
Media memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk persepsi masyarakat, termasuk dalam representasi gender, terutama perempuan. Dalam konteks dunia domestik dan dunia kerja, perempuan sering kali digambarkan sebagai individu yang harus menyeimbangkan dua peran penting sekaligus, yakni sebagai ibu rumah tangga dan pekerja profesional. Representasi ini menciptakan gambaran bahwa perempuan mengalami beban ganda, yang menjadi salah satu isu besar dalam perjuangan kesetaraan gender.
Di dunia domestik, media sering kali menggambarkan perempuan sebagai pengurus rumah tangga utama, yang bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, merawat anak, dan mengurus kebutuhan keluarga. Gambaran ini muncul dalam banyak bentuk media, mulai dari iklan televisi, film, hingga serial televisi. Dalam banyak narasi, perempuan digambarkan sebagai sosok yang secara alami terikat dengan tugas-tugas rumah tangga, sementara peran laki-laki sering kali lebih terfokus pada dunia luar atau pekerjaan yang menghasilkan uang.
Salah satu contoh nyata dari representasi ini adalah iklan televisi yang menampilkan ibu rumah tangga yang selalu terlihat merawat rumah dengan sempurna, memasak hidangan lezat, dan menjaga anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang. Di sisi lain, suami sering kali digambarkan sebagai sosok yang hanya kembali ke rumah setelah bekerja, tanpa terlibat dalam pekerjaan rumah tangga.
Representasi semacam ini dapat memperkuat stereotip bahwa peran perempuan dalam rumah tangga adalah yang utama, sementara peran laki-laki kurang mendapat sorotan. Meskipun ada perubahan dalam representasi media terhadap peran domestik perempuan, terutama dalam beberapa tahun terakhir, namun stereotip ini masih kuat beredar di masyarakat.
Sementara itu, di dunia kerja, media sering kali menunjukkan perempuan sebagai sosok yang menghadapi berbagai tantangan untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Banyak cerita yang menggambarkan perempuan sebagai pekerja yang sukses tetapi tertekan, karena mereka harus mengurus pekerjaan rumah tangga dan anak-anak di luar jam kerja. Dalam beberapa narasi, media juga menggambarkan perempuan sebagai individu yang harus memilih antara kesuksesan karier dan keluarga.
Beban Ganda Terhadap Kesejahteraan Perempuan
Fenomena ini tercermin dalam data yang menunjukkan bahwa perempuan masih sering mengalami diskriminasi di tempat kerja, terutama terkait dengan jam kerja fleksibel, kesempatan promosi, dan peran-peran kepemimpinan. Menurut laporan dari International Labour Organization (ILO), di seluruh dunia, perempuan lebih sering terjebak dalam pekerjaan dengan upah lebih rendah dan jam kerja yang lebih panjang jika dibandingkan dengan laki-laki. ILO juga menunjukkan bahwa perempuan sering kali terhalang untuk mencapai posisi manajerial atau kepemimpinan yang lebih tinggi. Data ini semakin memperkuat anggapan bahwa perempuan harus menghadapi tantangan ganda ketika berusaha menyeimbangkan peran domestik dan karier.
Selain itu, fenomena yang dikenal dengan istilah “double burden” atau beban ganda, menjadi isu yang terus diperbincangkan. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh McKinsey & Company, perempuan yang bekerja penuh waktu sering kali menghabiskan waktu lebih banyak untuk pekerjaan rumah tangga dan perawatan keluarga dibandingkan dengan laki-laki yang bekerja dengan jam kerja yang sama. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh The New York Times, dikatakan bahwa meskipun perempuan lebih banyak terlibat dalam pekerjaan berbayar, mereka tetap menghabiskan lebih banyak waktu untuk tugas domestik, yang mempengaruhi keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka.
Beban ganda ini memiliki dampak signifikan terhadap kesejahteraan perempuan. Stres yang dihasilkan dari kewajiban domestik yang berat dan tuntutan pekerjaan sering kali berujung pada kelelahan, masalah kesehatan mental, dan pengorbanan waktu untuk diri sendiri. Selain itu, ketidaksetaraan dalam pembagian tugas rumah tangga antara laki-laki dan perempuan juga dapat memperburuk ketidakadilan sosial dan ekonomi.
Representasi media yang tidak adil ini semakin memperkuat anggapan bahwa perempuan harus memiliki “kesempurnaan” dalam kedua ranah kehidupan mereka: menjadi ibu yang baik dan pekerja yang sukses. Hal ini membebani perempuan secara emosional dan fisik. Media, meskipun terkadang menggambarkan perempuan yang dapat mengatasi beban ini, tetap sering kali mengabaikan kenyataan bahwa banyak perempuan yang tidak memiliki dukungan atau sumber daya yang memadai untuk menjalankan peran ganda ini.
Perubahan yang Diperlukan
Ada kebutuhan yang mendesak untuk mengubah cara media merepresentasikan perempuan dalam dunia domestik dan dunia kerja. Media harus menggambarkan perempuan sebagai individu yang memiliki kebebasan untuk memilih peran yang mereka inginkan tanpa dibatasi oleh stereotip tradisional. Selain itu, penting juga untuk memperkenalkan konsep berbagi tugas rumah tangga secara lebih adil antara laki-laki dan perempuan.
Pemerintah dan perusahaan juga perlu memperkenalkan kebijakan yang mendukung perempuan dalam menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi, seperti cuti melahirkan yang lebih panjang, kebijakan jam kerja fleksibel, dan dukungan untuk pendidikan serta pelatihan perempuan dalam bidang kepemimpinan. Semua langkah ini akan membantu mengurangi beban ganda yang sering dihadapi perempuan.
Representasi perempuan dalam media sebagai individu yang menghadapi beban ganda di dunia domestik dan dunia kerja memperkuat persepsi sosial tentang peran gender yang tidak setara. Perempuan sering kali digambarkan sebagai individu yang harus menyeimbangkan kedua peran ini, yang berdampak pada kesejahteraan fisik dan mental mereka. Oleh karena itu, penting untuk terus memperjuangkan perubahan dalam representasi media dan kebijakan yang lebih mendukung kesetaraan gender. Hanya dengan demikian, perempuan akan dapat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berkembang baik di dunia rumah tangga maupun di dunia kerja tanpa harus menghadapi beban ganda yang tidak adil.
Penulis: Albii