Jika menemukan keluh kesah pertanyaan, “Hidup kok gini-gini aja ya?” atau “Kenapa tuhan menjadikanku seperti ini ya?” maka simple jawabannya belajarlah menerima, belajarlah jadi orang mengerti, belajarlah jadi orang bodo amat namun masih tetap peduli kepada hal-hal yang memang sewajarnya dipedulikan. Tuhan tidak mungkin menelantarkan hamba-Nya pun disaat hamba-Nya menelantarkan tuhannya.
Bukanlah hal yang mudah memang, berjalan tanpa arah. Tanpa tujuan. Tersesat. Terombang ambing di lautan lepas tanpa nahkoda. Karena sejatinya yang menjadi nahkoda itu adalah diri kita sendiri. Ya! kita yang berhak menentukan pelabuhan hidup ini. Namun, tak semua rencana yang kita susun akan berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Maka, belajarlah menerima takdir yang diberikan tuhan. Izinkan tuhan melukis indah hidup kita. Dan ketahuilah bahwa itu adalah bentuk penerimaan yang indah dan tidak akan pernah sia-sia.
Lantas jika sudah kehilangan arah, Apakah sudah waktunya kita kembali kepada tuhan yang memberikan petunjuk arah? selama ini kemana saja? Padahal tuhan lebih dekat dari urat nadi kita. Naasnya kita hanya banyak mengingat tuhan ketika sedang dalam masa terombang-ambing. Kemana kita ketika bahagia? kemana kita ketika bisa tertawa lepas? apakah kita bisa mensyukuri semua nikmat-Nya? pun bahkan ketika nikmat-Nya itu berupa kesedihan? Nyatanya tidak.
Benar memang, ketika bahagia dan senang hati kita pasti bersyukur. Namun, sangat sedikit sekali yang bersyukur ketika badan sakit, ketika bermunculan pesakitan dalam hidup. Rasanya hanya ada keluhan. Bukan ungkapan syukur. Kita lupa bahwa bahagia ataupun sedih, senang maupun susah semua itu adalah bentuk nikmat-Nya.
Pun begitu dengan doa-doa dan pengharapan kita yang belum terkabul. Bukan malah sedih jika ada doa yang belum atau tidak dikabulkan. Justru saat itulah kita harus bersyukur. Karena tuhan mengerti apa saja yang baik untuk kita. Tuhan tahu semua masa depan kita. Tak perlu khawatir. Belajarlah mengerti bahwa pengabulan doa itu banyak wujudnya. Kalam-Nya pun tidak pernah salah. Berdoalah maka pasti Tuhan akan mengabulkan. Tapi tuhan menjawabnya dengan berbagai cara. Tak pernah alpha, tuhan selalu menjawab doa-doa kita yang telah dilangitkan. Dan kita harus mengerti dan paham.
Sering kali kita beranggapan bahwa bentuk pengabulan doa itu adalah sesuai dengan yang kita minta. Padahal tidak selalu seperti itu. Dikutip dari Buku “Izinkan Tuhan Menuliskan Cerita Terindah Hidupmu” karya Atika Cahya menjelaskan bahwa ada 3 kemungkinan tuhan menjawab doa kita. Pertama, ‘iya, akan ku berikan sekarang’. Kedua, ‘ya akan ku berikan, tapi nanti’. Ketiga, ‘akan ku ganti dengan yang lebih baik’
Tuhan telah berjanji akan mengabulkan doa-doa hamba-Nya yang berdoa. Maka tidak ada kata tidak pada permohonan kita. Hanya saja di ganti dengan yang lebih baik.
Tidak perlu protes melontarkan pertanyaan “kenapa di ganti, kan aku mau yang ini”
Bisa saja kemauan itu adalah bukan yang terbaik bagi masa depan kita. dan tidak menutup kemungkinan bahwa sesuatu yang tidak kita sukai adalah justru yang terbaik bagi kita.
Ketika kita meminta petunjuk dan arah langkah agar dipermudah, maka bukan selalu tentang menghapus masalah yang ada. Tapi, dengan diberikan kekuatan hati, ketegaran hati, keikhlasan hati dalam menghadapi masalah. Tuhan itu Maha Luas, sedangkan pengetahuan kita terbatas.
Jangan marah atau menyalahkan tuhan jika kemauan kita tidak dikabulkan. Itu akan menjadi keangkuhan sebagai sebagai seorang hamba yang meragukan kekuasaan-Nya.
Belajarlah mengerti dan memahami bagaimana tuhan mengatur kehidupan kita dari hal yang kecil hingga hal yang besar. Ia mengatur tanpa perlu repot, tanpa Lelah, tanpa keluh kesah. Mudah saja bagi-Nya untuk mengabulkan doa-doa hamba-nya.
Lihat saja, jika kita sudah mengerti dan paham apa yang dikehendaki oleh-Nya, maka kita pasti akan takjub dan terpukau dengan semua rencana-rencana indahnya. Menerima bukanlah suatu hal yang paling mudah. Pun begitu dengan bersabar. Namun, lagi-lagi firman-nya tidak pernah berdusta, bahwa Tuhan selalu Bersama dengan orang orang yang sabar. Kita yang menanam maka kita jugalah yang memetik buah kesabaran.
Yakinlah bahwa sesuatu yang sudah tertakar tidak akan pernah tertukar. semua takaran-Nya selalu tepat dan waktunya pun tidak akan pernah terlambat.
Penulis: Nabila Rahayu
*Pegiat Literasi di Sanggar Kapoedang.