
oleh: Qurratul Adawiyah*
Tahun lalu nuansa langit hijau nan putih
menjadikanku beranjak melukis lentera
penuh kasih sayang yang ingin kupersembahkan
pada seorang yang entah siapa
entah karena apa
aku menginginkannya,
“kau gila kau sungguh tak jelas tujuan hidupmu”,
kata histeris yang diutarakan
saat melihatku duduk memandangi
langit yang hampir tak lagi terlihat
dari katup bibirnya yang indah laksana
purnama mematikan rindu bagi lelaki
yang menyukainya
tersenyum dari kata penuh
kecewa bukan lagi menjadi
sebuah kisah nyata atau bahkan hanya
sebuah kecewa yang tak berujung
menapaki setapak demi setapak langkahan
untuk menjalani ketidakjelasan pikiran
yang di luar kesadaran mereka
membuat diri terus tersenyum akan
anggapan yang sama sekali tak jelas
untuk ditanggapi apalagi dipahami
bahkan dikaji, sungguh sangat ironis sekali
mendengar ocehan yang sangat
merendahkan diri dalam menghadapi
tantangan yang semakin menjadi-jadi
*Mahasiswa Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.