Gambar: www.google.com

Oleh: Ahmad Mo’afi Jazuli*

Menarik!

Kalau kita perhatikan seraya mendewasakan diri merespon hingar bingar Indonesia pasca proklamasi, tentunya setelah melewati proses panjang “perjuangan” dan bagaimana kemudian bumi pertiwi Indonesia mengklaim pemilik tunggal penuh kemerdekaan.

Lucu!

Disadari atau tidak realitas empirik Indonesia dengan sendirinya telah menggeser bahkan membongkar hegemoni kemerdekaan, hingga pada titik marginal, yaitu skeptisme kemerdekaan, realita atau utopis belaka? Karna merdeka dalam tinjauan semantik adalah pembebasan dari semua bentuk tirani intervensi (campur tangan) lalu tanpa mengurangi nilai patriotisme, izinkan saya mengkritik konstruktif tanda yang berstatus aku “Merdeka” penuh dalam bangsa konteks kekinian.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Delematis!

Saat kita dihadapkan pada dua realita. Satu realita kita kompak berteriak kemerdekaan, keadilan, kesejahteraan masih di pertanyakan, dengan kata lain masih jauh menyentuh tatanan masyarakat luas terbukti angka kemiskinan, membengkak, supremasi hukum amburadul, pendidikan hanya untuk kaum beruang, inikah kemerdekaan yang anda banggakan, terus dimana malumu? Saat predikat bangsa tereliminasi ke predikat negara termiskin, terkorup, terporno, terseru pradoks dengan predikat sebelumnya dengan negara terkaya SDA sejagat raya, agamis, santun, dimana malumu?

*Penikmat puisi.