid 4, halaman 140

[5] Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.

[6] Hadis riwayat Imam Thabrani.

[7] Hadis riwayat Imam Abu Nu’aim dalam “Fadha’il Ash Shahabah”, Imam Ibnu Asakir, jilid 29,  halaman 184. Dan Imam Al Khatib.

[8] Nuzhatul Majalis Wa Muntakhabu An Nafais, jilid 1, halaman 346.

[9] Musnad Abu Ya’ya, jilid 2, halaman 509.

[10] Hadis riwayat Imam Thabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir.

[11] Fadhailu Ash Shahabah, oleh Imam Ahmad bin Hambal, jilid 1, halaman 9.

[12] Asy Syifa Bi Ta’rifi Huquqi Al Musthafa, jilid 2, halaman 56.