Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz memberi mauidah hasanah dalam acara wisuda pondok putri Pesantren Tebuireng. (dok. tebuirengofficial)

Tebuireng.online— Ratusan santri putri Pesantren Tebuireng ikuti Wisuda Bilghoib VI, Binnador XII, Juz Amma XII & Purna Santri, pada Sabtu (25/5/2024) malam di lapangan Pesantren Tebuireng. Pada kesempatan tersebut Pengasuh Pesantren Tebuireng KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) menuturkan beberapa nasihat kepada wisudawati.

“Ilmu yang didapat di Pesantren Tebuireng ini adalah ilmu yang diajarkan dan diwariskan dari KH. M. Hasyim Asy’ari. Jadi kalian yang diwisuda, harus dapat mewariskan, mengamalkan, dan mengajarkan kepada generasi yang akan datang,” pesan Cicit Hadratussyaikh di hadapan santri dan wali santri.

Menurutnya lulusan Tebuireng adalah ulama. Karena ilmunya merupakan ilmu yang diwariskan oleh Nabi, dan lulusannya bagian dari rantai keilmuan yang terus bersambung. Rantai keilmuan itu sangat penting, sebab satu-satunya oang yang paham Al-Qur’an itu adalah Nabi, hingga diajarkan kepada sahabat, lalu terus sampai kepada kita. Itu  adalah ilmu  yang harus kita jaga, lestarikan, dan kembangkan.

Lalu, beliau mengutip maqalah dalam tradisi Aswaja “al-Muhafadzah ‘ala al-Qadim al-Salih, wa al-Akhdu bi al-Jadid al-Aslah”. Artinya rantai keilmuan yang didapat dari Nabi melalui para ulama dan guru harus dijaga seterusnya. Tak berhenti di situ, harus ada pengembangan sesuai dengan perubahan dan kemajuan zaman. Maka pengamalannya harus disesuaikan dengan perkembangan zaman kalau tidak ingin tertinggal.

“Di masa depan masih banyak masalah dan tantangan. Tantangan ini harus dihadapi dengan modal ilmu yang dipelajari  di pondok. Ini harus dipikirkan betul, karena dalam pengamalan ilmu, kita tetap bermasyarakat dan tetap bersambung kepada Allah (hablu min al-nas sekaligus habl min allah). Kita harus memegang betul apa yang dituliskan Hadratussayikh dalam Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim; baik adab santri kepada dirinya, gurunya, keilmuannya, serta guru kepada muridnya. Itu semua dalam rangka memberikan kelembutan hati. Hati yang lembut itu lah yang membuat mudah menerima ilmu,” ujar pengasuh penerus Gus Sholah itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online
Wisudawan terbaik foto bersama Pengasuh Pesantren dan Kepala Pondok Putri Pesantren Tebuireng.

Pesan selanjutnya yang disampaikan beliau yakni, “jangan berhenti untuk mencari ilmu, tidak ada suatu kebaikan kecuali berawal dari ilmu. Dulu alumni Tebuireng itu orang-orang hebat, padahal dipelajari hanya agama, tapi bisa menjadi orang hebat. Maka seharusnya kalian yang memperlajari agama dan ilmu harus bisa lebih.”

Sebelum mengakhiri sambutannya, Gus Kikin berharap agar para alumni Tebuireng hatinya lembut, serta ilmunya tumbuh dari hati, tidak hanya mengasah kecerdasan intelektual, tanpa mengasah hati. Baginya internet dan artificial intellegent (AI) sangat cerdas, namun hati manusia tetaplah yang utama.

Pewarta: Yuniar Indra Yahya