Oleh: Muhammad Ulinnuha*
Santri dari masa ke masa mengalami banyak perkembangan dan perubahan dari segi tata krama, pengetahuan, dan tata busana. Santri dihadapkan pada realitas yang semakin membuat mereka mampu berpikir lebih kritis. Santri cenderung lebih aktif di sosial media, dan dalam hal pengetahuan karena mereka tidak mau terpaku dengan hanya berada di pondok, sehingga tak ayal jika santri sering mencuri-curi waktu saat ingin berekspresi.
Sejak zaman dahulu santri dikenal sebagai seseorang yang memiliki jiwa nasionalis, dan lebih tawaduk, hal ini diperkirakan karena belum ada media yang mendukung untuk berekspresi secara luas, tetapi untuk zaman sekarang sebuah informasi dan pengetahuan bisa diakses secara cepat oleh santri dalam mendukung media pesantren untuk mewadahi karya maupun pemikiran santri di dunia maya.
Psikologis santri dapat dipengaruhi oleh zaman, lingkungan, pendidikan, dan individu. Pengaruh tersebut dapat diidentifikasi dengan metode studi kasus dan survei. Jika menurut studi kasus, santri zaman sekarang lebih aktif di dunia maya karena mereka beranggapan bahwa sosial media adalah kebutuhan primer karena mereka berpikir bahwa jika kita lepas dari sosial media, maka dalam keseharian ada yang kurang dan telat dalam hal informasi, disisi lain ketika santri membutuhkannya sebagai kebutuhan premier maka perlu juga pengawasan yang sangat ketat dari pembina dan orang tua agar peran dunia maya bagi kehidupannya lebih terarah dan tidak menjerumus ke dalam perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Sebaliknya dari survei yang didapat bahwa santri lebih aktif karena adanya dorongan individu untuk ingin mengetahui tentang sesuatu yang belum mereka ketahui dan tidak diajarkan di dalam pesantren, dan kemungkinan memiliki dampak positif dan negatif.
Dampak positif yang terjadi ketika santri mampu memanfaatkannya dengan baik mereka mampu lebih open minded dalam menanggapi setiap permasalahan ataupun gesekan yang berada di lingkungan sosialnya maupun di dalam individu itu sendiri dan mengasah ketajaman kognisi santri dalam sikap kritis namun tetap merujuk kepada hadits dan hukum yang ada, agar tercipta suatu gagasan yang masih sejalur dengan arah pemikiran ulama tanpa mengurangi pemikiran/pendapat dari dirinya sendiri.
Sedangkan dampak negatif yang dapat terjadi adalah santri bisa saja hanya sebagai penikmat, tanpa dia ikut campur dalam lingkungan sosialnya dan cenderung lebih stagnan atau hanya sebatas santri yang berpikir untuk memperbaiki diri dan menghiraukan apa yang sedang terjadi dilingkungannya sekarang. Pemahaman yang didapat tidak banyak karena dia hanya sebagai penikmat saja, yang ditakutkan ketika terjadi sebuah konflik yang mengharus dirinya untuk menyelesaikannya dengan cara berpikir maka bisa saja yang dia lakukan hanya sekedar nekat dan tanpa berpikir panjang lalu tidak memikirkan bagaimana dirinya ke depan karena dia berpikir masalah yang dia hadapi harus segera selesai dengan cara apapun.
Dampak terserbut karena ada umpan balik dari komunikan, dalam ilmu komunikasi disebutkan tanpa adanya komunikator yang menyampaikan sebuah pesan maka timbal balik tidak akan bisa terjadi, dan sebaliknya jika komunikan tidak ada maka komunikator tidak akan mendapatkan umpan balik yang valid atau efek yang disebabkan itu tidak akan terjadi sebab semua interaksi membutuhkan umpan balik agar tercipta sebuah aksi dari komunikator untuk melanjutkan pesan ataupun informasi.
Gadget adalah sebuah alat atau media dalam berkomunikasi, santri sangat dimudahkan dengan adanya gadget mereka bisa berkomunikasi dengan keluarga, saudara dan bahkan teman yang jauh. Tetapi dampak gadget juga bisa terjadi ketika dia sedang berkumpul dengan teman satu kamar ataupun satu pesantren yang banyak terjadi adalah santri akan lebih terfokus kepada gadget entah mereka bermain game, melihat youtube ataupun berselancar di dunia maya.
Sebuah riset dari Mahasiswa UINSA ditahun 2015 menulis dalam Undergaduate Thesisnya bahwa dampak negatif dari gadget adalah dampak penggunaan gadget bagi santri yaitu menjadikan santri malas belajar, menjadikan kurang memiliki tanggung jawab dan kepedulian dengan keadaan lingkungan sekitar, memiliki gaya hidup yang boros, menjadikan santri kurang memperhatikan temannya saat berbicara, menjadikan santri kurang berinteraksi dengan santri-santri yang lain dan pengurus sehingga menimbulkan masalah kesalahfahaman yang di karenakan kurangnya komunikasi. Tetapi kembali lagi kepada individu santri tersebut jika dikontrol dengan penggunaan gadget yang tepat maka santri dapat lebih produktif dalam hal sosial, ilmu pengetahuan dan personal individu tersebut lebih kritis dengan suatu hal.
Zaman semakin berkembang dan sepatutnya kita sudah bisa lebih efisien dalam melakukan suatu hal tanpa harus bekerja terlalu keras, sekarang semua menjadi mudah contohnya dulu kita ketika ingin menelpon seseorang harus pergi ke wartel ataupun telepon umum tetapi sekarang semua manusia pasti tidak akan lepas dari yang namanya telepon genggam dan seharusnya kita lebih peka terhadap perubahan yang terjadi di sekitar kita. Komunikasi yang baik adalah salah satu cara manusia untuk lebih mengenal satu sama lain, menyelesaikan masalah, dan mengeratkan tali silaturahim.
Produktivitas santri dapat didukung dengan adanya sebuah media atau wadah yang menjadikan mereka mampu bersaing dibidang teknologi, sosial, dan budaya. Maka dari itu peran santri dalam era modern sangat penting guna merubah produktivitas santri bukan hanya berprestasi dan aktif didalam pesantran tetapi juga di luar pesantren.
*Penulis adalah Mahasiswa KPI Unhasy Tebuireng Jombang.